Share

Bab 8. Pijatan

last update Last Updated: 2023-10-31 19:34:18

“Babysitter untukTuan Denim sudah ada, Pak. Besok pagi akan saya jemput.”

 

“Apa, Tuan? Saya mau dipecat?” tanya Celine ketakutan. Ia tak menyangka, karena kantuknya itu membuat ia kehilangan pekerjaan.

 

“Hust,” ucap Aksara dengan jari trlunjuk yang didekatkan di bibir. Ada Denim dalam gendongannya yang tengah tertidur.

 

Celine menunduk. Ia merasa bersalah. Turut mengekori Tuannya yang kini masuk ke dalam kamar.

Celine menata bantal dan guling Denim, lalu lelaki berumur matang itu menidurkan anaknya dikasur. Diangkatnya selimut bergambar superhero kesayangan anaknya, ditutupkan hingga ke dada.

 

Aksara melirik kearah babysitter anaknya. Wajahnya tampak gusar, beberapa kali dia melihat Celine memilin ujung pakaiannya. Terlihat tampak ketakutan.

 

Di sisi lain, Celine ingin kembali menanyakan pertanyaan yang belum dijawab. Tapi, ia masih takut dengan Tuannya. Rasanya tak sopan.

“Apa Tuan Aksara menraktir saya makan untuk itu? Terus yang dibahas pun tentang pulang kampung. Apa beliau akan merumahkanku?” Pikiran Celine terus berkelana.

 

“Kita bicara diluar,” ucap Aksara yang berlalu.

 

Celine mengikuti dengan hati yang porak poranda. Baru saja ia berangan mengganti genteng rumahnya yang rusak. Di mana musim penghujan akan segera tiba dan adik-adiknya akan kedinginan karena banyak titik sudut ruangan yang bocor. Genteng tua dirumahnya memang sudah layak untuk dipensiunkan.

 

Langkah kaki Aksara terus terayun, di mana bunyi sepatu mahal yang terbentur lantai marmer itu menjadikan genderang tersendiri. Celine belum siap di rumahkan.

 

“Tuan.” Celine memaksakan diri untuk membuka suara.

 

Lelaki itu menoleh, “Iya.”

 

“Celine minta maaf karena tadi ketiduran, Tuan. Celine berjanji tidak akan mengulanginya lagi. Tolong. Jangan pecat saya, Tuan.”

 

Aksara menahan senyum. Wajah Celine yang lugu dengan ekspresi ketakutannya terus saja menggelitik hatinya.

“Mana ada dipecat gara-gara ketiduran di mobil?” batin Aksara.

 

“Kasih saya alasan kenapa saya harus mempertahankan kamu. Babysitter yang akan datang adalah orang pilihan yang sudah terlatih, jauh berbeda darimu.”

 

Celine terdiam. Apa yang dipikir ternyata benar. Tuannya ingin mengganti babysitter untuk anaknya.

 

“Kenapa terdiam? Kamu nggak punya sesuatu untuk diunggulkan? Kasih satu saja alasan supaya saya mempertahankan kamu.”

 

“Saya terlanjur sayang dek Denim, Tuan. Saya dan Dek Denim seperti senasib. Kehilangan ibu semenjak kecil.”

 

Ada rasa nyeri disudut hati Aksara. Denim yang harusnya dibesarkan oleh ibu yang menyayanginya, nyatanya tak memiliki perhatian seorang ibu.

 

“Kamu sayang anak saya?”

 

“Iya, Tuan.”

 

“Kamu sayang bapaknya juga?” tanya Aksara yang tertahan di pita suara. Andai gadis yang adadi depannya itu adalah istrinya, tentu kalimat itu berhasil lolos begitu saja. Dulunya, Aksara adalah lelaki yang hangat, konyol namun begitu perhatian. Hingga wanita yang disayanginya pergi. Ia seperti kehilangan semangat untuk hidupnya. Hanya Denim yang menjadi alasan untuk ia terus bertahan.

 

Aksara manggut-manggut.

 

“Bagaimana Tuan,apa saya tetap dipecat?” tanya Celine ragu. Ia menggigit bibir bawahnya menanti jawaban dari Tuannya.

 

“Saya tidak memecatmu. Tidurlah!”

 

Aksara meninggalkan Celine begitu saja. Di mana gadis itu tengah menghela nafas panjang sambil menata ritme jantungnya yang berdetak tak karuan. Senyum indah menghiasi wajahnya di mana bayangan tentang kedua adiknya melintas begitu saja. Ia sudah tak sabar bisa memberikan jajan untuk kedua adiknya itu. Juga memberikan ponsel jadul yang menjadi rebutan.

 

***

“Kenapa belum tidur? Kenapa malah di sini? Bukankah saya memerintahkanmu untuk tidur?” tanya Aksara ketika melihat Celine di dapur.

Lelaki duda itu baru saja keluar dari kamarnya, usai mengganti pakaiannya dengan pakaian santai. Ia hendak memindahkan barang belanjaan ke dalam kulkas. Ya, ia memang sudah terbiasa melakukan itu, karena ia tahu Mbok Inah yang sudah berumur sudah terlalu kecapekan kalau malam. Sedangkan biasanya, Aksara menyempatkan belanja ketika pulang kerja.

 

“Saya hanya memindahkan barang belanjaan ke kulkas, Tuan. Takut daging-daging beku itu mencair dan tidak sehat untuk di masak,” jawab Celine dengan nada ketakutan.

 

“Saya tidak mencuri apapun, Tuan. Saya hanya memindahkannya saja,” ucap Celine dengan melambaikan tangannya.

 

“Saya tak berpikir seperti itu.”

 

“Maaf, Tuan.”

 

Lelaki itu turut membuka barang belanjaan dan membantu babysitter kesayangannya meletakkan barang ke tempatnya.

 

“Biar saya saja,Tuan,” ucap Celine merasa tak enak.

 

“Kalau saya menolak?”

 

“Maaf, Tuan.”

 

“Besok saya berangkat pagi. Kalau jam 6 belum keluar kamar. Tolong dibangunkan!”

 

“Baik, Tuan. Adalagi?”

 

“Enggak ada.”

 

“Besok mau disiapkan sarapan apa, Tuan? Saya belum tahu makanan Tuan dan Dek Denim.”

 

“Apa pun saya makan, asal enak.”

 

“Baik, Tuan.”Celine terus menimang makanan enak itu apa? Sedang menurutnya, apa pun yang dimakan terasa enak karena adanya hanya itu.

 

“Kalau tidak merepotkan, tolong buatkan saya kopi. Saya hendak lembur nanti malam.”

 

“Tentu tidak, Tuan. Saya buatkan sebentar.”

 

Aksara duduk dikursi makan, sambil menatap aktifitas Celine. Gadis itu memang selalu cekatan dalam hal apa pun. Gadis lugu yang diam-diam mencuri hatinya.

 

“Silakan diminum, Tuan!” ucap Celine sambil mendekatkan secangkir kopi panas kepada Tuannya. Aroma kopi menguar menelisik ke indra aksara. Garis bibirnya terangkat, terkenang beberapa tahun silam ketika tengah ngopi berdua dengan istrinya.

 

“Kamu nggak ikut minum kopi?”

 

“Tidak, Tuan. Saya tidak terbiasa minum kopi. Takut tidak bisa tidur.” Gadis itu tersenyum tipis.

 

Aksara mulai menyeruput kopinya yang masih dalam keadaan panas. Disesapnya sedikit demi sedikit hingga meninggalkan ampas di dasar cangkirnya.

Jarinya mulai memijat pelipisnya, mengingat tumpukan pekerjaan yang telah menanti. Ya. Siang tadi ia pulang siang jadi banyak kerjaan yang ia tinggalkan.

 

“Apa Tuan pusing? Apa mau saya pijit?” tanya Celine yang membuat Tuannya terkejut.

 

“Maaf, Tuan. Saya tidak berniat apa-apa. Di kampung, saya sudah terbiasa memijat pak de maupun bude kalau pusing, katanya bisa enakan. Lalu diimbali dengan ....” Gadis itu menggantungkan kalimat, merasa tak sopan jika harus menyebutkan imbalan. Niatnya ikhlas tapi mereka lah yang memaksanya menerima upah untuk pekerjaannya tersebut.

 

“Baiklah! Saya mau coba pijatanmu!”

 

“Maaf ya, Tuan.” Gadis itu mendekat, lalu mulai memijat tengkuk leher Tuannya. Baru saja satu pijatan mengenai tubuhnya, Aksara langsung menghindar. Ia merasa aneh pada dirinya. Suatu sengatan yang tak diinginkan kembali hadir. Padahal, ia kerap kali melakukan pijat di tenpat massage.

 

“Maaf, Tuan, apa ada yang salah?” tanya Celine terkaget.

 

 

 

 

 

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Ristiana Cakrawangsa
haduhh hati2 celineee pak duda mau beraksi ...
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Celine (Babysitter Kesayangan Tuan Aksara)   Tamat

    “Itu tadi lihatin saya.” Aksara tersenyum smirk, “Kamu itutidak pandai berdusta, Sayang. Terlihat dari matau,” ucapnya kembali.“Iya-iya, Mas. Celine ngaku kalau lihatin Mas Aksara.”Wanita itu masih menunduk tidak berani menatap. Diingatkan tentang hal sepertiini membuatnya malu.“Kenapa tidak jujur dari awal? Lagian, gak ada masalah kankalau kamu pandangin saya. Saya juga sering melakukan itu ke kamu. Karena sayasayang sama kamu.” Aksara memegang kedua pipi istriya dan mendongakkan wajahitu untuk menatapnya, “Kita sudah menikah, Sayang. Untuk apa harus malumengakuinya? Kita seorang suami istri, bukan masa pacaran lagi.”Celine tersenyum. Wajahnya masih memerak bak buah tomatlayak panen.“Ini tuh yang buat saya semakin sayang sama kamu. Wajahmulangsung memerah ketika tersipu.”“Tuh kan digodain mulu.”“Saya tampan kan sampai kamu lihatin terud tadi?”“Iya-iya mas Aksara itu tampan.”Pria itu puas dengan jawaban istrinya. Lalu melepas bajukerja dan celana yang dipakainya. Terlihat tela

  • Celine (Babysitter Kesayangan Tuan Aksara)   Bab 77. Mengagumi

    “Kenapa sayang? Sah-sah saja kan, sepasang suami istri beli baju dinas seperti itu?”“Mas Aksara emang agak lain, kalau Denim bertanya tentang baju kurang bahan itu bagaimana?”“Saya berniat hanya makan berdua bersama kamu. Sekalian kita kencan. Kamu tahu, kita sudah lama sekali tidak berjalan berdua.”“Ngak-nggak, Celine gak setuju. Denim dan Danisa harus ikut, Mas.”“Sayang ... Danisa masih terlalu kecil. Gak bagus terkena angin malam.”“Ya sudah, kalau begitu Denim saja yang ikut.”“Ok lah. Dari pada kamu menolak makan malam bersama saya.”“Mas Aksara tuh yang aneh-aneh. Di rumah saja, makanan dan lauk banyak, tapi tetap saja ingin makan di luar.”“Ganti suasana saja, Sayang.” Aksara membubuhkan kecupan di dahi istrinya. Tak lupa di kedua pipi berisi yang terasa candu untuk pria bertubuh kekar itu. “See you, Baby. I love you.”“I lop you too, Mas,” ucap Celine dengan logatnya yang terasa kaku berbicara bahasa Inggris. *** Celine kembali berjibaku dengan aktifitasnya seperti biasa

  • Celine (Babysitter Kesayangan Tuan Aksara)   Bab 76. Baju Dinas

    “Kenapa diam saja, Sayang? Kenapa pernyataan cinta saya tidak dibalas.”“Memang wajib dijawab kah, Mas? Bukankah itu bukan pertanyaan.”“Ya terserah.” Aksara mengacak rambut istrinya. Mendaratkan kecupan di pipi tembem itu dan bergegas masuk ke kamar mandi. Tidak selang lamasuara nyanyian dengan suara fals terdengar di ruangan tersebut. Seakanmenyiratkan betapa bahagianya Aksara saat ini. Lirik-lirik nyanyian cinta keluar dari bibirnya dengan semangat.Sementara itu, Celine terus tersenyum kala mengingatmalamnya bersama suami. Ia seperti orang tidak waras yang kadang kala berbicarasendiri. Umur pernikahan yang tidak dibilang muda lagi, nyatanya tidakmengurangi kadar cinta keduanya. Celine menyiapkan pakaian untuk Aksarabekerja. Ia memilah puluhan pakaian yang menggantung di almari.“Ambil yang mana ya?’ tanyanya bermonolog sambil menyibaksatu persatu pakaian itu.Hingga tiba-tiba, ia dikejutkan dengan lengan yang melingkardi perutnya dari belakang. Aksara memeluknya dengan kepala yang

  • Celine (Babysitter Kesayangan Tuan Aksara)   Bab 75. Anggaran

    “Papa mau main?”“Mas Aksara mau main?” tanya Celine dan Denim dalam waktu bersamaan.“Iya. Kenapa?” tanya Aksara menoleh ke arah istri dan anaknya bergantian.Wanita berambut pendek itu pun tertawa lebar. Begitu pun dengan anak prianya yang tengah memegang pistol mainan. “Door ... door ... door ... kejar aku papa! Papa jadi Pak Ladushing.” Denim mengarahkan pistolnya ke arah Aksara lalu berlari menjauh. Sedangkan Aksara menoleh ke arah istrinya dengan menaikkan alis hitamnya. Paham dengan maksud Aksara, Celine tersenyum dan memberikan pistol yang dipegangnya. “Pak Ladushing itu polisi India. Tokoh di serial Shiva. Orangnya gendut, hitam, kumisnya tebal.”Aksara memegang kumisnya yang tumbuh tipis. “Apa saya seburuk itu?”Celine meringis.“Apa maksud senyummu adalah iya?’ tanyanya kembali.“Ya gak lah, Mas. Mas Aksara itu ganteng.”“Apa? saya tidak mendengarnya, Sayang. Sepertinya indra pendengaran saya kembali bermasalah,” ucap aksara yang memang sengaja menggoda. Kalimat yang teru

  • Celine (Babysitter Kesayangan Tuan Aksara)   Bab 74. Jadi Bocil

    “Mas, jangan yang itu. Untuk apa?” protes Celine ketika suaminya mengambil sebuah boneka besar berwarna merah muda.“Ya untuk main Danisa lah, Sayang.”Celine menggeleng. Ia mengembalikan boneka yang dipegang suaminya ke tempat semula.“Kenapa sih, Sayang? Apa karena harganya? Uang saya lebih dari cukup untuk membeli boneka itu bersama pabriknya.”“Mas, Danisa itu baru berumur beberapa hari. Belum pahamboneka sebesar itu. Mending ini saja,” ucap Celine sambil memperlihatkan sebuahmainan bayi dengan pegangan dan suara gemerincing.“Suara ini untuk menstimulus indra pendengarannya.” Celinemembunyikan suara mainan itu dengan menggerakkan ke kanan dan kiri.“Pegangan ini untuk menstimulus indra perabanya, Mas. Bonekajuga bisa. Tapi, gak sebesar itu.” Celine tersenyum. “Bukan karena Mas Aksarapunya banyak uang, terus membeli sesuatu yang tidak penting. Itu namanyamemubadzirkan sesuatu, Mas. Bisa menghambat rejeki.”Aksara tersenyum tipis. Kalimat dari istrinya yang panjangkali lebar dan te

  • Celine (Babysitter Kesayangan Tuan Aksara)   Bab 73. Cokelat

    “Pak, ini tidak mungkin,” ucap Celine masih tidak percaya.Ia mencubit lengannya sendiri berharap apa yang terjadi saat ini adalah mimpi.“Mbak Celine ada apa?” tanya Asih- babysitternya Danisa. Iamendapati wajah nonanya seputih susu.“Mbak Asih, tolong panggilkan Pak Baskoro,” ucap Celinedengan pandangan kosong. Wanita cantik itu dihantui rasa bersalah. Semua jauhdari apa yang dimimpikan. Semalam Aksara menelfon kalau ia hendak memberikejutan. Nyatanya, kejutan itu berhasil membuat Celine terperangah. Kejutanyang menggoreskan luka yang menganga.Seorang pria berlari menuju kamar Danisa. Baskoroterengah-engah. Ia menatap sendu ke arah majikannya, “Bu, Pak Aksarakecelakaan.”Entah, kabar itu didengar Baskoro oleh siapa. Meyakinkantentang kabar buruk yang tidak ingin didengar oleh Celine.Wanita itu masih tidak merespon. Hanya butiran air beningyang ke luar dari sudut matanya.Hening. Semua dalam kebisuan. Terkecuali Danisa yang kinimenangis dengan suara yang melengking.“Saya ijin ke lo

  • Celine (Babysitter Kesayangan Tuan Aksara)   Bab 72. Tragedi

    Dua hari berlalu, di mana koper Aksara telah dipersiapkan oleh Celine. Sedang pria itu masih terjaga dalam mimpinya. Tidak seperti hari biasa yang akan bangun pagi di tiap jam kerja. Sudah beberapa kali Celine membangunkan. Aksara tidak beranjak. Hanya menyaut “iya” tapi dengan mata tertutup. “Mas Aksara, nanti ketinggalan pesawat, Mas. Baju Mas sudah Celine siapkan, juga dengan perlengkapan lain di dalam koper.” Untuk kesekian kali, wanita cantik itu menggoyang lengan suaminya. “HM ....” Sautnya dengan mata yang enggan membuka.“Mas, jangan ham-hem aja. Ayo bangun!” Kali ini, Celine mengelus lembut pipi Aksara. Sedikit jambang yang membuat pria itu terlihat mempesona di mata wanita. Celine akui, terlalu banyak perempuan yang menginginkan suaminya. Saat ia berada di kantor Aksara, selentingan wanita yang mengagumi sosok Aksara terus terdengar di indranya. Sebagai wanita sederhana dan kolot, ia yakin sekali kalau perempuan di sana banyak yang luar biasa cantiknya dan kecerdasannya. M

  • Celine (Babysitter Kesayangan Tuan Aksara)   bab 71. Asi

    “Ada-ada aja deh. Lagian, mana mungkin saya tega gigit MasAksara.”“Mencakar sampai berdarah saja biasa, Sayang. Apalagi hanyasekedar menggigit.”“Mas Aksara.” Wanita cantik itu mendelik.“Saya serius. Lihat saja lengan saya,” ucap Aksara sambilmemperhatikan tangan yang dimaksud. Beberapa bekas cakaran masih membekas.“Kenapa harus bahas itu lagi? Kan Celine gak sengajamelakukannya. Celine juga sudah minta maaf.” Celine merasa bersalah.“Iya, iya, Sayang. Maaf. Saya hanya bercanda.”“Nggak mau maafin.” Celine pura-pura marah. Ia melipattangannya di dada, sambil sedikit menghindar dari wajah suaminya.“Kamu itu gak pandai berbohong, Sayang. Kamu gak pandaimarah.” Aksara terkekeh dan mendaratkan ciuman di pipi istrinya. Seketika,wajah Celine memerah layaknya buah tomat layak panen. “Tuh kan, wajahnyalangsung memerah.”“Mas ...” Celine berucap manja sambil memegang keduapipinya. Menutup warna merah alami yang ke luar ketika ia tersipu.“Buka mulutnya! Kamu nanti gak bisa tidur kalau belu

  • Celine (Babysitter Kesayangan Tuan Aksara)   Bab 70. Gigitan

    Celine meminta Babysitter Danisa untuk ke luar kamar. Ia merasa risih jika harus menyusui dengan orang lain berada di sebelahnya. Celine menatap wajah Danisa dan membelai rambutnya yang tebal. Celine tidak menyadari ada sepasang mata yang tengah memerhatikan di ambang pintu.“Mas Aksara,” ucap Celine kaget ketika ekor matanya menangkap seorang pria berdiri bersandar di pintu.Ia sedikit bergeser. Supaya posisinya yang tengah menyusuitidak terlihat.“Kenapa harus ditutupi, Sayang? Saya kan sudah tahu.” Aksaratersenyum dan mendekat ke arah istrinya.“Mas Aksara tuh sedang haus. Celine takut kalau Mas Aksaratergoda.”Pria itu terkekeh. “Hm, seburuk itu saya di mata kamu?”“Kok buruk? Itu bukan buruk, Mas. Hanya saja, Celine belumbisa menuruti keinginan Mas Aksara.”“Saya juga tahu, Sayang. Mana mungkin saya meminta itu,sedangkan kamu baru saja melahirkan. Saya bukan jalang.” Pria itu turut dudukdi sebelah Celine dan membelai rambut anaknya. “Danisa cantik sekali ya.”“Ya. Bundanya kalah,

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status