Share

Bab 111

Author: Lin shi
last update Last Updated: 2025-04-30 19:00:00

"Mas! Serius ini?" seru Sinta sambil berhenti di depan pintu toko emas, matanya membelalak penuh kegembiraan. Senyum lebar langsung menghiasi wajahnya, seolah tidak percaya dengan apa yang ia lihat. Ia menoleh cepat ke arah Danang, matanya berbinar, seperti seorang anak kecil yang baru saja diberi hadiah impian. 

Danang tersenyum kecil, meraih tangan Sinta dengan lembut dan membawanya masuk ke dalam toko yang penuh kilauan. "Seriuslah, Sayang. Pilih apa saja yang kamu suka," katanya santai, tetapi sorot matanya penuh kesungguhan. Senyum di sudut bibirnya membuatnya terlihat semakin meyakinkan, seolah ia telah merencanakan ini dengan baik.  

Sinta berhenti sejenak di tengah ruangan, matanya tidak bisa lepas dari rak-rak perhiasan yang memancarkan kilauan indah. Ia mengerucutkan bibirnya dengan gaya manis yang khas, lalu melipat tangannya di depan dada sambil menggeleng kecil. "Mas, kamu ini mau menyo

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Ceraikan Aku, Jika Sudah Tidak Cinta    Bab 132

    Di Rumah SakitSetelah menunggu lebih dari dua jam tanpa kepastian, akhirnya seorang dokter pria paruh baya dengan jas putih dan stetoskop melingkar di lehernya keluar dari ruang pemulihan. Ia menghampiri meja perawat lalu menyebut nama pasien: “Danang Saputra?”Bu Endang dan Dinda yang sedari tadi duduk gelisah langsung berdiri dan menghampiri dokter itu.“Saya ibunya, Dok. Ini adiknya,” kata Bu Endang cepat. “Bagaimana keadaan anak saya? Suster tadi bilang dia belum sadar…”Dokter itu menatap mereka dengan ekspresi serius, namun tetap tenang. “Kami sudah melakukan CT Scan pada kepala pasien Danang untuk memastikan tidak ada cedera lain yang tak terlihat.”“CT Scan?” Dinda mengulang dengan gugup.“Iya,” jawab dokter. “Dan hasilnya menunjukkan adan

  • Ceraikan Aku, Jika Sudah Tidak Cinta    Bab 131

    “Dina?” panggil Alma cemas dari balik pintu kamar mandi.Tak lama, terdengar jawaban lirih, nyaris tenggelam oleh suara air. “Iya… aku di sini…”Alma membuka pintu perlahan. Matanya langsung menangkap sosok Dina yang tengah bersandar lemah di dinding kamar mandi. Wajah sahabatnya itu tampak pucat pasi, rambutnya berantakan, dan napasnya tersengal-sengal. Di sebelahnya, ember kecil dengan sisa muntahan di samping ember.“Kamu muntah lagi?” tanya Alma khawatir sambil berjongkok, lalu meraih lengan Dina untuk membantunya berdiri.“Iya…,” bisik Dina lirih. “Entah kenapa perutku mual banget…”Alma segera membimbing Dina keluar dan membaringkannya di kasur lantai. Ia lalu mengambil segelas air putih dari meja, menyodorkannya ke Dina. Setelah itu, ia meraih handuk kecil, m

  • Ceraikan Aku, Jika Sudah Tidak Cinta    Bab 130

    Tubuh Danang terpental dari motornya, jatuh menghantam aspal dengan keras. Suara benturan memecah keheningan malam. Beberapa pengendara langsung berhenti, sebagian turun dan berlari menghampiri.“Mas! Mas, tidak apa-apa?” tanya seorang pria yang keluar dari mobil yang ditabrak Danang.Danang terbaring dengan mata terpejam, napasnya tersengal. Darah mengalir dari pelipisnya. Ponsel yang tadi digenggamnya tergeletak tak jauh dari tubuhnya, layarnya retak.Orang-orang mulai berkumpul. Ada yang menelpon ambulans, ada pula yang mencoba membangunkannya dengan menggoyangkan tubuhnya. Namun, dicegah yang lain. Karena takut tubuh Danang ada yang cedera parah.“Cepat, tolong hubungi keluarganya!” ujar seseorang panik.Namun tak ada yang tahu, siapa yang harus dihubungi. Danang tetap terbaring diam, tubuhnya lemah, sementara di hatinya—meski nyaris kehilangan k

  • Ceraikan Aku, Jika Sudah Tidak Cinta    Bab 129

    Suara motor berhenti di depan rumah. Deni baru saja pulang dari sekolah, wajahnya letih tapi tetap menyunggingkan senyum saat melihat Aini dan Hanum sedang duduk di ruang tamu.“Assalamualaikum,” sapanya singkat sambil melepas sepatu.“Waalaikumsalam,” jawab Aini cepat. Namun kali ini, nada suaranya terdengar lebih serius. “Deni, sini sebentar. Bunda mau tanya.”Deni berjalan masuk, meletakkan tasnya di sofa, lalu menyalami tantenya dan bundanya dan kemudian duduk dengan santai. “Ada apa, Bun?”Hanum menatapnya tajam namun lembut. “Dua hari lalu kamu ke kota, kan? Kamu sempat ke rumah Kak Dina?”Deni mengangguk, sedikit heran. “Iya. Kenapa?”Aini langsung menyambung, nada suaranya agak menekan. “Gimana kondisi Kakakmu? Dia kelihatan baik-baik saja? Hubung

  • Ceraikan Aku, Jika Sudah Tidak Cinta    Bab 128

    Sore itu, Aini sedang menyapu halaman samping rumah. Daun-daun kering berguguran dari pohon mangga yang rindang, membuat sudut halaman tampak berantakan. Angin semilir berhembus pelan, membawa aroma tanah basah sisa hujan semalam.Tiba-tiba, terdengar suara dari arah depan rumah. Suara seseorang mengucapkan salam dengan lantang, “Assalamualaikum.” Aini menghentikan sapuannya sejenak. Alisnya berkerut, mencoba mengingat. Suara itu terasa begitu familiar di telinganya, seolah berasal dari seseorang yang sudah lama tidak ia temui.Dengan langkah cepat, Aini berjalan menuju depan rumah. Saat membuka pintu pagar, matanya langsung menangkap sosok perempuan yang tak asing. Wajahnya ceria, membawa senyum lebar yang menenangkan.“Hanum!” seru Aini dengan nada penuh kehangatan dan kejutan. “Kenapa datang nggak ngabarin dulu?”Hanum tersenyum lebar

  • Ceraikan Aku, Jika Sudah Tidak Cinta    Bab 127

    Dina sedang sibuk mengerjakan jahitan ketika ponselnya bergetar di atas meja. Ia melirik layar dan seketika wajahnya berbinar melihat nama yang tertera di sana."Bunda!"Tanpa pikir panjang, ia langsung mengangkatnya, nada suaranya terdengar penuh kegembiraan."Bunda," ucapnya dengan senyum lebar.Namun, suara lembut dari seberang langsung mengingatkannya pada sesuatu yang tak boleh ia lupakan."Ucapkan salam dulu, Nak. Assalamualaikum," suara bundanya terdengar hangat, penuh ketenangan yang selalu membuat Dina merasa aman.Dina terkikik kecil, sedikit malu karena terburu-buru. "Wa'alaikumussalam, Bunda. Maaf," ucapnya, nada suaranya lebih lembut.Bundanya tertawa pelan. "Sedang apa, Nak?"Dina menyand

  • Ceraikan Aku, Jika Sudah Tidak Cinta    Bab 126

    Danang terkejut melihat Dinda berdiri di depannya dengan wajah serius, sorot matanya tajam seolah telah menyimpan pertanyaan yang lama ingin ia lontarkan."Mas, ada yang ingin aku bicarakan," ucap Dinda, nada suaranya jelas menunjukkan bahwa ini bukan percakapan biasa.Danang mengerutkan kening. "Mau bicara apa? Apa tidak bisa dibicarakan di rumah?" tanyanya, mencoba memahami urgensinya."Tidak!" jawab Dinda tegas, tanpa memberi ruang untuk argumen. Ia mengayunkan tangan, menunjuk ke arah kafe di sebelah kantor. "Ayo kita bicara di sana."Danang menatapnya sejenak, merasa ada sesuatu yang tidak beres dari ekspresi wajah adiknya. Namun, tanpa banyak perlawanan, ia mengangguk dan mengikuti langkah Dinda menuju kafe.Di dalam kafe, keduanya memilih meja yang cukup jauh dari keramaian. Danang masi

  • Ceraikan Aku, Jika Sudah Tidak Cinta    Bab 125

    Dina mengerjakan jahitan dengan serius, jemarinya lincah menuntun kain di bawah jarum mesin jahit. Suara mesin yang berputar berulang-ulang terasa begitu menenangkan, seolah menggantikan hiruk-pikuk pikirannya.Untuk sesaat, ia benar-benar melupakan masalahnya dengan Danang. Tidak ada lagi kepedihan yang membebani dadanya—hanya ada pekerjaannya, benang yang mengalir mulus di atas kain, dan suara orang-orang di luar rukonya yang mulai melirik tempat usahanya.Dina melirik sekilas ke arah pintu, melihat beberapa orang yang berdiri di depan ruko, saling berbisik sambil melayangkan pandangan ke arah papan nama usaha yang baru ia pasang beberapa hari lalu.Ia tersenyum kecil. "Semoga mereka menjadi pelanggan …"Pikirannya bergerak cepat, mendorong semangatnya semakin kuat."Kalau aku bisa me

  • Ceraikan Aku, Jika Sudah Tidak Cinta    Bab 124

    Alma berdiri di samping mobil, matanya mengamati koper kecil yang dibawa Dina. Ia mengernyit, merasa tak percaya."Hanya ini barangmu?" tanyanya, nada suaranya terdengar sedikit heran.Dina menarik napas, memandang koper kecil di tangannya sebelum mengangguk. "Aku tidak bawa semua," jawabnya pelan.Alma menyilangkan tangan di dada, masih tak puas dengan jawaban itu. "Kenapa? Apa masih berat untuk meninggalkannya?" tanyanya lagi, kali ini lebih hati-hati.Dina menunduk sebentar sebelum menjawab. "Bukan itu… Aku takut Mas Danang mencariku ke kampung. Aku takut Bunda sakit karena khawatir," ujarnya lirih, suaranya terdengar mengandung kecemasan yang nyata. "Aku akan mengatakan pada Bunda nanti, setelah aku berhasil mendapatkan buku nikah."Alma menghela napas panjang, mengangguk pelan. "Be

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status