Share

Bab 22

Author: Lin shi
last update Last Updated: 2025-02-02 21:08:00

Kedatangan jenazah Abdi, Ayah Dina, di kampung telah menyentuh hati semua warga dengan kesedihan yang mendalam. Abdi adalah sosok yang sangat disayangi dan dihormati oleh seluruh warga desa. Mereka menyambut kepulangan jenazah Abdi dengan perasaan sedih yang mendalam.

Para tetangga  memeluk Aini secara bergantian untuk memberikan dukungan pada masa sulit ini. Aini dengan suara berlinang air mata berkata pada tetangganya sebelah rumah, "Mas Abdi sudah tidak ada lagi, Bude. Mas Abi sudah meninggalkan kami." Air mata Aini tak tertahankan lagi, mengalir tanpa henti.

Dina pun tidak mampu menahan kesedihannya, air mata yang tadi diusahakan untuk tidak mengalir lagi, kini tak tertahankan lagi, mulai mengalir. Saat semua tetangga yang mengenal Abdi berkumpul, Aini dan Dina sama-sama terhanyut dalam kesedihan yang tak terbendung. Dina tiba-tiba ambruk ke tanah, tak sanggup menahan beban duka yang begitu besar. Dalam satu hari, begitu banyak keju

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Ceraikan Aku, Jika Sudah Tidak Cinta    Bab 140

    Deni dan Johnny baru saja turun dari angkot sepulang sekolah. Karena Deni hari ini tidak bawa motor. Depan pos ronda dekat rumahnya. Pak Johan, salah satu tetangga yang cukup dikenalnya duduk di pos ronda, memanggilnya.“Den, kamu sudah dengar kabar di pasar tadi pagi?” tanyanya sambil menatap Deni dengan wajah serius.Deni mengernyit. “Kabar apa, Pak?”Pak Johan menoleh kanan kiri, lalu berbisik, “Itu, soal juragan Zuki yang ngomong aneh-aneh soal ibumu.”Deni terdiam. Wajahnya langsung berubah. “Maksud Bapak apa?”“Dia bilang di depan orang-orang kalau ibumu janda, dan… ya, nadanya enggak pantas. Banyak yang dengar,” kata Pak Johan pelan."Bapak tidak bohong?""Nggaklah Den. Untuk apa bapak bohong. Bapak ini sudah kenal lama dengan almar

  • Ceraikan Aku, Jika Sudah Tidak Cinta    Bab 139

    "Kamu mengetahuinya, Dinda?" tanya Dina dengan tatapan mata memicing tajam.Dinda menghela napas, lalu menatap lurus ke depan. “Aku pernah lihat, Kak… Mas Danang bersama seorang wanita. Mereka kelihatan… mesra. Terlalu dekat untuk dikatakan sekadar teman biasa.”Ucapan itu menusuk langsung ke jantung Dina. Ia terdiam, wajahnya memucat. Seketika ingatannya melayang pada gambar yang ia terima beberapa waktu lalu—foto Danang dengan seorang perempuan. Foto yang membuat hatinya remuk dan pikirannya penuh pertanyaan, siapa yang mengirimya.Dina menggigit bibir bawahnya, berusaha menahan air mata yang mulai menggenang. “Kapan kamu lihat mereka?” tanyanya pelan, nyaris berbisik.“Beberapa minggu lalu,” jawab Dinda. “Aku nggak yakin awalnya. Rasanya, tidak mungkin Mas Danang berbuat begitu. Aku mengikutinya dan melihat kemesraan keduanya. Tidak mun

  • Ceraikan Aku, Jika Sudah Tidak Cinta    Bab 138

    "Kalian ngobrol saja, Ibu mau keluar sebentar," kata Endang sebelum meninggalkan kamar perawatan Danang. Ia memberi ruang bagi Danang dan ketiga rekannya untuk berbincang.Begitu pintu tertutup, Yoga langsung duduk di kursi dekat ranjang, sementara Toni dan Rudy berdiri santai di sisi lain tempat tidur."Gila, Dan. Kencang sekali motormu, sampai tangan patah" ujar Toni, menatap Danang prihatin."Iya, tangan patah, bro? Gimana ceritanya?" tanya Rudy penasaran.Danang menghela napas pelan. "Kecelakaan motor malam-malam. Gue sendiri nggak ingat jelas kejadiannya gimana. Tahu-tahu udah di rumah sakit.""Dengar-dengar ada pendarahan juga, ya?" Yoga bertanya sambil mencondongkan badan sedikit ke depan."Iya, kecil sih. Tapi cukup bikin gue nggak sadar cukup lama," jawab Danang pelan, mencoba tetap tenang meski tubuhnya masih terasa lemas

  • Ceraikan Aku, Jika Sudah Tidak Cinta    Bab 137

    Aini melangkah cepat keluar dari pasar. Tas belanjaannya ia genggam erat, seolah ingin melampiaskan kekesalan lewat jemarinya yang mencengkeram kain belanja. Nafasnya memburu, bukan karena lelah, tapi karena hatinya masih bergemuruh oleh ucapan Juragan Zuki.Ia memilih duduk di bangku kayu tua di bawah pohon ketapang, tak jauh dari parkiran pasar. Tempat itu agak sepi, hanya beberapa orang lalu lalang. Dari sana, ia bisa melihat orang-orang yang datang dan pergi, tapi pikirannya melayang jauh.“Aku janda, iya. Tapi bukan berarti aku kehilangan harga diri.”Tatapan Aini menerawang. Ia teringat wajah suaminya, Abdi, yang meninggal beberapa bulan lalu karena serangan jantung. Hidup sebagai janda bukan hal yang ia pilih. Tapi ia menjalani semua ini dengan tegar, demi anak-anaknya.“Aku harus kuar. Jangan masukkan dalam hati apa yang dikatakan juragan Zuki," gumamnya lirih, hampir

  • Ceraikan Aku, Jika Sudah Tidak Cinta    Bab 136

    Danang yang tengah berbaring dengan selang infus di tangan langsung menoleh ketika mendengar suara pintu terbuka. Tatapan matanya melembut saat melihat sosok istrinya masuk. Mata mereka bertemu sejenak—dan dalam diam, banyak yang ingin disampaikan, namun tak satupun kata terucap.Dina berdiri di ujung ranjang, menjaga jarak. Tubuhnya tegang, dan dia tak berani menatap Danang terlalu lama.“Dina…” suara Danang pelan, serak, namun penuh harap. “Mendekatlah…”Dina terdiam, masih menatap kaki ranjang. “Aku di sini.”“Kenapa kamu di situ? Dekatlah,” kata Danang dengan suara lirih, matanya memohon agar Dina mendekatinya.Perlahan, Dina melangkah lebih dekat, tapi tetap menjaga batas. Ia berdiri di sisi ranjang, memeluk tasnya erat-erat di depan dada.Danang menatap wajah

  • Ceraikan Aku, Jika Sudah Tidak Cinta    Bab 135

    Aini duduk termenung di ruang keluarga, jemarinya menggenggam cangkir teh yang sudah lama kehilangan hangatnya. Tatapannya kosong, menembus jendela tanpa benar-benar melihat apa pun di luar sana.Namun, pikirannya tak pernah diam. Ia terus berputar, mencari jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang belum juga menemukan kepastian.“Siapa yang kirim gambar itu?” gumamnya lirih.Aini menggigit bibir bawahnya. Diambilnya ponselnya dan melihat gambar Danang sedang merangkul seorang wanita. Gambar yang dikirim Deni dari ponselnya. Karena di ponsel ayahnya sudah Deni hapus.“Nomornya nggak dikenal, atau nomor baru,” ucapnya lirih, sambil meneliti kembali kontak pengirim. Tak ada nama, hanya deretan angka. “Tapi siapa yang bisa sampai hati kirim foto ini ke suamiku? Apa orang itu memang ingin semuanya terbongkar?”Ia

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status