Share

Bab 50

Penulis: Lin shi
last update Terakhir Diperbarui: 2025-03-02 21:02:55

"Sedikit, ada. Tapi, tidak sampai berlarut-larut. Kita harus melanjutkan kehidupan. Yang sudah pergi, biarkan pergi," kata Endang dengan santainya.

Dinda dan Danang saling berpandangan, tidak percaya dengan ucapan Endang. Mereka merasa bahwa sikap Endang terlalu berlebihan, seolah-olah kehilangan Papa tidak berarti apa-apa baginya.

"Tapi, Ma, kita kan harus bersedih. Itu wajar, kan?" ucap Dinda dengan nada yang sedikit kecewa.

"Oh, Dinda, kamu ini terlalu cengeng. Jangan terlalu memikirkan hal-hal yang sudah berlalu. Hidup itu harus terus berjalan," jawab Endang dengan nada yang sedikit meremehkan.

Dinda merasa kesal dengan sikap ibunya. Ia merasa bahwa Endang tidak memahami kesedihan yang mereka rasakan.

"Mama, Kak Dina pasti sedih sekarang. Dia baru saja kehilangan ayahnya," kata Dinda dengan nada yang sedikit emosi.

"Oh, Dinda, kamu ini terlalu sentimental. Jangan ikut-ikutan sedih. Kamu kan masih muda, banyak hal yang bisa kamu lakukan," jawab Endang dengan nada yang cuek.

Dinda t
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Ceraikan Aku, Jika Sudah Tidak Cinta    Bab 144

    Suasana ruang rawat inap masih sunyi saat Endang mendorong pintu perlahan. Wajahnya terlihat letih tapi tetap rapi seperti biasa. Namun langkahnya langsung terhenti ketika matanya menangkap Danang yang sedang duduk bersandar di ranjang—sendirian.Endang menoleh cepat ke sekeliling ruangan. Tidak ada tas atau barang Dina. Tidak ada suara di kamar mandi. Sepi."Kok kamu sendirian, Dan?" tanyanya curiga, nada suaranya mulai naik satu oktaf. "Istrimu mana? Dina ke mana?!"Danang mengerjap pelan, seolah terbangun dari lamunan. Ia membuka mulut, namun tak langsung menjawab.Endang mendekat. “Kamu baru habis kecelakaan! Masih lemah begini! Dina ke mana, ha? Bukannya dia yang seharusnya jaga kamu?! Apa-apaan ini?!”Sebelum Danang bisa berkata apa-apa, suara langkah cepat terdengar dari arah luar pintu, lalu pintu terbuka. Dinda masuk, berhent

  • Ceraikan Aku, Jika Sudah Tidak Cinta    Bab 143

    Sinta berjalan cepat dengan wajah memerah karena emosi. Tumit sepatunya menghentak lantai, menimbulkan suara tajam yang bersahut dengan gerutuan-gerutuannya.“Kurang ajar!” umpatnya, “Adik Mas Danang kurang ajar sekali ! Anak bawang tiba-tiba main seret-seret aku, kayak aku maling aja!”Ia terus berjalan, tapi pikirannya belum bisa lepas dari kejadian barusan. Napasnya masih memburu. Namun di tengah langkahnya yang terburu-buru, tiba-tiba ia berhenti. Alisnya berkerut.Sinta menoleh, seolah mencari sesuatu di udara. Lalu ia bergumam, “Tadi dia bilang aku apa sih?”Keningnya berkerut dalam-dalam, mencoba mengingat kembali.“Pelakor ! Dia memanggilku pelakor," ucapnya pelan, seperti baru sadar.Ia terdiam sesaat, lalu tertawa kering—penuh ketidakpercayaan. “Pelakor? Gila! Aku pelakor? Maksudnya

  • Ceraikan Aku, Jika Sudah Tidak Cinta    Bab 142

    Dina terdiam, matanya menyipit. Ia hanya bisa melihat punggung wanita itu—rambut panjang tergerai, langkah cepat, dan sikap penuh percaya diri.Beberapa detik… satu menit… dua menit.Wanita itu tidak keluar.Ia mempercepat langkahnya. Rasa penasaran mencubit hatinya. Wajah perempuan itu tidak bisa dilihatnya.Dina berdiri tepat di depan pintu kamar yang tidak tertutup sempurna. Ia bisa mendengar suara perempuan itu dari balik pintu. Jantungnya berdegup keras, seperti tahu akan ada sesuatu yang tak ingin ia saksikan, namun juga tak bisa ia hindari.Perlahan, ia mendorong pintu beberapa senti—cukup untuk mengintip ke dalam.Jantungnya nyaris berhenti. "Dia... Wanita itu," gumamnya dalam hati.Sinta. Wajahnya jelas. Wanita dalam foto itu. Wanita yang menjadi duri dalam rumah tangganya.

  • Ceraikan Aku, Jika Sudah Tidak Cinta    Bab 141

    Dina sudah hampir satu jam duduk di taman. Saat menjaga Danang, ia lebih suka duduk di luar. Dia malas untuk satu ruangan dengan Danang, saat Danang tidak tidur. Jika dia lihat Danang tidur, baru Dina masuk. Ponsel Dina berdering saat ia sedang duduk taman rumah sakit, tak jauh dari kamar Danang. Nama “Tante Hanum” terpampang di layar. Dina segera mengangkatnya.“Assalamu'alaikum , Tante?”“Walaikumsalam Dina, kamu sibuk? Tante mau ketemu. Bisa kita ngobrol?”Dina menarik napas. “Saya di rumah sakit, Tante.”Hanum langsung panik. “Hah? Kamu sakit, Nak?”“Bukan. Mas Danang, Tante. Dia kecelakaan, sempat dioperasi. Sekarang dirawat di sini.”“Ya Allah… Tante ke sana sekarang.”Sambungan terputus setelah Dina mengatakan ruma

  • Ceraikan Aku, Jika Sudah Tidak Cinta    Bab 140

    Deni dan Johnny baru saja turun dari angkot sepulang sekolah. Karena Deni hari ini tidak bawa motor. Depan pos ronda dekat rumahnya. Pak Johan, salah satu tetangga yang cukup dikenalnya duduk di pos ronda, memanggilnya.“Den, kamu sudah dengar kabar di pasar tadi pagi?” tanyanya sambil menatap Deni dengan wajah serius.Deni mengernyit. “Kabar apa, Pak?”Pak Johan menoleh kanan kiri, lalu berbisik, “Itu, soal juragan Zuki yang ngomong aneh-aneh soal ibumu.”Deni terdiam. Wajahnya langsung berubah. “Maksud Bapak apa?”“Dia bilang di depan orang-orang kalau ibumu janda, dan… ya, nadanya enggak pantas. Banyak yang dengar,” kata Pak Johan pelan."Bapak tidak bohong?""Nggaklah Den. Untuk apa bapak bohong. Bapak ini sudah kenal lama dengan almar

  • Ceraikan Aku, Jika Sudah Tidak Cinta    Bab 139

    "Kamu mengetahuinya, Dinda?" tanya Dina dengan tatapan mata memicing tajam.Dinda menghela napas, lalu menatap lurus ke depan. “Aku pernah lihat, Kak… Mas Danang bersama seorang wanita. Mereka kelihatan… mesra. Terlalu dekat untuk dikatakan sekadar teman biasa.”Ucapan itu menusuk langsung ke jantung Dina. Ia terdiam, wajahnya memucat. Seketika ingatannya melayang pada gambar yang ia terima beberapa waktu lalu—foto Danang dengan seorang perempuan. Foto yang membuat hatinya remuk dan pikirannya penuh pertanyaan, siapa yang mengirimya.Dina menggigit bibir bawahnya, berusaha menahan air mata yang mulai menggenang. “Kapan kamu lihat mereka?” tanyanya pelan, nyaris berbisik.“Beberapa minggu lalu,” jawab Dinda. “Aku nggak yakin awalnya. Rasanya, tidak mungkin Mas Danang berbuat begitu. Aku mengikutinya dan melihat kemesraan keduanya. Tidak mun

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status