Share

Jam Kosong

Beberapa hari berlalu setelah kejadian hari itu, saat Ayu bertemu dengan Herma. Kehidupan sekolah Ayu mulai membaik, dia tidak lagi banyak diam dan takut bertemu dengan Herma. Lebih tepatnya, Ayu sudah mulai melupakan kejadian pada hari itu dan hanya menganggapnya sebagai kebetulan. Dia menjadi lebih ceria kembali dan semakin banyak menghabiskan waktu dengan Tiwi dan Kiki. Dua bulan lagi mereka akan ada ujian tengah semester sehingga tugas yang diberikan oleh para guru menjadi semakin banyak. Pada saat itu juga, Ayu mulai masuk ke ekskul basket dan voli. Dia menjadi lebih sering merangkum catatan dari guru karena minggu depan dia akan sering meminta dispensasi kepada guru untuk berlatih voli sebagai persiapan pertandingan antar sekolah. Ayu juga sudah kembali berbincang dengan Santi, mereka tidak membicarakan kejadian waktu itu sama sekali. Sepertinya Santi tahu jika Ayu tidak ingin membahas kejadian itu, sehingga mereka berbincang seperti biasa dan membahas hal - hal lain. Hari itu, kelas diakhiri lebih awal karena para guru sedang bersiap untuk acara besok. Saat semua murid dipulangkan bersama, Herma juga tidak terlihat sama sekali. Sudah hampir dua minggu sejak kejadian waktu itu, Ayu tidak pernah bertemu dengan Herma sekalipun. Bahkan teman - teman Herma juga tidak terlihat pergi ke kantin atau sekedar lewat di depan kelasnya. Perlahan Ayu menganggap bahwa kejadian itu hanya kebetulan saja dan mulai melupakan Herma.

Keesokan paginya, Ayu berlari menuju ke kelasnya karena waktu telah menunjukkan pukul 07.00. Tapi dari kejauhan dia melihat teman - temannya duduk di halaman kelas. Dia melihat semuanya telah datang, kecuali dirinya. Setelah menghampiri Tiwi dan Kiki ternyata kunci kelasnya rusak, sehingga tidak ada satupun dari kami bisa masuk. Ayu bersyukur dia tidak berangkat pagi - pagi sekali hari itu, bisa - bisa dia hanya duduk - duduk di luar kelas seperti teman - temannya. Tidak lama kemudian pengumuman diberikan, semua siswa diminta untuk membersihkan kelas mereka selama dua jam pelajaran awal kemudian dilanjutkan dengan belajar mandiri, namun jam pulang akan tetap seperti biasa. Seketika semua teriakan terdengar dari seluruh penjuru kelas. Hanya teman - teman sekelas Ayu yang diam dan saling bertukar pandangan, mereka sebenarnya juga senang tapi jika seharian mereka hanya duduk - duduk di luar kelas dan tidak bisa melakukan apa pun itu akan sangat memalukan. Semua anak yang lewat kelas mereka selalu bertanya kenapa semuanya masih di luar dan tidak masuk, bahkan mereka semua tidak bisa membersihkan kelas mereka karena kelasnya masih terkunci. Ini adalah mimpi buruk di pagi hari. 

Setelah mendapat arahan dari wali kelas, semua murid di kelas B dipindahkan ke perpustakaan dan akan terus di perpustakaan sepanjang hari ini. Asal kalian tahu, kelas B berada di bagian sekolah paling belakang, sedangkan perpustakaan berada di samping halaman sekolah paling depan dan ada di lantai dua. Berita ini menambah kesialan mereka hari itu. Tapi ini lebih baik dari pada mereka hanya duduk di luar kelas. Segera setelah mendapatkan arahan dari wali kelas, semua anak di kelas B menuju ke perpustakaan. Sayangnya, karena semua anak membersihkan kelas pagi itu, mereka harus lewat parkiran untuk mencapai perpustakaan. Perpustakaan memang sengaja berada di bagian sekolah paling depan, karena itu satu - satunya tempat yang paling sunyi di sekolah ini. Semua kelas dan ruang guru letaknya setelah perpustakaan, begitu juga laboratorium. 

Setelah sampai di perpustakaan mereka semua membantu membereskan buku - buku sebentar, kemudian anak - anak lain ada yang menonton film, membaca buku, tidur, bahkan makan. Belajar mandiri adalah kata lain dari bebas, begitulah kira - kira sehingga apa pun yang kalian lakukan asalkan tidak membuat onar boleh dilakukan. Ayu yang lelah menata semua buku segera pergi ke belakang perpustakaan. Dia duduk di tangga sendirian dan menikmati waktunya. Ini lebih baik dari pada bermain dengan teman - temannya karena dia cukup lelah. Saat dia melihat jalan yang menghubungkan perpustakaan dengan parkiran, dia melihat ada seorang laki - laki yang berjalan mendekat ke arahnya. Setelah dia melihat sekilas, dia segera memalingkan pandangannya, Ayu tidak peduli. Namun, Ayu merasa orang itu semakin dekat menuju ke arahnya dan saat dia menoleh, Ayu melihat senyum yang tidak asing. Dia adalah Herma, laki - laki yang hampir dia lupakan.

"Aku mencarimu ke kelas, tapi tidak ada satupun orang di sana." katanya.

Ayu hanya diam dan memalingkan wajahnya. Saat dia hendak pergi Herma berkata, " Aku sudah jauh - jauh kesini, jangan pergi." 

Seketika Ayu diam membeku. Dia hanya tertunduk. Herma segera duduk tepat di samping Ayu dan semua menjadi hening, tidak ada satu kata pun yang keluar dari mulut Ayu. Anehnya, Herma tidak terlihat seperti orang jahat. Dia terlihat seperti teman - teman masa kecil Ayu yang akan selalu menjaganya. Herma bahkan tidak terlihat seperti orang yang pernah berlaku kasar kepada yang lainnya. 

Herma kemudian bertanya, "Bagaimana kabarmu?" 

Ayu yang kaget dengan pertanyaan itu menjawab dengan tergagap, "B-baik." 

Herma kemudian melanjutkan, "Dua minggu ini aku sibuk belajar, sebenarnya aku tidak suka. Tapi karena Ayahku memintaku lulus dengan nilai baik aku harus belajar untuk ujianku minggu kemarin."

Ayu membeku mendengarkan perkataan laki - laki itu. Dia tidak tahu apa yang sedang berusaha dibicarakan oleh laki - laki itu dengannya. 

"Oh." jawab Ayu singkat untuk memecah kesunyian.

"Apa yang telah kamu dengar tentang ku?" tanya dia lagi. 

"T-tidak ada." kata Ayu. 

"Aku akan mendengarkannya, dan memberi tahu mana yang salah dan benar." kata Herma.

"Tidak ada yang aku dengar tentangmu. Aku sama sekali tidak diberitahu oleh siapapun tentangmu." timpal Ayu. 

"Bahkan dari matamu aku sangat yakin kamu meragukanku." pungkas Herma. 

Ayu diam, mata mereka saling bertemu. Herma menatapnya dalam dan seakan meyakinkan bahwa tidak akan terjadi hal buruk jika Ayu berbicara yang sesungguhnya. Ayu segera memalingkan pandangannya.

"Baiklah, aku sebenarnya tidak pernah mencari tahu tentangmu secara langsung. Aku hanya mendengar tentangmu dari anak - anak lain." kata Ayu. 

"Iya, aku tahu itu. Aku tadi bertanya apa yang kamu dengar tentangku?" tanya Herma.

"Aku tidak bisa menyebutkannya, hanya saja itu bukan hal baik." timpal Ayu. 

"Bahkan semua orang bisa tahu hal itu dari tatapanmu saat kita pertama kali bertemu." jelas Herma. 

Ayu hanya diam mendengar hal itu. Dia tidak menyangka bahwa tanggapan Herma akan seperti itu. Jika benar dia laki - laki yang tidak baik, bukankah seharusnya dia tidak bertanya baik - baik atau mungkin dia akan memaki saat bertanya. Nada suaranya sangat rendah, entah ini benar atau tidak tapi teman - teman laki - laki Ayu selalu bilang bahwa, saat ada laki - laki yang berbicara dengan nada suara yang rendah kepadamu, maka sudah bisa dipastikan dia pasti menyukaimu. Saat itulah dia harus berhati - hati, namun jika Herma yang berbicara seperti itu, Ayu menjadi ragu apakah benar apa yang dikatakan teman - temannya itu. Awalnya Ayu berpikir bahwa Herma adalah anak yang tidak sopan, dimana dia tidak memakai seragamnnya dengan benar, selalu melanggar peraturan, suka bolos, dan bisa saja dia suka minum minuman beralkohol dan bertato. Tapi sejauh ini tanda - tanda itu tidak terlihat pada diri Herma. 

"Aku rasa kamu tidak terlalu pendiam." kata Herma. 

Ayu kaget mendengar hal itu. "Kamu menjawab semua pertanyaanku dengan jelas." lanjut Herma. 

"Aku tidak berharap kamu akan selalu mendengarkan pembicaraan orang tentangku. Tapi satu hal yang pasti kamu tidak akan pernah mendengarkan hal baik tentangku." kata Herma. 

Ayu menatapnya dalam diam dan berusaha memahami orang seperti apa Herma ini. 

"Untuk apa kamu memberi tahuku ini semua?" tanya Ayu keheranan.

"Aku yakin kamu pasti bingung dengan sikapku. Aku hanya menyukaimu, dan tidak peduli dengan hal lain." kata Herma.  

Ayu seketika membeku mendengar hal itu. Banyak sekali perempuan yang ingin menjalin hubungan dengan Herma tapi kenapa dia tiba - tiba mengatakan hal itu kepada Ayu. Dia tidak bisa memahami perkataan Herma. Bahkan mata Ayu terbelalak saat mendengar Herma berkata dia menyukainya. 

"Aku rasa kamu cukup tahu itu dulu. Aku pergi dulu karena kelihatannya kamu tidak akan percaya apa pun yang akan aku sampaikan setelah ini." lanjut Herma.

Dia mengelus pelan rambut Ayu dan berkata,"Aku tidak akan pernah melukaimu atau membiarkan orang lain menyakitimu." kemudian berlalu meninggalkan Ayu yang bahkan tidak tahu harus merespon apa lagi. Dia melihat punggung Herma yang mulai berjalan menjauh darinya. Ayu semakin yakin bahwa Herma tidak seperti yang dibicarakan oleh teman - temannya, bahkan lebih buruknya dia merasa Herma adalah orang yang baik. Meskipun dia baru pertama kali berbicara dengan Herma tapi dia tidak melihat ada tanda - tanda bahwa dia adalah orang yang jahat. Bahkan Herma tidak pernah menggunakan suara yang tinggi saat berbicara dengan Ayu. Atau apakah dia hanya berusaha mempermainkan Ayu? Tapi untuk apa Herma melakukan itu semua, bahkan dia berjalan menuju ke kelasnya. Sangat tidak masuk akal jika dia melakukan semua itu untuk membohonginya, atau mempermainkannya saja. Entah apa yang akan terjadi dengan Ayu.

Sebeleum terlambat, Ayu segera berteriak saat Herma belum berjalan terlalu jauh,"Kenapa kamu melakukan itu?" 

Dia menoleh dan tersenyum, "Jawaban seperti apa yang kamu mau?" katanya,

"Berikan aku jawaban yang realistis, aku tidak mau berurusan dengamu." jawab Ayu. 

Herma kemudian berjalan perlahan menuju tempat Ayu berdiri. Saat jarak mereka sudah cukup, dia diam sebentar dan menarik nafas. 

"Aku sudah bilang, aku menyukaimu, tidak akan melukaimu ataupun membiarkan orang lain menyakitimu." kata Herma. 

"Kenapa aku? Aku bahkan tidak mengenalmu atau pernah bertemu denganmu." tanya Ayu. 

"Aku tidak tahu kamu adalah orang yang seperti ini." kata Herma.

"Terserah, aku hanya ingin tahu alasanmu melakukan ini semua." jawab Ayu ketus. 

"Nanti, kamu akan tahu nanti." kata Herma sambil berpaling dari Ayu. 

Ayu yang masih tidak mengerti dengan semua sikap Herma diam di tempatnya dan membeku. Bagaimana bisa dia bertemu dengan laki - laki sepertinya yang tiba - tiba datang dan pergi sesuka hatinya. Dosa apa yang pernah dia lakukan sampai - sampai dia harus berurusan dengan orang seperti itu?

Putri

Ternyata hati memang tidak pernah ada di bawah kendali otak dan logika. Meskipun secara logika sudah pasti semuanya tidak masuk akal, namun masih saja jatuh hati bisa secepat itu.

| Sukai

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status