Pertemuan terakhir Ayu dengan Herma membuatnya semakin tertarik dengan Herma. Ayu mulai merasa bahwa Herma sangatlah berbeda dengan apa yang dipikirkan oleh teman - temannya. Setelah pertemuan itu, Herma sering menemui Ayu diam - diam atau menghubunginya. Ayu tidak menceritakan hal ini kepada dua temannya, Kiki dan Tiwi. Ayu merasa bahwa mereka berdua bisa saja tidak memihaknya dan membuatnya semakin membenci Herma padahal Herma tidaklah seburuk itu. Begitu juga dengan Santi, tidak pernah sekalipun Ayu membahas hal ini di hadapan Santi. Seiring berjalannya waktu Herma mulai banyak menceritakan apa yang selama ini terjadi padanya sehingga banyak sekali anggapan buruk tentangnya. Sebenarnya tidak semua rumor yang ada salah, ada beberapa rumor yang memang benar adanya tapi tidak semuanya benar.
Hari itu saat ada jam kosong Ayu sedang pergi ke toilet bersama dengan temannya. Ketika hendak kembali ke kelas, Ayu melihat dari kejauhan ada sosok yang dia kenal. Dia adalah Herma yang berjalan menuju ke arahnya. Saat melewati Ayu, Herma berbisik, "Aku ingin bicara.". Ketika mendengar hal itu Ayu segera meminta temannya untuk kembali ke kelas lebih dulu dan mengatakan bahwa dia akan pergi ke kantin terlebih dahulu untuk membeli sesuatu. Ayu kemudian mengikuti jalan yang dilalui Herma dan menuju kantin, di balik dinding Herma sudah menunggunya.
"Kamu dari mana?" tanyanya.
"Dari toilet. Ada apa?" tanya Ayu.
"Aku hanya ingin berbincang denganmu, tidak ada pembicaraan khusus." jawab Herma.
"Hah? Dasar! Aku sedang tidak ada waktu untuk itu. Bagaimana jika temanku berpikir aneh tentang kita. Aku pergi." kata Ayu sambil berlari.
"Hati - hati." teriak Herma.
Ayu hanya melambaikan tangannya tanda mengerti dan bergegas kembali ke kelasnya. Dia kembali ke kelas dan berbincang dengan temannya. Tiba - tiba Ayu dihampiri oleh seorang temannya, "Ada yang mencarimu, dia ingin berbicara." Ayu yang merasa tidak sedang janjian dengan siapa pun berjalan ke luar kelas dan mendapati Herma menunggunya di sana. Seketika matanya membelalak, "Sudah gila ya?!". Ayu segera menarik tangan Herma dan membawanya ke belakang kelas.
"Ada apa?" tanya Ayu dengan raut wajah yang khawatir.
"Tidak ada satu orang pun di sini. Jangan khawatir." kata Herma santai.
"Bagaimana jika ada yang tahu dan membicarakan kita? Teman - teman di kelasku sangat suka bergosip, Apa yang kamu pikirkan?" kata Ayu cemas.
"Aku tadi kan sudah bilang, aku hanya ingin berbicara denganmu. Salahmu sendiri memilih untuk meninggalkanku." jawab Herma.
Ayu terdiam dan tidak percaya apa yang didengarnya. Kenapa dia harus melalui ini semua hanya karena ada orang lain yang ingin berbicara dengannya.
"Bagaimana kabarmu?" tanya Herma dengan nada rendah khasnya.
"Baik." jawab Ayu seadanya.
"Maafkan aku karena tidak menghubungimu." kata Herma tiba - tiba.
"Tidak masalah. Aku rasa kita juga tidak dalam hubungan dimana kita harus selalu berbagi kabar satu sama lain." jawabnya.
"Tapi aku ingin mengetahui kabarmu, siapa yang kamu temui, adakah pria lain yang mengusikmu, apa yang kamu lakukan dengan temanmu, dan apakah kamu ingat denganku?" pungkas Herma.
"Aku diserang lagi, kenyataan bahwa Herma lebih mau jujur tentang apa yang ada dipikirannya menghancurkan pertahananku sekali lagi. Berhari - hari aku berusaha melupakannya dan sekarang hanya dengan beberapa pertanyaan itu, aku sudah hancur." batin Ayu.
"Ya begitulah. Kenapa tiba - tiba bicaramu panjang sekali." kata Ayu.
"Bukan itu pertanyaanku." kata Herma sambil menatapnya dalam.
Ayu yang merasa canggung segera memalingkan pandangannya.
"Aku baru sadar jika ternyata kamu tidak pernah sekalipun tertawa di depanku. Padahal aku sering melihatmu tertawa dengan temanmu." kata Herma lagi.
"Hah? Kapan kamu melihatnya?" tanya Ayu dengan penuh ketakutan.
"Beberapa kali." jawabnya.
"Kamu membuatku takut." kata Ayu.
"Aku tidak mengikutimu seperti orang gila, jangan berpikir yang aneh. Aku hanya beberapa kali melihatmu tertawa itu pun saat kamu ada di tempat terbuka." jelas Herma.
Mendengar hal itu Ayu tertawa, "Aku juga tidak berpikir seperti itu." lanjutnya.
Herma tersenyum melihatnya. Entah ini perasaan Ayu yang hanya ilusi atau memang benar adanya, tapi Ayu merasa bahwa Herma tulus dengan semua yang dikatakannya. Matanya sama sekali tidak menunjukkan jika dia berbohong, lebih buruknya Ayu merasa bahwa Herma memang menyukainya. Merasa aneh dengan apa yang dipikirkannya Ayu berjalan pergi melewati Herma yang masih memandanginya. Hermapun segera meraih tangan Ayu dan berkata, "Iya, itu benar." sambil membelai rambut Ayu dengan lembut. Ayu segera pergi setelah mendengarkan apa yang dikatakan Herma.
"Kenapa Herma berkata seperti itu? Apa dia tahu apa yang ku pikirkan? Tidak aku rasa dia hanya berbicara ngawur. Dia tidak mungkin tahu apa yang ku pikirkan." batin Ayu saat berjalan kembali ke kelasnya.
Fakta bahwa Herma datang dan pergi sesukanya bukanlah hal baik bagi Ayu. Dia yakin bahwa Herma tidak memberikan suatu hal yang pasti atau dia bisa saja meninggalkannya kapan pun sehingga hanya Ayu yang akan tersakiti membuat Ayu selalu memperkuat pertahanannya. Meskipun Herma selalu berbicara manis, tapi fakta bahwa dia sering datang dan pergi tiba - tiba membuat Ayu tidak pernah berharap akan memberikan harapan atau rasa cinta kepadanya. Apalagi setelah beberapa waktu ini kenal, dia semakin menyadari bahwa Herma bukan orang yang suka dikekang, di dunia ini memang tidak ada yang ingin dikekang begitu juga Ayu. Namun, selama ini ketika Ayu merasa bahwa dia sudah dekat dengan Herma. Saat itu juga, Herma akan tiba - tiba menghilang. Dia tiba - tiba tidak membalas ketika dihubungi atau tiba - tiba tidak terlihat sama sekali ketika di sekolah, padahal biasanya sangat mudah bertemu atau melihatnya berkeliaran di sekolah. Tarik ulur ini, membuat Ayu merasa sama sekali tidak yakin dengan Herma.
Hallo there, hope you love this story. Let's see what will Ayu do when she know who is Herma. This story based on real story. So, I hope you can share what will you do when you become Ayu and meet playboy that love you to the moon and back.
Setelah latihan siang itu, Ayu dan Rudi kembali ke kelas masing - masing. Beruntungnya para guru tidak mengisi kelas siang, jadi mereka dibiarkan belajar mandiri di kelas. Meskipun ada banyak hal yang bisa Ayu kerjakan, namun dia memilih untuk tidur. Kiki, Tiwi, dan juga Nandar mengetahui bahwa temannya ini sedang kelelahan dan tidak ingin diganggung. Ketika mereka diam mereka sedang membantu Ayu untuk mengembalikan tenaganya, sehingga mereka memilih untuk diam. Sebenarnya Ayu sedang memikirkan perkataan Rudi dan Ab. Pernahkan Ayu memutuskan sesuatu untuk dirinya sendiri dan sebenarnya siapa yang di dalam hatinya. Laki - laki seperti apa yang Ayu cintai dan apa masalah yang dia miliki karena berbagai hal yang terjadi beberapa waktu terakhir. Meskipun laki - laki yang Ayu temui tidak pernah cukup mewakili berbagai tipe atau kriteria laki - laki yang dia idamkan, namun Ayu punya cukup ruang untuk berefleksi terkait hal ini. Herma, laki - laki pertama yang mengatakan suka kepadanya me
Setelah kejadian kemarin ketika semua anak di kelas Ayu mengetahui bahwa Ab berselingkuh, semua orang tiba - tiba sinis ketika melihat Ayu. Entah apa yang beredar tapi Ayu tidak peduli. Dia merasa sedang dipermainkan oleh dirinya sendiri, dia sendiri yang mengambil keputusan tapi dia juga yang merasa dibodohi oleh pilihannya. Pagi ini Ayu hanya pergi ke kelas tanpa berkata sepatah kata pun kepada anak - anak yang bertanya tentang Ab. Begini memang konsekuensi jika kamu menunjukkan hubunganmu dengan seseorang di sekolah, pasti semua berita cepat beredar. Semalaman Ayu juga tidak menghubungi Ab sama sekali. Dia hanya diam dan tidak mau mengambil langkah apa - apa. Sudah jelas siapa yang berselingkuh tapi malah dia yang marah, meskipun demikian itu tidak sepenuhnya salah Ab. Jika saja Ayu lebih perhatian dan membalas rasa sayang Ab, dia tidak akan melakukan hal yang memalukan itu. Baru saja duduk, Ayu tiba - tiba membaca pesan dari Rudi. Rudi : Ganti bajumu sekarang, kita latihan seha
Ayu pernah mendengar istilah ini, buku yang kamu baca mungkin sama namun dirimu yang membaca buku pada saat itu dan pada masa sekarang akan memberikan sudut pandang yang berbeda. Masih beberapa bulan sejak dia masuk ke sekolah barunya ini, dan beberapa bulan lalu dia melihat masa depan sekolahnya menyenangkan namun juga menyesakkan. Akan tetapi, saat ini semuanya menjadi biasa saja. Ayu tidak merasa ada beban pikiran yang berarti melihat Herma, hubungannya dengan Ab, atau yang lain. Herma yang dia kira akan membuatnya bersedih cukup lama ternyata membiarkannya melepaskan hubungan itu dengan tenang. Dia bisa melihat atau menyapa Herma jika sesekali berpapasan di kantin atau di lorong kelas. Namun ada kenyataan yang baru - baru ini diketahui Ayu tentang Herma. Tiwi pada suatu hari memberitahunya saat Ayu sedang di lapangan selesai latihan voly. "Yu. udah selesai?" tanya Tiwi dari kejauhan. "Udah." kata Ayu sambil berteriak. Tiwi kemudian berjalan menuju tempat Ayu duduk santai di
Sepulang dari sekolah teman - teman Ayu sudah menunggu di tempat biasa mereka berkumpul. Ayu sudah merasa lebih baik, tapi masih belum bisa menguraikan benang yang sudah kusut ini. Ayu yakin bahwa teman - temannya akan menyalahkannya atas segala yang terjadi. Tapi ini lebih baik karena mereka akan jujur kepada Ayu dan tidak menutupi apa pun, serta menyalahkan Ayu saat Ayu salah. Ayu hanya ingin melepaskan beban yang dia bawa karena keputusan yang dia ambil tanpa pertimbangan itu. Sedangkan tidak ada satu hal pun yang selesai sejauh ini. Segalanya malah menjadi semakin pelik. Saat Ayu menuju ke tempat nongkrong mereka, dia melihat Hadi dan Angga sudah di sana. Adi, Deri, dan Nandar akan menyusul. Angga yang melihat wajah suntuk Ayu segera meminta Ayu duduk. Dia tidak berbicara apa - apa dan menepuk pundak Ayu. Hadi masih sibuk dengan handphonenya, hari ini dia yang bertugas untuk memesan makanan mereka. "Aku yakin semuanya akan baik - baik saja." kata Angga lembut. "Tapi jika bol
Sejenak Ayu merasa senang karena ada satu hal yang pasti ketika Ab menyatakan perasaannya. Akan tetapi itu hanya berlangsung semalam saja. Keesokan paginya saat Ayu bersiap - siap dia merasa jauh dari Herma dan perasaan menyiksa bahwa dia tidak akan bisa lagi bersama Herma menghampirinya. Tanpa Ayu ketahui Ab sudah berangkat pagi - pagi dan menunggu Ayu di depan kelasnya. Teman - teman Ayu yang lain hanya bisa diam saja dan mengabaikan Ab yang mondar - mandir di depan kelas mereka. Tiwi dan Kiki ternyata lebih parah, mereka membenci Ab yang sering ada di sana meskipun tidak pernah mengajak mereka bercakap - cakap. Lebih tepatnya mereka merasa risih saja. Ketika Ayu sudah berjalan di halaman sekolah dia melihat di sisi kanan ada Herma melihatnya. Ayu tidak bisa hanya sekedar berhenti untuk melihatnya atau bahkan menghampirinya. Terlalu banyak orang di sekolah yang bisa membuatnya merasakan kehidupan sekolah yang mengerikan jika ada yang tahu dia berhubungan dengan Herma. Namun, rasa
Hari itu Ayu merasa sedih dan juga marah pada Herma karena meminta perhatian dan pengertian lebih, padahal dia selama ini semaunya datang dan pergi. Akan tetapi Ayu juga merasa sedih karena mengatakan hal yang melukai perasaan Herma. Ketika pulang dan sampai rumah, Ayu melihat ada chat masuk untuknya, saat dia melihat sekilas dia tahu itu dari Ab. Ayu tidak terlalu peduli dan segera pergi mandi. Saat dia selesai mandi dan makan dia segera pergi ke kamarnya dan mulai menyalakan musik yang kencang. Dia tidak ingin ada yang mengganggunya, beruntungnya hari itu orang tua Ayu sedang pergi ke luar sampai malam karena ada acara di tempat temannya. Ketika Ayu melamun di kamarnya dia mengambil handphonenya dan melihat ada chat dari Ab dan Herma. Ayu tidak ingin membalas chat keduanya dia hanya memandangi notifikasi di layar handphonenya yang berisi chat Ab dan Herma. Ab : Kamu lagi sibuk kah? Herma : Kamu lagi ngapain? Ayu hanya mendengus membaca chat dua laki - laki itu. Dia sebenarnya ti