Natalie yang sejak tadi menunggu King dan Kavaya turun ke bawah mulai tak tenang. Dalam hati dia ingin memberontak karena dia penasaran dengan apa yang di lakukan King di kamarnya bersama Kavaya. "Harusnya bukan wanita itu yang ada di sana. Wanita yang suka menghabisi nyawa orang itu tak pantas bersama dengan King. Tapi aku yang pantas, aku berasal dari keluarga yang terpandang sedangkan wanita itu hanya dari keluarga yang penuh dengan masalah." Natalia terus bergumam tanpa sadar jati dirinya yang sebenarnya bahkan jauh di bawah Kavaya. Tapi karena dia di besarkan di lingkungan yang selalu mendukungnya dia bersikap seolah dia selalu bisa mendapatkan semua yang dia mau. Natalia sangat berbeda dengan Leon. Natalia adalah wanita penuh ambisi dan selalu ingin mendapatkan apa yang dia mau dengan jalan pintas. Jika ada yang menghalanginya dia akan melakukan berbagai macam cara untuk menyingkirkannya. *# Dari dalam kamar Kavaya masih memerhatikan Natalie yang tengah menunggunya dan j
Tepat setelah Kavaya pergi dari sana, Jesica di gelandang oleh anak buah Kaito. Jesica berteriak tak ingin di bawa tapi anak buah Kaito tak peduli. Pemandangan langka itu membuat semua karyawan King berkumpul untuk mengetahui apa yang terjadi. Sungguh mereka semua terkejut, Jesica Wang yang merupakan designer berlian malah di seret oleh beberapa orang yang tak di ketahui. Tapi Leon malah hanya diam melihatnya. "Apa yang kalian lihat? Bukannya kalian harus bekerja? Apa mau di ganti saja?" Dari arah belakang mereka terdengar suara perempuan yang galak dan mengusir para karyawan yang sedang berkumpul itu. Semua karyawan itu langsung ngacir karena tak mau di pecat hanya karena melihat orang yang sedang di gelandang itu. "Ayumi......" panggil Leon lirih. Ayumi yang merasa di panggil pun menoleh dan tersenyum ke arah Leon. Leon sempat terpaku melihat kedatangan Ayumi di sana. "Apa kabar Leon?" sapa Ayumi santai. Leon masih terus melihat ke arah Ayumi tanpa berkedip. Dia tak tahu
"Sweety, kamu mengenalnya?" tanya King. Kavaya mengangguk, dan menatap Jesica santai. "Nggak terlalu kenal tapi dia salah satu buronan teman kakak. Sepertinya aku baru ingat, bagi yang bisa menangkapnya akan di kasih imbalan jutaan dollar. Dan apakah kita ingin menangkapnya Bee?" Kavaya menatap miring pada Jesica, jelas Kavaya tahu type wanita seperti Jesica adalah type benalu yang akan menggangu pasangan orang lain. Jesica melotot tajam ke arah Kavaya. Dia menunjuk Kavaya dengan geram. "Siapa kamu sebenarnya? Berani sekali kamu mempengaruhi King, dia sahabatku dari kecil. Jadi tak mungkin dia akan menurutimu!" bentak Jesica pada Kavaya. King masih diam saja, menyimak apa yang di bicarakan Kavaya dengan Jesica. Dan dia benar benar baru tahu jika Jesica adalah buronan dan bisa kabur kemari. "King dia membentak ku, dan dia bilang tadi dia sahabat kecilmu. Apa itu benar?" Raut wajah Kavaya berubah seperti seorang yang menahan tangisnya saat ini. King pun menaikkan se
Kavaya dan King sudah sampai di rumah sakit. Mereka langsung ke kamar Naomi. Di dalam sana ada Richard yang selalu menemani Naomi tanpa beranjak sedikitpun dari sisinya. "Apa dia belum sadar?" tanya Kavaya saat sampai di sana. "Sudah, hanya saja dia kembali tertidur karena efek dari obat yang dia minum. Dan dia semakin sehat, tapi dokter menyarankan agar Naomi tak terlalu banyak gerak terlebih dahulu. Dia harus pakai kursi roda jika dia ingin pergi kemana man. "Bagiamana keadaan bayi kalian?" "Dia tumbuh dengan sehat," jawab Richard lagi. Ada senyum bahagia di sana. Dan itu terlihat jelas sekali saat ini. "Richard, jika kamu ingin membawa Naomi hidup menjadi orang biasa aku tak keberatan. Sampai anak kalian lahir dengan selamat dan sehat." Perkataan King baru saja membuat Richard langsung melihat ke arah King dengan serius. "Apa yang kamu katakan?" "Aku serius, mulailah hidup baru dengan keluargamu sampai kalian benar benar pulih dan siap kembali. Jangan khawati
Kavaya masuk ke ruang kerja King dan membawa beberapa camilan serta kopi untuk King. "Masih banyak Bee?" King yang awalnya sibuk pun mendongak dan mengulurkan tangannya, meminta Kavaya mendekat ke sana. "Kurang sedikit lagi, kenapa? Apa kamu butuh sesuatu?" Kavaya menggeleng, dia melihat layar laptop King yang sedang mengerjakan laporan miliknya. "Kenapa kamu membiarkan Natalie ada disini? Lebih tepatnya ada di sekitar Leon?" "Hanya ingin membuat Natalie sadar jika hanya Leon yang baik untuknya. Natalie dan Leon sama sama anak panti asuhan. Kehidupan mereka hampir sama, jika Leon di didik seperti anak sendiri oleh Pedro, sedangkan Natalia di didik dengan cara yang kasar dan menjadikannya pembunuh berdarah dingin. Dan sayangnya Leon mencintainya sejak dulu." Kavaya mengangguk mengerti, jika sudah membicarakan cinta tak ada yang bisa mengingatkannya. "Jadi apa yang akan kamu lakukan? Bukannya kamu tahu kalau dia juga tertarik sama kamu?" pancing Kavaya. "Itu urusan
King mendelik ke arah Kavaya, dia heran bagaimana bisa Kavaya sudah membawa sebuah pisau itu. Padahal sejak tadi Kavaya hanya berdiri diam di sana melihat dia makan. "Pisau dari mana Sweety?" "Pisau mainan...tadi nempel disini, jadi nggak sengaja aku ambil." Jawab Kavaya dengan wajah polosnya. Pengawal King melongo mendengar jawaban Kavaya. Bisa bisanya pisau mainan bisa menghabisi nyawa seseorang. "Kamu yakin Sweety kalau itu pisau mainan?" selidik King lagi. Kavaya meringis lebar karena King tak percaya dengan apa yang dia katakan. "Itu pisau beneran, ada racunnya juga. Kebetulan sebelum kesini aku membawanya untuk di tes. Tapi ternyata malah ada yang mau jadi kelinci percobaan. Jadi ya udah kan," kata Kavaya santai. King menghela napas panjang. Dia menyuruh pengawalnya untuk membereskan mayat kepala pelayan itu. Sedangkan Kavaya malah ikut turun ke bawah mengumpulkan semua pelayan wanita yang ada di sana. Mereka semua histeris dan ketakutan melihat kepala pelayan
Pembicaraan King dan kakek Kavaya sudah selesai. Dan King mengikuti semua saran dari kakeknya Kavaya. Semua itu karena dia ingin papanya segera sembuh. * Hari berganti, dan King membawa Kavaya kembali ke mansion miliknya. Tapi Kavaya mengerutkan keningnya bingung. Karena dia barn pertama kali melihat mansion itu. "Turun dulu ya...." Kavaya mengangguk dan mengikuti King masuk ke dalam mansion setelah dia sampai disana. Saat mereka masuk, mereka sudah di sambut dengan banyak pelayan yang di pekerjakan oleh King. King tak peduli dengan mereka semua, tapi saat sudah masuk ke dalam satu kepala pelayan perempuan menyambutnya dengan senyum yang tersemat di bibirnya. Tapi saat melihat King menggandeng seorang perempuan senyum itu surut dari wajahnya. Dia menatap Kavaya dengan sinis, tapi Kavaya hanya menatapnya dengan santai. "Bee.... sepertinya ada yang ingin bermain?" King yang sejak tadi fokus dengan ponselnya pun mengalihkan pandangannya kepada Kavaya. "Bermain? pa
Kavaya keluar dari kamarnya dengan terus menggerutu sampai tak sadar jika apa yang di lakukan nya sedang di perhatikan oleh sang kakek. "Kenapa kamu terus mengomel seperti itu Ava?" "Eh, kok ada yang ngomong? Kok kayak suara kakek?" Kavaya berhenti dengan raut wajah bingung mencari keberadaan kakeknya. "Nggak sopan kamu jadi cucu," "Baru beberapa bulan kamu nggak ketemu kakek, terus sekarang kamu jadi durhaka??" Kaito yang melihat Kavaya di omeli kakek mereka pun terkikik geli. Dan Kavaya yang tersadar jika kakeknya memang ada disana pun langsung berbalik. "Hehehe, tadi ku kira bukan kakek. Kak Kaito bilang kalau kakek akan sampai nanti malam." Kavaya melihat kakeknya dengan cengengesan. Tapi setelahnya dia berjalan cepat ke arah kakeknya dan memeluknya erat. "Kakek maafkan aku yang tak menyambut kedatangan kakek tadi." ucap Kavaya dengan penuh sesal. Sang kakek pun menepuk pelan kepala Kavaya. Ekor matanya melirik ke anak tangga dimana King turun dan menghampi
King terus menyerang Kavaya dari segala posisi, dia tak membiarkan Kavaya bareng sedetik saja. Semua yang ada pada Kavaya di jelajahinya sampai dia puas. Terakhir karena dia sendiri sudah turn on, dia melepas sisa kain yang masih melekat padanya. Kavaya meneguk ludahnya kasar meskipun pernah merasakannya. "Sweety apa kamu udah siap?" tanya King dengan suara seraknya. Kavaya mengangguk ragu tapi King yang sudah di selimuti kabut gairah pun tetap melakukan apapun pada Kavaya. Kavaya sempat memekik kembali Karena ternyata rasanya kembali sakit seperti saat pertama kali mereka melakukannya dulu. King menghentikan apa yang dia lakukan karena melihat Kavaya kesakitan. Dia mulai panik tapi kepalang tanggung juniornya pun sudah masuk separo. "Sweety, apa ini menyakitimu? Aku akan berhenti kalau ini kembali sakit seperti dulu." Kavaya menahan lengan King karena dia baru ingin menyesuaikan dirinya. "Tidak King, hanya sedikit kaget karena ternyata rasanya kembali seperti dulu.