Share

Chapter 3 Impossible

~Keluarga kaya tak membutuhkan ruang lain yang tak layak untuk anaknya.tapi, mengapa ia membutuhkan nya?~ Sevilla flovie.

Hari weekend ini, sevilla sangat antusias untuk bangun di pagi hari. ia senang karena bisa berangkat bekerja tepat waktu. segera ia langkahkan kakinya menuju tempat pencucian mobil, tempat kerjanya yang selalu buka awal pagi.

"Hai bos selamat pagi!" ucap Sevilla pada bosnya sembari tersenyum.

"Pagi sevilla, wah kau bersemangat sekali hari ini!" ucap bosnya.

"Tentu saja, hari ini kan weekend

jadi, aku bisa bekerja penuh hari ini!" ucap Sevilla.

"Aku beruntung memiliki karyawati yang punya semangat bekerja seperti mu!" ucap bos.

"Ah bos ini bisa saja, ya sudah aku ganti pakaian ku dulu yah!" ucap Sevilla.

"Baiklah kalau begitu!" ucap bos.

Selesai mengganti pakaiannya, sevilla segera keluar dan bersiap untuk pelanggan pertama nya hari ini. tapi, terlihat sang bos tengah memarahi seorang pria berjaket hitam, karena penasaran ia pun memutuskan untuk menghampiri mereka.

"Ada apa sih bos?" ucap Sevilla.

"Ini karyawan baru, udah dua kali dia gak berangkat kerja ke sini, gimana gak marah coba?" ucap bos pada sevilla sambil menatap tajam pria berjaket hitam yang memakai masker itu.

"Udahlah bos yang penting hari ini dia berangkat!" ucap Sevilla berusaha menenangkan sang bos.

"Beruntung hari ini kamu tidak saya pecat, lain kali kalau kamu terlambat lagi, saya akan pecat kamu dari pekerjaan ini!" ucap bos.

Bos nya itu, langsung pergi meninggalkan mereka berdua di sana.

"Aku kok kek gak asing liat kamu, apa kita pernah ketemu sebelumnya?" ucap Sevilla.

"Ya pasti pernah cewek cupu!" ucap pria itu yang ternyata adalah Verrel.

"Verrel?" ucap Sevilla yang masih bingung.

Verrel pun membuka masker nya , terlihat jelas wajah yang sehari-hari mengganggu hidupnya.

"Wah aku gak nyangka, ternyata kamu mau kerja beginian juga!" ucap Sevilla

"Kenapa emangnya? emang orang kek gue gak boleh kerja beginian?" ucap Verrel.

"Yaa... boleh sih? cuman aku gak nyangka ajah kamu mau kerja kek ginian!" ucap Sevilla

"Eh tapi lu jangan bilang ke siapa-siapa yah, kalo gue kerja kek gini?" ucap Verrel sambil menunjuk wajah sevilla.

"Hahaha kenapa? kamu malu ya? dasar cowok sok keren!" ucap Sevilla

"Ah terserah lu dah, kagak peduli gue!" ucap Verrel yang langsung pergi meninggalkan sevilla.

Mobil pertama pun datang, sevilla langsung datang dan menyapa sang pelanggan.

"Halo Pak! selamat datang ditempat pencucian kami, silahkan tunggu sejenak, kami akan segera membersihkan mobil anda!" ucap Sevilla sembari tersenyum ramah.

Verrel lewat di hadapan sevilla, ia hanya tersenyum remeh melihatnya.

"Cih sok ramah lu!" ucap Verrel yang berlalu begitu saja.

Sevilla hanya mengabaikannya, dan mulai bekerja.

"Lho kok sevilla kerja sendiri? kamu gak bantu ver?" ucap bos mereka yang tengah mengawasi mereka.

"Dia aja gak butuh bantuan saya bos, jadi, buat apa saya bantu dia?" ucap Verrel.

"Dasar cowok gak peka, Masa masalah kek gitu aja harus disuruh dulu!" ucap  bos.

"Udah bos gak papa, aku kuat kok kerja sendiri!" ucap Sevilla.

"Beneran kamu gak papa? kamu pertama kali nya loh kerja cuci mobil sendiri kek gini?" ucap bos.

"Iya bos gak papa, nanti juga kan aku ganti shift sama kak Fahri!" ucap Sevilla.

"Ohh ya udah deh!” ucap bos yang meninggalkan mereka.

Setelah selesai membersihkan mobil, sevilla segera memanggil pelanggan.

"Mobil anda sudah saya bersihkan, terimakasih silahkan urus

pembayarannya dikasir terlebih dahulu!" ucap Sevilla ramah.

"Tapi sebelum itu, saya boleh dong minta no hape mba nya?” ucap pelanggan itu dengan genitnya memegang tangan sevilla.

Sevilla yang merasa risih, segera melepaskan tangannya.

"Maaf pak saya gak punya handphone!" ucap Sevilla.

"Ah masa sih? masa cewek secantik mba gak punya handphone?" ucap Pelanggan itu dengan beraninya merangkul pundak sevilla.

"Pak maaf bisa lepas rangkulannya gak?" ucap Sevilla risih.

"Kenapa sih mba? gak ada yang cemburu juga?" ucap Pelanggan itu.

"Ada kok!"ucap Verrel yang langsung menghampiri mereka.

"Siapa kamu? pacarnya? Ih gak cocok banget jadi pacarnya!" ucap Pelanggan itu.

"Kalau sama gue aja gak cocok, apalagi sama cowok tua kek lo, hah!" ucap Verrel.

"Apah kamu bilang? gak seharusnya ya kamu bilang kek gitu sama saya!" ucap Pelanggan itu.

"Lu tuh disini hanya sebagai pelanggan, tujuan lo cuman buat bersihin mobil kuno lo ini ajah, jadi jangan ganggu pacar gue!" ucap Verrel sembari menarik sevilla dari rangkulan pelanggan itu, ia memegang tangan nya erat.

Deg...

"Ya ampun kok jantung gue berdebar gini sih?" batin Verrel.

"Verrel apaan sih? sok kenal banget pegang tanganku!" batin Sevilla.

"Eh eh ada apa ini?"ucap bos datang menghampiri mereka.

"Mereka sudah berbuat hal buruk pada saya, saya minta anda untuk memecat mereka berdua!" ucap Pelanggan itu.

"Hah? bener itu sevilla?" ucap bos.

"Dasar orang yang suka memutarbalikkan fakta, bukannya lu yang mau nglecehin sevilla, kenapa lu yang jadi korban?" ucap Verrel.

"Iya bos verrel bener, hampir aja saya di lecehkan tadi!" ucap Sevilla.

"Bohong mereka bohong, saya tidak mau tahu anda harus memecat mereka berdua hari ini juga!" ucap Pelanggan itu.

"Hmm... sebaiknya anda pergi dari sini tuan, sebelum saya berpikir untuk melaporkan anda ke polisi!" ucap bos.

"Ohh, jadi anda tidak percaya sama saya? anda lebih percaya sama anak ingusan seperti mereka? okeh justru saya yang akan laporkan mereka lebih dahulu!" ucap Pelanggan itu.

"Silahkan saja, anda berhak melakukan itu,bahkan saya mempunyai bukti atas perbuatan anda,  silahkan melaporkan mereka berdua!" ucap bos.

"Dasarr bodoh, lu kagak liat ada CCTV di situ?" ucap Verrel.

"Awas ya kalian!" ucap Pelanggan itu yang langsung masuk ke dalam mobilnya dan pergi meninggalkan tempat pencucian itu.

"Sebenarnya lebih bodoh kamu sih rel!" ucap Sevilla yang membuat verrel marah.

"Baru kali ini ada yang nyebut gue bodoh, lo gak ngaca ya? lo aja kalah dari gue pas lomba matematika, berani banget lo bilang gue bodoh, sedangkan lo sendiri juga bodoh!" ucap Verrel.

"Kamu salah mengartikan rel!" ucap bos

"Apa sih maksudnya?" ucap Verrel

"Kamu itu bodoh dalam bertindak, gak seharusnya kamu berlagak kasar kek gitu, kamu gak stabilin emosi mu ke orang lain!" ucap Sevilla.

"Yaa... gue marah aja sama dia!" ucap Verrel.

"Lah terus, kalau kamu mukul dia? siapa yang kena imbasnya? hah?" ucap bos.

"Iya iya maaf!" ucap Verrel.

"Jangan diulangi!" ucap bos.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status