Share

Bab 2

Auteur: Reinsha4
last update Derniรจre mise ร  jour: 2021-08-31 23:37:15

๐Ÿ๐Ÿ๐Ÿ๐Ÿ

Pagi ini aku gugup. Beberapa jam lagi adalah pernikahanku dengan Mas Bobby. Seorang polisi berpangkat briptu. Jangan tanya briptu itu apa, pokoknya itulah.. Yang penting kan polisi. Ye kan? Sebenarnya ini adalah pernikahan kedua. Aku janda beranak satu. Walaupun janda, tapi rasa dijamin mantul, masih menggigit, au! 

๐Ÿ๐Ÿ๐Ÿ๐Ÿ

"Mas? Besok kan lepas dinas, bagaimana kalau kita ke dokter kandungan? Kan sudah janji waktu itu?" Pintanya dengan nada hati-hati. 

"Eng.. Anu Dek, lihat besok ya?" Dengan nada suara terbata-bata.

"Kenapa? Mas gak bisa ya?" Pertanyaannya seolah meminta kepastian.

"Eng.. Itu.. Itu.. Takut tiba-tiba ada telepon dari komandan."

"Masa' tiap lepas dinas masih disuruh kerja terus Mas? Terus kapan kita ke dokternya?"

"Ya kan, Mas bilang lihat besok? Kamu juga ngerti kan resikonya nikah dengan aparat negara? Ya begini ini. Kalau gak ada telepon, besok kita berangkat, ya?" Kutowel hidungnya yang mancung, seketika membuat pipinya merona.

Jangan sampai istri tahu kalau besok adalah pernikahan keduaku. Tanpa ijinnnya tentu saja, kalau ijin menikah lagi, bisa-bisa tamat karirku.

Aku bukannya tidak mencintai istri, sangat malah. Dia perempuan yang cantik, kalem, berhijab. Ibu rumah tangga yang sempurna. Di tahun keempat pernikahan, belum juga dikarunia buah hati, tapi aku masih setia. Janjiku padanya, tidak akan pernah ada yang lain. Kenapa aku menikah lagi? Entahlah.

Secara tidak sengaja, aku ketemu seorang cewek, Sofi namanya. Awalnya biasa saja, geli malah, dia getol sekali untuk bisa dekat denganku. Sudah kubilang, aku sudah beristri, dia malah tambah merasa tertantang, herannya aku juga merasa demikian. Sepertinya senjata makan tuan. 

Beberapa bulan menjalin hubungan dengannya, aku menjadi ketagihan apalagi suatu malam secara sengaja aku ke tempat kosnya, terjadilah yang seharusnya tidak terjadi, aku sangat menikmati. Dia sangat liar dan panas, sampai membuat aku kewalahan. Hal yang tidak kudapat dari Lani, istriku. Aku jadi sering mencuri waktu dengannya, kalau tidak di kosnya, ya di losmen luar kota. Alasan dinas mendadak selalu kuutarakan pada Lani.

Segala hal yang Sofi minta, dengan segera aku kabulkan. Barang-barang branded, termasuk bedak macam-macam yang disebutnya skincare, langsung aku belikan. Berbeda dengan Lani, waktu kutanya apa gak pengen skincare, jawabnya sayang uangnya mending untuk yang lain, kulit Lani tanpa itupun juga mulus. Ya, mengurangi jatah lah. Lumayan.

Suatu waktu, ada salah satu teman yang curiga, dia hanya memberi saran menikahlah supaya tidak menjadi dosa, aku berkelit dan hanya menjawab kalau menikah satu saja pusing biaya, apalagi menikah dua. Tapi dalam hati, benar juga perkataannya. Ah, akan kucari informasi dimana jasa bisa menikah di bawah tangan tanpa ribet, dan akhirnya besoklah waktunya.

Malam ini aku sama sekali tidak bisa tidur nyenyak, memikirkan besok. Benarkah langkahku, atau salah. Kudengar dengkuran halus Lani di sebelah, kutatap wajahnya, ada perasaan bersalah. Tapi mau bagaimana lagi. Nasi sudah menjadi bubur, aku sudah terlanjur. Maafkan Mas Lan, yang sudah membohongimu. Aku peluk dia dan kuciumi kepalanya. Dia terbangun.

"Ada apa Mas?" Dengan mengerjapkan mata.

"Gak pa-pa Dek, pengen aja meluk kamu." 

"Mmm.. Bilang aja kalau mau minta itu ih." dicubitnya pinggangku.

"Ampun.. Ampun nyonya.." Ucapku.

Kami saling menatap. Kubelai pipinya yang mulus. Kemudian kukecup keningnya lama. Dia melihat dengan heran. Seperti ada pertanyaan di benaknya.

"Ya sudah, bobok yuk, kamu pasti capek seharian mengurus rumah." Entah kenapa hasrat yang ingin kutuntaskan pada Lani menguap begitu saja, dalam ingatan hanya ada Sofi. 

Dia eratkan pelukan, beberapa menit kemudian kamipun tertidur dengan posisi saling memeluk.

***

Pagi ini aku sudah bersiap memakai kemeja putih dan celana hitam, sengaja bersepatu supaya Lani tidak curiga. 

"Mas? Sarapan dulu?" Panggil Lani dari ruang tengah.

"Sebentar Dek,"

Sambil berjalan menuju meja makan, mata Lani tidak berhenti mengamati, dari atas sampai bawah.

"Mas mau kemana?"

"Ya mau dinas lah Dek."

"Ooh, kok seperti mau akad?" Dikerucutkan bibirnya.

Deg. Sejurus kemudian bisa mengatasi grogi.

Aku hanya tersenyum dan mengusap kepalanya. 

"Mas sayang Adek!" ucapku.

"Dari tadi malam Mas aneh!"

Aku terkekeh. Iya Dek, suamimu ini memang aneh, sudah punya istri sempurna malah pingin beristri dua. 

Kami makan dalam diam, tiba-tiba hp berbunyi, waduh Sofi. Mau diangkat gimana, gak diangkat gimana. Lani memberi kode untuk mengangkatnya.

'Halo... iya ini mau berangkat'

Secepatnya kututup panggilan. Takut ada kecurigaan. Aku berdehem keras mengusir kecanggungan.

"Dek, mas berangkat ya?" Merogoh saku, mencari kotak cincin yang akan kugunakan sebagai mas kawin. Sengaja memesan dua, cincin kawin palladium emas putih dengan model yang sama, satu mata berlian tersemat di atasnya. 

Dua saku sudah dicari tapi tidak kutemukan, kembali ke kamar, menyisir lantai dan kolong kasur kalau-kalau jatuh, nihil. Jangan sampai ditemukan Lani. 

"Cari apa Mas?" Lani tiba-tiba masuk.

"Mm itu Dek, apa itu ya?" kepala masih tetap celingukan.

"Mas cari ini?" Ditunjukkannya kotak cincin dan dibuka.

Haduh, keringat dingin sebesar biji-biji jagung keluar membasahi leher dan wajah. Mati aku! 

๐Ÿ๐Ÿ๐Ÿ๐Ÿ

Pagi ini aku gugup. Beberapa jam lagi adalah pernikahanku dengan Mas Bobby. Seorang polisi berpangkat briptu. Jangan tanya briptu itu apa, pokoknya itulah.. Yang penting kan polisi. Ye kan? Sebenarnya ini adalah pernikahan kedua. Aku janda beranak satu. Walaupun janda, tapi rasa dijamin mantul, masih menggigit, au! 

๐Ÿ๐Ÿ๐Ÿ๐Ÿ

"Mas? Besok kan lepas dinas, bagaimana kalau kita ke dokter kandungan? Kan sudah janji waktu itu?" Pintanya dengan nada hati-hati. 

"Eng.. Anu Dek, lihat besok ya?" Dengan nada suara terbata-bata.

"Kenapa? Mas gak bisa ya?" Pertanyaannya seolah meminta kepastian.

"Eng.. Itu.. Itu.. Takut tiba-tiba ada telepon dari komandan."

"Masa' tiap lepas dinas masih disuruh kerja terus Mas? Terus kapan kita ke dokternya?"

"Ya kan, Mas bilang lihat besok? Kamu juga ngerti kan resikonya nikah dengan aparat negara? Ya begini ini. Kalau gak ada telepon, besok kita berangkat, ya?" Kutowel hidungnya yang mancung, seketika membuat pipinya merona.

Jangan sampai istri tahu kalau besok adalah pernikahan keduaku. Tanpa ijinnnya tentu saja, kalau ijin menikah lagi, bisa-bisa tamat karirku.

Aku bukannya tidak mencintai istri, sangat malah. Dia perempuan yang cantik, kalem, berhijab. Ibu rumah tangga yang sempurna. Di tahun keempat pernikahan, belum juga dikarunia buah hati, tapi aku masih setia. Janjiku padanya, tidak akan pernah ada yang lain. Kenapa aku menikah lagi? Entahlah.

Secara tidak sengaja, aku ketemu seorang cewek, Sofi namanya. Awalnya biasa saja, geli malah, dia getol sekali untuk bisa dekat denganku. Sudah kubilang, aku sudah beristri, dia malah tambah merasa tertantang, herannya aku juga merasa demikian. Sepertinya senjata makan tuan. 

Beberapa bulan menjalin hubungan dengannya, aku menjadi ketagihan apalagi suatu malam secara sengaja aku ke tempat kosnya, terjadilah yang seharusnya tidak terjadi, aku sangat menikmati. Dia sangat liar dan panas, sampai membuat aku kewalahan. Hal yang tidak kudapat dari Lani, istriku. Aku jadi sering mencuri waktu dengannya, kalau tidak di kosnya, ya di losmen luar kota. Alasan dinas mendadak selalu kuutarakan pada Lani.

Segala hal yang Sofi minta, dengan segera aku kabulkan. Barang-barang branded, termasuk bedak macam-macam yang disebutnya skincare, langsung aku belikan. Berbeda dengan Lani, waktu kutanya apa gak pengen skincare, jawabnya sayang uangnya mending untuk yang lain, kulit Lani tanpa itupun juga mulus. Ya, mengurangi jatah lah. Lumayan.

Suatu waktu, ada salah satu teman yang curiga, dia hanya memberi saran menikahlah supaya tidak menjadi dosa, aku berkelit dan hanya menjawab kalau menikah satu saja pusing biaya, apalagi menikah dua. Tapi dalam hati, benar juga perkataannya. Ah, akan kucari informasi dimana jasa bisa menikah di bawah tangan tanpa ribet, dan akhirnya besoklah waktunya.

Malam ini aku sama sekali tidak bisa tidur nyenyak, memikirkan besok. Benarkah langkahku, atau salah. Kudengar dengkuran halus Lani di sebelah, kutatap wajahnya, ada perasaan bersalah. Tapi mau bagaimana lagi. Nasi sudah menjadi bubur, aku sudah terlanjur. Maafkan Mas Lan, yang sudah membohongimu. Aku peluk dia dan kuciumi kepalanya. Dia terbangun.

"Ada apa Mas?" Dengan mengerjapkan mata.

"Gak pa-pa Dek, pengen aja meluk kamu." 

"Mmm.. Bilang aja kalau mau minta itu ih." dicubitnya pinggangku.

"Ampun.. Ampun nyonya.." Ucapku.

Kami saling menatap. Kubelai pipinya yang mulus. Kemudian kukecup keningnya lama. Dia melihat dengan heran. Seperti ada pertanyaan di benaknya.

"Ya sudah, bobok yuk, kamu pasti capek seharian mengurus rumah." Entah kenapa hasrat yang ingin kutuntaskan pada Lani menguap begitu saja, dalam ingatan hanya ada Sofi. 

Dia eratkan pelukan, beberapa menit kemudian kamipun tertidur dengan posisi saling memeluk.

***

Pagi ini aku sudah bersiap memakai kemeja putih dan celana hitam, sengaja bersepatu supaya Lani tidak curiga. 

"Mas? Sarapan dulu?" Panggil Lani dari ruang tengah.

"Sebentar Dek,"

Sambil berjalan menuju meja makan, mata Lani tidak berhenti mengamati, dari atas sampai bawah.

"Mas mau kemana?"

"Ya mau dinas lah Dek."

"Ooh, kok seperti mau akad?" Dikerucutkan bibirnya.

Deg. Sejurus kemudian bisa mengatasi grogi.

Aku hanya tersenyum dan mengusap kepalanya. 

"Mas sayang Adek!" ucapku.

"Dari tadi malam Mas aneh!"

Aku terkekeh. Iya Dek, suamimu ini memang aneh, sudah punya istri sempurna malah pingin beristri dua. 

Kami makan dalam diam, tiba-tiba hp berbunyi, waduh Sofi. Mau diangkat gimana, gak diangkat gimana. Lani memberi kode untuk mengangkatnya.

'Halo... iya ini mau berangkat'

Secepatnya kututup panggilan. Takut ada kecurigaan. Aku berdehem keras mengusir kecanggungan.

"Dek, mas berangkat ya?" Merogoh saku, mencari kotak cincin yang akan kugunakan sebagai mas kawin. Sengaja memesan dua, cincin kawin palladium emas putih dengan model yang sama, satu mata berlian tersemat di atasnya. 

Dua saku sudah dicari tapi tidak kutemukan, kembali ke kamar, menyisir lantai dan kolong kasur kalau-kalau jatuh, nihil. Jangan sampai ditemukan Lani. 

"Cari apa Mas?" Lani tiba-tiba masuk.

"Mm itu Dek, apa itu ya?" kepala masih tetap celingukan.

"Mas cari ini?" Ditunjukkannya kotak cincin dan dibuka.

Haduh, keringat dingin sebesar biji-biji jagung keluar membasahi leher dan wajah. Mati aku! 

Continuez ร  lire ce livre gratuitement
Scanner le code pour tรฉlรฉcharger l'application

Latest chapter

  • Cincin Keduaย ย ย Cincin Kedua (2)

    Cincin kedua akan memasuki sekuel kedua, selamat membaca.. ๐Ÿ˜Š๐Ÿ˜Š Ketika Lani sudah mulai melupakan masa lalunya dengan Bobby, ternyata Bobby melakukan pendekatan dengan Lani kembali. Dia menyadari kalau masih mencintai dan menyayanginya. Apalagi sudah ada buah hati mereka. Lani merasa risih dengan Bobby, sehingga ia mulai menghindari. Walaupun tidak bisa dipungkiri kalau ia masih menyimpan rasa padanya. Ketika Lani sudah akan menyerah, Istri siri Bobby, yang dulu sudah pergi meninggalkan ternyata kembali dengan masalah baru, meminta pertanggung jawaban pada hal yang tak pernah ia lakukan. Selain itu, sesosok laki-laki datang mendekati dan nenyatakan cintanya. Apakah Lani akan kembali dengan Bobby, ataukah memilih membuka lembaran baru dengan laki-laki yang datang? Atau mungkin tidak memilih kedua-duanya?

  • Cincin Keduaย ย ย Bab 21

    Kita tidak akan tahu jalan kita akhirnya kemana. Satu yang pasti, masa lalu adalah pelajaran sedang masa depan adalah harapan. Jangan sampai kita terpaku hanya pada masa lalu tanpa adanya keinginan untuk memperbaiki masa depan. Dan jangan sampai pula kita hanya menatap masa depan tanpa melihat masa lalu sebagai cambukan.Mas Bobby, pernah menjadi suami terbaikku. Imam yang sangat aku segani. Dia juga pernah menjadi penjahat bagiku. Pembohong ulung yang sangat aku benci. Mungkin aku masih mencintainya, iya. Tapi aku tidak bisa berbohong kalau aku juga sangat membencinya. Dua hal yang bertolak belakang tapi mampu membuat hati seperti mati.Satu tahun perpisahan kami mungkin tidak akan cukup untuk melupakan kenangan indah atau buruk yang ada. Untungnya ada orang tua yang menemani. Kalau tidak, entah kemana otak ini. Stres berkepanjangan. Menghilangkan segala rasa, juga menghadapi dunia nyata bahwa aku menyandang status janda.Yudha, laki-lak

  • Cincin Keduaย ย ย Bab 20

    Baru satu jam berada di ruangan tanpa ada komunikasi itu sesuatu yang menjengahkan. Lani sepertinya sengaja tak menggubrisku sama sekali. Awal pertemuan, penengah menyuruh kami saling bertegur sapa, dia hanya menangkupkan tangan tanpa melihat.Pertanyaan demi pertanyaan terasa seperti angin lalu, aku menjawab hanya sekenanya saja. Pikiranku dipenuhi kenapa Lani berubah. Tatapanku tak ubahnya seekor elang yang mengejar mangsa. Lani terus menunduk.Di tengah mediasi, aku merasa gawai bergetar tidak berjeda di saku celana. Terpaksa aku mengeluarkannya. Aku ditegur tapi tak kugubris. Sofi menghubungi, tidak seperti biasanya. Walaupun manja, dia tidak akan seperti ini volume menghubungi.Aku hanya mendekatkan gawai di telinga. Terdengar suara kesakitan, Sofi berteriak meminta tolong agar aku segera pulang. Aku bingung, antara meneruskan atau kuhentikan di tengah acara mediasi ini.Sampai akhirnya aku memberanikan diri.

  • Cincin Keduaย ย ย Bab 19

    "Mas? Aku mau dibeliin baju yang itu dong?""Iya, besok Mas belikan. Mas belum gajian.""Mas nggak seru ah! Ini permintaan anak kita sepertinya. Pingin lihat ibunya tampil cantik di depan ayahnya.""Ya sudah, Mas telepon teman dulu, pinjam uang."๐Ÿ’๐Ÿ’๐Ÿ’Satu bulan hidup dengan Sofi, hutangku ada di mana-mana. Memenuhi keinginannya yang diluar kendali. Tapi aku tidak bisa menolak. Setiap kali Sofi meminta dan merengek aku merasa harus menuruti.Seorang teman pernah berkata, hidupku seperti tidak bermakna. Berbeda dengan dulu. Wajahku sekarang kuyu, kusam dan menyedihkan. Kumis dan jambang tumbuh tidak beraturan.Ibu juga pernah menelepon memarahi. Sofi menghubungi beliau meminta jatah uang. Tapi tidak aku hiraukan ceritanya. Yang ada di pikiran adalah bagaimana cara mendapatkan uang supaya hari ini aku bisa memenuhi keinginan Sofi.๐Ÿ’๐Ÿ’๐Ÿ’"Bob? Nanti sepulang kerja ikut aku!

  • Cincin Keduaย ย ย Bab 18

    "Bagaimana kabar pengajuanmu, Nduk? Ada kemajuan?" Tanya Ibu."Nggak tahu, Bu. Belum ada yang menghubungi masalah itu.""Ya sudah, kamu istirahat."Aku terpaksa pulang ke rumah orang tua, karena tidak mungkin aku tetap tinggal di rumah itu. Sudah satu bulan semenjak aku mengajukan permohonan cerai ke kantor, belum ada sama sekali yang menghubungi.Kamu sedang apa, Mas malam ini. Tidak dapat kupungkiri, aku masih mencintai. Kamu laki-laki pertama yang membuatku terkesan dengan semua lakumu. Sudah hampir satu bulan ini juga kamu tidak menghubungi, biasanya tiap menit selalu ada pesan masuk darimu. Ah, apa mungkin kamu sudah menerima atau mungkin kamu sudah rela dan melupakanku.Air mata setia menemani di setiap malamku. Untaian doa aku panjatkan setiap waktu. Aku ingin bahagiaku juga bahagiamu. Tapi untuk bersatu kembali, rasanya tidak mungkin. Kamu sudah cacat di hatiku.๐Ÿ’๐Ÿ’๐Ÿ’[Halo, Lin? Besok

  • Cincin Keduaย ย ย Bab 17

    Limbung aku berjalan menuju rumah kontrakanku dengan Sofi. Begitu masuk, seperti biasa rumah berantakan. Aku baru menyadari kalau Sofi sangat berbeda dengan Lani.Niat untuk beristirahat malah jadi bersih-bersih. Entah kemana Sofi. Rumah tidak terkunci, sampah di sana sini. Piring kotor dimana-mana. Untungnya pundak sudah tidak begitu sakit, masih bisa dikompromi.Gawai Sofi tergeletak di bawah depan tivi. Aku mengambilnya kemudian meletakkan di atas kursi. Tiba-tiba ada sebuah pesan masuk. Penasaran aku buka. Terdapat chat yang lumayan panjang.[Sof? Bagaimana? Polisi itu sudah bisa dihubungi?][Belum, Pak. Mungkin dia sudah mati!][Waah, kalau mati, Bapak sama Makmu nggak bisa beli sawah][Tenang, Pak. Aku masih punya cara lain. Anaknya kan masih aman di perut][Ya sudah, apa perlu ditambah lagi yang lebih dahsyat, supaya suamimu itu tambah klepek-klepek?][Boleh, Pak. Yang bisa ber

Plus de chapitres
Dรฉcouvrez et lisez de bons romans gratuitement
Accรฉdez gratuitement ร  un grand nombre de bons romans sur GoodNovel. Tรฉlรฉchargez les livres que vous aimez et lisez oรน et quand vous voulez.
Lisez des livres gratuitement sur l'APP
Scanner le code pour lire sur l'application
DMCA.com Protection Status