Share

Korban Pertama

Aku rebahan di kamar kostku. Aku melihat langit - langit kamarku sambil memikirkan kata-kata kakek aneh sore tadi. Aku lalu mengambil cincin di dalam kotak kecil yang ku taruh di atas meja belajarku.

"Apa benar cincin ini bisa melakukan... Hmmm... apa aku coba saja ya?" gumamku dalam hati.

Aku lalu mencoba memakai cincin itu, ukurannya pas sekali dengan jariku.

"Aku coba pada siapa ya?" pikirku.

Tiba-tiba saja ada yang mengetuk pintu kamar kostku. Aku segera membuka pintu kamarku, ternyata itu Avika, anak ibu kost.

Avika adalah anak kedua dari ibu kostku. Dia masih duduk di kelas 1 SMA. Rambutnya hitam lurus panjang tergerai. Wajahnya manis dengan pipinya yang tembem. Kulitnya agak kecoklatan namun mulus, tak ada bekas luka.

"Kak, maaf mengganggu, ini ada kue sisa acara rapat PKK tadi." ujar Avika.

"Ahh kebetulan sekali." gumamku dalam hati.

Aku lalu menerima kue yang diberikan oleh Avika.

Di bawah piring tanganku mengusap usap batu permata cincin yang sedang ku pakai. Aku lalu mengucapkan mantra dengan perlahan. 

"Deleng ing mripatku lan hawa nepsu bakal nguwasani jiwamu."

Aku menatap tajam mata Avika, dan Avika juga menatap mataku. Tiba-tiba saja Avika terbelalak, seperti sedang terkejut. Napasnya memburu, keringat dingin keluar dari dahinya. Avika lalu terlihat gelisah.

Aku terkejut dengan reaksi yang ditunjukkan oleh Avika. Lalu aku mencoba bicara dengannya.

"Vik, kamu kenapa?" tanyaku pura-pura.

"Hmmmpp... ssssshh..."jawab Avika.

"Ternyata berhasil, cincin ini benar-benar berhasil." gumamku senang.

Aku lalu melihat sekeliling, tak ada seorang pun di sekitar sini. Aku lalu menarik tangan Avika masuk ke dalam kamarku.

Aku menaruh piring berisi kue di atas meja belajarku. Aku melihat Avika lagi, dia masih terlihat gelisah sambil menutup matanya. Otak kotorku mulai bekerja, meskipun aku tak pernah melakukan hal-hal seperti ini secara langsung, tapi aku sering melihatnya di video dewasa yang sering ku tonton.

Segera aku beraksi. Aku merebahkan tubuh Avika di atas tempat tidurku. Aku lalu mulai mempraktekkan gerakan-gerakan yang sering aku lihat di adegan video dewasa. Avika hanya diam sambil sesekali melenguh saat aku menjelajahi tubuhnya.

Melihat reaksi Avika, aku semakin berani melakukan gerakan-gerakan yang lebih nakal. Tak lama kemudian tubuh Avika bergetar seperti sedang tersetrum.

"Gila... cincin ini sungguh gila..." gumanku.

Aku pun mulai melepaskan pakaianku dan juga milik Avika. Setelah beberapa menit bermain-main, akhirnya aku melakukannya. Melakukan sesuatu yang seharusnya hanya dilakukan oleh pasangan sah suami istri. Sampai akhirnya aku mengeluarkan semuanya di dalam.

Setelah semua selesai, Avika hanya tertidur sambil memandang kosong ke arah tembok kamarku. Aku lalu membantunya untuk bangun. Disaat permainan kami tadi pun dia juga tak banyak bereaksi.

Aku lalu membantu Avika untuk memasang pakaiannya kembali, karena Avika terlihat seperti orang linglung. Setelah itu aku menuntunnya keluar kamarku. Dia lalu berjalan kembali ke rumah utama. Kulihat dari belakang jalannya agak sedikit berbeda. Aku hanya berharap tak ada yang menyadari itu.

Aku lalu merebahkan tubuhku di ranjangku. Sambil menatap cincin yang kupakai saat ini, Cincin Penggoda.

"Aku masih tak percaya cincin ini benar-benar bisa menaklukkan wanita." ujarku.

Aku lalu teringat saat aku menyalurkan cairan cintaku tadi, aku baru ingat bagaimana kalau Avika hamil. Tapi semenit kemudian aku juga ingat dengan apa yang dikatakan oleh kakek aneh tadi. Akhirnya aku merasa sedikit tenang.

Aku lalu berdiri dan beranjak menuju kamar mandi. Senyumku mengembang saat memikirkan siapa saja wanita yang akan aku coba berikutnya.

Bersambung...

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status