Share

Cincin Penggoda
Cincin Penggoda
Penulis: Erosensei

Sadboy

Aku membuka mataku perlahan, sayup sayup kudengar suara berisik di telinga. Tanpa basa basi aku langsung beranjak saat kutahu asal bunyi itu adalah alarmku. Segera aku bergegas menuju kamar mandi dan berganti pakaian setelahnya. Hari ini adalah hari yang penting, perjuanganku selama beberapa bulan untuk mendekati Sandra, teman satu jurusanku di kampus akan menemui titik terang. Aku berencana untuk menyatakan perasaanku pada Sandra.

Setelah semua rapi, aku mengambil kunci dan segera menaiki motor matik kesayanganku. Beberapa menit kemudian aku sudah meluncur menuju cafe tempat aku akan bertemu dengan Sandra.

Di jalan aku komat-kamit membayangkan percakapanku dengan Sandra nanti, aku latihan untuk mengatakan perasaanku dengan kalimat terbaik.

Sekitar 15 menit kemudian aku sampai di cafe tempat yang di janjikan. Segera aku masuk dan memilih tempat duduk di pojokan cafe tersebut. Beberapa menit kemudian seorang pelayan mendatangiku.

"Selamat datang kakak, silahkan kakak ini menunya." ujarnya sambil menyodorkan secarik kertas tebal.

"Ahh nanti saja mbak, saya masih mau menunggu teman, nanti kalau teman saya sudah datang, saya akan pesan." kataku.

"Baiklah kak kalau begitu menunya saya tinggalkan di sini ya." Pelayan tadi kemudian berlalu.

Sudah 20 menit aku menunggu Sandra, namun dia belum datang juga. Padahal jam sudah menunjukkan pukul setengah 3 sore. Karena terburu-buru, aku lupa belum mengecek ponselku sedari tadi. Aku akhirnya merogoh ponselku di saku celana. Ada sebuah pesan singkat yang masuk, aku membukanya. Betapa terkejutnya aku ternyata pesan itu dari Sandra, dia mengatakan tak jadi datang karena ada urusan mendadak. Betapa bodohnya aku karena tak membaca pesan itu lebih awal. Akhirnya aku menutup aplikasi pesan dan membuka sosial mediaku. Aku di buat terkejut oleh postingan Sandra yang sedang bersama seorang laki-laki yang tak aku kenal. Caption di postingan itu membuat hatiku hancur saat itu juga.

"Yes I do" dengan lambang emotikon hati setelahnya.

"Sial." gumamku gusar.

Ku kira cuma aku laki-laki yang sedang dekat dengannya, tapi ternyata aku salah.

Aku kemudian menghela napas dan memasukkan lagi ponselku ke saku celana. Satu lagi kisah cintaku yang harus kandas di tengah jalan. Sudah berapa kali cintaku harus pupus seperti ini. Dari yang ditolak cintaku, sampai diselingkuhi, semua pernah aku rasakan. Rasanya aku adalah orang yang paling tidak beruntung di dunia ini kalau masalah percintaan.

"Apa memang benar ya istilah nice guy finish last." pikirku.

Kadang aku membandingkan kehidupan percintaanku dengan teman-temanku. Mereka bisa dibilang adalah seorang badboy, sering gonta-ganti pacar, tidur dengan beberapa wanita, bahkan yang memiliki 2 pacar juga ada. Namun kisah mereka masih sedikit lebih baik dariku ini.

"Apa iya aku harus menjadi seorang bad boy juga?" gumamku.

Akhirnya dengan langkah gontai aku pergi dari cafe tersebut. Aku lalu berjalan menuju tempat parkir cafe yang berada beberapa meter di samping cafenya. Aku lalu melihat seorang kakek tua, pakaiannya agak lusuh, sedang berdiri di samping sepeda motorku.

"Permisi kek, saya mau mengambil motor saya." ujarku.

Si kakek hanya menatapku tanpa berkata apa-apa. Aku jadi salah tingkah saat kakek itu terus menerus menatapku.

"Maaf kek, ada apa ya?" tanyaku.

"Anak muda... bolehkan aku meminta sedikit uang untuk makan, aku belum makan dari tadi pagi." ujarnya.

"Ohh... ternyata kakek ini pengemis." gumamku dalam hati.

"Hmmm... kebetulan kek, saya juga mau pergi ke warung makan, ayo saya belikan makan sekalian kek." ajakku.

Mata kakek tadi berbinar, dengan semangat dia lalu menaiki motorku, bahkan sebelum aku naik.

"Kakek yang aneh." pikirku.

Setelah itu aku pergi ke warung makan langgananku bersama kakek yang bahkan aku tak tahu namanya. Sesampainya disana kupersilahkan kakek tadi memilih makanan yang dia suka. Setelah makan, aku memberinya sedikit uang.

"Bagaimana Kek? sudah kenyang?" tanyaku.

"Anak muda, kenapa kau begitu baik? Padahal kau tak mengenalku." ujar kakek itu.

"Tak ada alasan apapun pun, saya memang suka membantu kek." jawabku.

"Kakek lihat dari tadi, ada sesuatu yang membuatmu gelisah, hmmm sepertinya kau baru saja patah hati, iya kan?" ucapan kakek aneh itu mengagetkanku.

"Ba... bagaimana kakek tau?"

"Hehehe... tentu saja kakek tahu." kakek tadi terkekeh.

Kakek tadi lalu mengeluarkan sebuah kotak kecil dari kantong bajunya. Setelah diam sejenak, dia lalu memberikan kotak itu kepadaku.

"Apa ini kek?" tanyaku.

"Karena kau sudah baik kepadaku, aku akan memberimu ini, bukalah."

Aku membuka kotak kecil itu, ternyata isinya adalah sebuah cincin dengan permata berwarna biru.

"Ini? cincin apa ini kek?" tanyaku terkejut.

"Ini adalah cincin penggoda." jawab kakek itu singkat.

"Cincin... penggoda?"

"Dengan cincin itu, kau bisa mendapatkan semua wanita yang kau mau." jawab sang kakek.

"Hah? apa maksudmu kek?"

"Gunakan cincin itu, usap permata birunya dan rapalkan mantra ini, Deleng ing mripatku lan hawa nepsu bakal nguwasani jiwamu."

"Apa yang? apa yang kau katakan kek?"

"Setelah mengatakan mantranya, wanita manapun akan bertekuk lutut di hadapanmu." kata kakek tadi.

Aku masih tidak percaya pada apa yang dikatakan kakek itu.

"Apa benar ada cincin yang seperti itu?" gumamku dalam hati.

"Kau bisa melakukan apapun pada wanita yang terkena mantra itu, dan dia tak akan ingat apapun yang sudah kau lakukan padanya. Tapi cincin ini punya satu syarat." lanjut kakek tadi.

"Syarat?"

"Saat kau menggunakan cincin ini, kau tak akan bisa menghamili wanita manapun."

"Tunggu... kalau aku bisa melakukan apapun, bukankah aku juga bisa... terus dengan syarat seperti itu... bukankah itu menguntungkan?" otak kotorku mulai memikirkan hal nakal.

"Jadi... apa kau mau menerima cincin itu?" tanya kakek itu.

Tanpa pikir panjang aku mengangguk tanda setuju. Aku lihat lagi cincin itu dengan seksama. Sebuah cincin perak dengan ukiran huruf Jawa di sisi dalam yang aku tak bisa membacanya.

"Kek, ini tulisan artinya apa... loh kemana kakek tadi?"

Kakek tadi sudah menghilang, aku melihat ke kanan dan ke kiri namun tak ada tanda-tanda kakek tadi. Tiba-tiba bulu kudukku berdiri. Segera aku mengambil motorku dan pulang ke kostku. 

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status