Aku membuka mataku perlahan, sayup sayup kudengar suara berisik di telinga. Tanpa basa basi aku langsung beranjak saat kutahu asal bunyi itu adalah alarmku. Segera aku bergegas menuju kamar mandi dan berganti pakaian setelahnya. Hari ini adalah hari yang penting, perjuanganku selama beberapa bulan untuk mendekati Sandra, teman satu jurusanku di kampus akan menemui titik terang. Aku berencana untuk menyatakan perasaanku pada Sandra.
Setelah semua rapi, aku mengambil kunci dan segera menaiki motor matik kesayanganku. Beberapa menit kemudian aku sudah meluncur menuju cafe tempat aku akan bertemu dengan Sandra.
Di jalan aku komat-kamit membayangkan percakapanku dengan Sandra nanti, aku latihan untuk mengatakan perasaanku dengan kalimat terbaik.
Sekitar 15 menit kemudian aku sampai di cafe tempat yang di janjikan. Segera aku masuk dan memilih tempat duduk di pojokan cafe tersebut. Beberapa menit kemudian seorang pelayan mendatangiku.
"Selamat datang kakak, silahkan kakak ini menunya." ujarnya sambil menyodorkan secarik kertas tebal.
"Ahh nanti saja mbak, saya masih mau menunggu teman, nanti kalau teman saya sudah datang, saya akan pesan." kataku.
"Baiklah kak kalau begitu menunya saya tinggalkan di sini ya." Pelayan tadi kemudian berlalu.
Sudah 20 menit aku menunggu Sandra, namun dia belum datang juga. Padahal jam sudah menunjukkan pukul setengah 3 sore. Karena terburu-buru, aku lupa belum mengecek ponselku sedari tadi. Aku akhirnya merogoh ponselku di saku celana. Ada sebuah pesan singkat yang masuk, aku membukanya. Betapa terkejutnya aku ternyata pesan itu dari Sandra, dia mengatakan tak jadi datang karena ada urusan mendadak. Betapa bodohnya aku karena tak membaca pesan itu lebih awal. Akhirnya aku menutup aplikasi pesan dan membuka sosial mediaku. Aku di buat terkejut oleh postingan Sandra yang sedang bersama seorang laki-laki yang tak aku kenal. Caption di postingan itu membuat hatiku hancur saat itu juga.
"Yes I do" dengan lambang emotikon hati setelahnya.
"Sial." gumamku gusar.
Ku kira cuma aku laki-laki yang sedang dekat dengannya, tapi ternyata aku salah.
Aku kemudian menghela napas dan memasukkan lagi ponselku ke saku celana. Satu lagi kisah cintaku yang harus kandas di tengah jalan. Sudah berapa kali cintaku harus pupus seperti ini. Dari yang ditolak cintaku, sampai diselingkuhi, semua pernah aku rasakan. Rasanya aku adalah orang yang paling tidak beruntung di dunia ini kalau masalah percintaan.
"Apa memang benar ya istilah nice guy finish last." pikirku.
Kadang aku membandingkan kehidupan percintaanku dengan teman-temanku. Mereka bisa dibilang adalah seorang badboy, sering gonta-ganti pacar, tidur dengan beberapa wanita, bahkan yang memiliki 2 pacar juga ada. Namun kisah mereka masih sedikit lebih baik dariku ini.
"Apa iya aku harus menjadi seorang bad boy juga?" gumamku.
Akhirnya dengan langkah gontai aku pergi dari cafe tersebut. Aku lalu berjalan menuju tempat parkir cafe yang berada beberapa meter di samping cafenya. Aku lalu melihat seorang kakek tua, pakaiannya agak lusuh, sedang berdiri di samping sepeda motorku.
"Permisi kek, saya mau mengambil motor saya." ujarku.
Si kakek hanya menatapku tanpa berkata apa-apa. Aku jadi salah tingkah saat kakek itu terus menerus menatapku.
"Maaf kek, ada apa ya?" tanyaku.
"Anak muda... bolehkan aku meminta sedikit uang untuk makan, aku belum makan dari tadi pagi." ujarnya.
"Ohh... ternyata kakek ini pengemis." gumamku dalam hati.
"Hmmm... kebetulan kek, saya juga mau pergi ke warung makan, ayo saya belikan makan sekalian kek." ajakku.
Mata kakek tadi berbinar, dengan semangat dia lalu menaiki motorku, bahkan sebelum aku naik.
"Kakek yang aneh." pikirku.
Setelah itu aku pergi ke warung makan langgananku bersama kakek yang bahkan aku tak tahu namanya. Sesampainya disana kupersilahkan kakek tadi memilih makanan yang dia suka. Setelah makan, aku memberinya sedikit uang.
"Bagaimana Kek? sudah kenyang?" tanyaku.
"Anak muda, kenapa kau begitu baik? Padahal kau tak mengenalku." ujar kakek itu.
"Tak ada alasan apapun pun, saya memang suka membantu kek." jawabku.
"Kakek lihat dari tadi, ada sesuatu yang membuatmu gelisah, hmmm sepertinya kau baru saja patah hati, iya kan?" ucapan kakek aneh itu mengagetkanku.
"Ba... bagaimana kakek tau?"
"Hehehe... tentu saja kakek tahu." kakek tadi terkekeh.
Kakek tadi lalu mengeluarkan sebuah kotak kecil dari kantong bajunya. Setelah diam sejenak, dia lalu memberikan kotak itu kepadaku.
"Apa ini kek?" tanyaku.
"Karena kau sudah baik kepadaku, aku akan memberimu ini, bukalah."
Aku membuka kotak kecil itu, ternyata isinya adalah sebuah cincin dengan permata berwarna biru.
"Ini? cincin apa ini kek?" tanyaku terkejut.
"Ini adalah cincin penggoda." jawab kakek itu singkat.
"Cincin... penggoda?"
"Dengan cincin itu, kau bisa mendapatkan semua wanita yang kau mau." jawab sang kakek.
"Hah? apa maksudmu kek?"
"Gunakan cincin itu, usap permata birunya dan rapalkan mantra ini, Deleng ing mripatku lan hawa nepsu bakal nguwasani jiwamu."
"Apa yang? apa yang kau katakan kek?"
"Setelah mengatakan mantranya, wanita manapun akan bertekuk lutut di hadapanmu." kata kakek tadi.
Aku masih tidak percaya pada apa yang dikatakan kakek itu.
"Apa benar ada cincin yang seperti itu?" gumamku dalam hati.
"Kau bisa melakukan apapun pada wanita yang terkena mantra itu, dan dia tak akan ingat apapun yang sudah kau lakukan padanya. Tapi cincin ini punya satu syarat." lanjut kakek tadi.
"Syarat?"
"Saat kau menggunakan cincin ini, kau tak akan bisa menghamili wanita manapun."
"Tunggu... kalau aku bisa melakukan apapun, bukankah aku juga bisa... terus dengan syarat seperti itu... bukankah itu menguntungkan?" otak kotorku mulai memikirkan hal nakal.
"Jadi... apa kau mau menerima cincin itu?" tanya kakek itu.
Tanpa pikir panjang aku mengangguk tanda setuju. Aku lihat lagi cincin itu dengan seksama. Sebuah cincin perak dengan ukiran huruf Jawa di sisi dalam yang aku tak bisa membacanya.
"Kek, ini tulisan artinya apa... loh kemana kakek tadi?"
Kakek tadi sudah menghilang, aku melihat ke kanan dan ke kiri namun tak ada tanda-tanda kakek tadi. Tiba-tiba bulu kudukku berdiri. Segera aku mengambil motorku dan pulang ke kostku.
"Rul...!" Aku menghentikan langkahku lalu menoleh ke belakang. Aku melihat Santi dengan setengah berlari mencoba menyusulku. "Ngapain lari-lari gitu?" ujarku. Meskipun aku menikmati pemandangan saat Santi berlari tadi, karena ada yang naik turun di balik kaos hitam yang dipakainya. "Aku nebeng pulang ke kontrakan dong?" "Ohhh... ya sudah ayo." ajakku. Aku dan Santi lalu berjalan berdua menuju tempat parkir sepeda motorku. "Minggu depan siap Rul?" tanya Santi. "Aduh, siap enggak siap sih." jawabku. "Kamu lihat sendiri tadi pas presentasi, kelompok ku ancur banget, haha." tambahku. "Iya deh, kalian tadi keliatan banget gak kompak. Kok bisa gitu sih?" tanya Santi. "Ya bagaimana mau kompak, kumpul aja cuma sekali buat kerjain. Itu pun cuma aku sama Irsyad, yang lain mah cuma numpang nama." ujarku sambil tersenyum kecut. Tak berapa lama kemudian kami sudah sampai di parkiran sepeda motor. Aku dan Santi lalu naik dan mula
"Mana ya?" "Ahh ini dia." gumamku. Aku lalu mengambil sebuah memory card dari dalam laci meja belajar di kamarku. Aku kemudian memasukkannya ke dalam laptopku. Setelah beberapa saat, aku memasang headset dan memakainya. Aku membuka sebuah file, file yang berisi video rekamanku saat melakukan balas dendam pada Sandra beberapa waktu lalu. Aku berencana mengedit video itu dan mengirimkannya pada pacarnya Sandra. Aku ingin melihat bagaimana reaksi mereka saat tahu video itu. Aku berencana untuk menaruh memory card pada sebuah amplop polos saat nanti datang di acara pernikahan Sandra. Ada kemungkinan mereka bisa bercerai karena video itu, namun memang itulah rencanaku, menghancurkan kisah cinta Sandra, sama saat dia menghancurkan hatiku dulu. Melihat videoku dengan Sandra lagi membuat tubuhku panas dingin, namun aku menahannya karena saat ini tak ada mangsa yang bisa aku terkam. Setelah selesai mengedit, aku lalu menyimpannya pada memory card yan
Aku mulai mendekati kedua gadis yang sedang duduk di hadapanku. Saat aku sedang berpikir bagaimana caranya bermain dengan mereka berdua, tiba - tiba saja akal sehatku mengambil alih sejenak. "Tunggu dulu... kalau aku bermain dengan gadis - gadis ini, teman - teman mereka akan curiga, karena mereka berdua sangat lama berada di toilet, dan pasti akan ada yang datang untuk mencari mereka berdua." pikirku. Aku mengelus - elus daguku sendiri, berpikir beberapa kali, sampai akhirnya aku memutuskan untuk menunda permainanku dengan kedua gadis ini. Namun masalahnya, kedua gadis di depanku ini sudah terlanjur terkena mantra dari cincin penggoda. Badan mereka bergerak - gerak manja sambil sesekali manatapku dengan mata sayu mereka. "Ahh sial... sebenarnya ini kesempatan emas, tapi aku tak mau mengambil resiko." gumamku. Akhirnya dengan sangat berat hati, aku membisikkan sesuatu ke kedua telinga gadis SMA di depanku ini. Setelah masing - masing mendapatkan perinta
Hari ini aku sedang tidak ada jadwal kuliah. Aku juga sedang tak ada acara atau pun rencana di luar. Jadi dari pagi aku hanya rebahan saja di kamarku sambil memainkan ponselku. Sampai pada akhirnya otakku tiba - tiba mempunyai ide untuk membuka aplikasi belanja online. Iseng aku mengetik kata kunci di kolom pencarian."Kostum Sexy."Hanya dalam hitungan detik, muncul beberapa pilihan baju - baju wanita yang terlihat minim dan seksi. Aku menggeser layar ponselku ke atas beberapa kali. Sampai akhirnya aku melihat sebuah baju yang bermodelkan baju anak SMA di negara Jepang. Baju yang sering aku lihat di video dewasa yang sering ku tonton. Aku lalu iseng membuka toko yang menjual baju tersebut."Hmm... lucu juga ini baju, kira-kira dipakai siapa ya?" batinku.Aku melihat harga baju tersebut, tidak sampai 200 ribu. Aku berpikir sejenak sembari mencoba membayangkan siapa yang bakal cocok memakai baju tersebut. Sampai akhirnya aku memutuskan untuk membeli baju anak SMA
"Sudah lama nunggunya?" tanya Santi. "Ehh enggak kok, baru 10 menit." jawabku. "Ya sudah, yuk.." Santi lalu naik ke motorku. Aku lalu menghidupkan mesin motorku dan mulai berangkat menuju toko buku bekas. "Ehh Rul, kamu dengar gosip yang lagi hot gak di jurusan kita?" "Gosip? gosip apaan?" tanyaku dengan suara agak keras. "Apa? Oh iya itu... gosip tentang anak kelas B, siapa sih namanya, Sandra apa ya?" ujar Santi. "Sandra?" batinku. "Sudah denger belum?" tanya Santi lagi. "Memang gosip apaan San?" "Iya itu, katanya dia mau nikah bulan depan." "Hah? Nikah?" "Iya... sama cowoknya yang sekarang. "Terus kenapa San? kan gak apa-apa nikah." "Iya sih, tapi kan kita masih semester 5, lagian katanya, dia nikah gara-gara...." kalimat Santi terhenti. "Gara-gara apa?" "Katanya sih hamil duluan." "Deg..." Seketika jantungku rasanya mau copot saat mendengar kalimat Santi barusan. "Hamil? kamu yaki
Aku berhenti tepat di depan gerbang sebuah rumah yang cukup besar. Aku lalu mengeluarkan ponselku dan menghubungi Sandra."Halo San, iya nih aku sudah di depan kost kamu, Oke..."Aku menyiapkan cincin penggodaku. Aku membalik permatanya ke arah dalam supaya aku bisa menggosoknya dengan ibu jariku. Tak lupa aku merapalkan mantraku sambil menunduk, aku tak mau nanti terjadi salah sasaran."Hai Rul, ada apa?"Sapa Sandra ketika dia sudah di depan rumah kostnya. Aku lalu mendongak dan menatap tajam matanya. Tubuh Sandra lalu sedikit bergoyang dan sejurus kemudian, dia hanya diam di tempat dengan napas memburu."San, kamu ambil helm ya, terus ikut sama aku." perintahku.Sandra hanya mengangguk dan masuk kembali ke rumah kostnya. Beberapa menit kemudian dia keluar lagi dengan memakai helm. Aku lalu menyuruh Sandra untuk naik ke atas motorku. Setelah itu aku menjalankan motorku untuk menuju suatu tempat.Di sepanjang perjalanan, Sandra nampak gelisah dan ta