Share

Santi Sang Primadona

Aku membuka mata perlahan, kulihat sinar matahari sudah masuk menerobos sela-sela jendela kamarku. Aku mencari ponselku di samping bantalku, kulihat layarnya menunjukkan pukul 7.30 pagi. Aku lalu bangun dengan sedikit rasa malas. Hari ini aku ada kuliah jam 8.30. Tapi aku harus bersiap-siap satu jam lebih awal karena jarak kampus dan rumah kost ku yang lumayan jauh. Setelah mandi dan berganti pakaian, aku segera menuju parkir motor. Aku berjalan melewati rumah utama Ibu kostku. Aku lalu berpapasan dengan Avika. Aku sedikit gugup saat melihatnya, karena otakku langsung membayangkan adegan panas kami berdua semalam. Tapi tanpa di duga, Avika hanya tersenyum menyapaku tanpa berkata apa-apa. Aku terkejut, ternyata memang efek cincin penggoda ini sungguh hebat.

"Kok belum berangkat sekolah Vik?" tanyaku basa-basi.

"Iya kak, lagi libur soalnya gurunya ada rapat." jawabnya.

Dia lalu menunduk dan berjalan menjauh masuk ke dalam rumah utama. Dia bersikap seolah tak pernah terjadi apa-apa diantara kami berdua. Dan itu adalah hal yang sangat bagus. Aku tersenyum dan melanjutkan tujuanku sebelumnya.

Sekitar 20 menit kemudian aku sudah sampai di kampus. Setelah memarkir motor, aku lalu berjalan menuju kelas. Kulihat jam di layar ponselku menunjukkan waktu 8.15. Masih ada sekitar 15 menit lagi sebelum masuk kelas. Aku lalu melipir ke arah kantin untuk membeli camilan sebagai pengganjal perut, karena aku tak sempat sarapan tadi.

Suasana kantin pagi itu ramai sekali. Banyak mahasiswa yang antri untuk membeli makanan juga. Aku lalu menunggu giliran untuk dilayani oleh penjaga kantin.

"Bang roti ini sama kue ini bang, terus minumnya air mineral aja, berapa bang?" tanyaku pada penjaga kantin.

"Itu 2500... terus... semua jadi 7000." jawab penjaga kantin.

Aku lalu memberikan uang 10 ribuan dan menerima kembalian. Saat aku berbalik, aku hampir menabrak seseorang di belakangku.

"Ups... sorry..." kataku.

Aku lalu melihat siapa yang hampir ku tabrak. Ternyata dia adalah Santi, wanita cantik teman sekelasku yang juga seorang primadona di jurusanku.

"Ehh Santi, kirain siapa." kataku.

"Wah Rully pagi-pagi udah di kantin aja." ujarnya ramah.

"Tau begitu tadi aku tabrak aja kali ya? hehe." ujarku sambil nyengir.

"Ihh Rully nakal ya..." ujar Santi sambil tertawa.

"Ya udah San, aku ke kelas duluan ya." pamitku.

"Oke." jawab Santi singkat.

Jujur sebenarnya Santi ini adalah wanita yang sempurna dimataku. Dia cantik, ramah, pintar, dan setelah aku ingat-ingat lagi, dia memiliki body yang aduhai. Memikirkan Santi membuat otak nakalku bekerja.

"Bagaimana ya rasanya tubuh Santi." batinku.

Hanya memikirkannya saja membuat  darahku mengalir lebih cepat. Tubuhku terasa sedikit hangat. Aku lalu mencari cara bagaimana caranya agar bisa merasakan indahnya tubuh Santi.

Aku lalu duduk di depan kelas. Ada beberapa temanku yang sudah datang. Aku lalu memilih duduk di bangku paling ujung karena ingin menikmati roti dan kue yang kubeli tadi. Saat sedang menikmati kueku, Santi datang dan tiba-tiba saja duduk di sebelahku. Bisa kuciumi wangi parfumnya yang semerbak menusuk hidungku.

"Rul, tugas sudah ngerjain?" tanya Santi.

"Sudah dong, kamu?" tanyaku balik.

"Baru tadi pagi, hehe."

"Gila, itu tugas susah loh, pinter banget memang temenku satu ini." pujiku.

"Ahh enggak susah-susah banget kok, asal tahu teorinya langsung bisa dijawab." elak Santi.

"Iya iya miss Einstein..." kataku dengan nada sedikit mengejek.

Aku mencuri-curi pandang ke arah Santi saat rambut panjang hitamnya yang digerai dia ikat kuncir kuda. Aku melihat kulit mulus lehernya, dan bau wangi rambutnya. Mataku lalu semakin turun dan melihat kemolekan tubuh Santi. Aku membayangkan keindahan macam apa yang tersembunyi di balik kaos berkerah warna merah yang dia pakai sekarang.

Aku menelan ludahku dan segera berpaling untuk melihat hal yang lain. Harus aku akhiri sekarang atau fantasiku akan semakin liar dan tak terbendung lagi.

Beberapa menit kemudian dosen datang dan kami semua masuk ke dalam kelas. Aku kemudian duduk di kursi deretan tengah di samping tembok. Tak kusangka ternyata Santi memilih untuk duduk di depanku.

"Ahh sial, bagaimana aku bisa konsentrasi kalau begini." batinku.

Perkuliahan di mulai, semua berjalan lancar walaupun konsentrasiku sering terpecah gara-gara melihat Santi yang mengibaskan rambutnya.

"Baiklah, tugas untuk minggu depan buat kelompok ya, saya bagi sesuai absen." ujar Pak Dosen.

"Ahmad, dengan Arul. Kemudian Arsyad dengan Basri..."

"Tunggu... kalau begini... jangan-jangan..." pikiranku memperkirakan hal yang tak terduga.

"Rully... dengan Santi..." ujar Pak Dosen.

"Yeessss...." batinku.

Santi lalu menoleh ke belakang, aku berusaha untuk menyembunyikan rasa senangku.

"Wah Rul, kita satu kelompok. Mohon kerjasamanya ya..." ujar Santi sambil tersenyum.

"Wah Rully, beruntung banget..." kata Arsyad yang duduk di sampingku.

Aku hanya tersenyum menanggapi perkataan Arsyad. Tersenyum di muka dan juga hatiku. Otakku lalu segera merencanakan sesuatu yang nakal yang akan terjadi saat aku kerja kelompok dengan Santi.

Bersambung... 

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status