Home / Romansa / Cincin Penggoda / Santi Sang Primadona

Share

Santi Sang Primadona

Author: Erosensei
last update Last Updated: 2021-05-27 03:16:33

Aku membuka mata perlahan, kulihat sinar matahari sudah masuk menerobos sela-sela jendela kamarku. Aku mencari ponselku di samping bantalku, kulihat layarnya menunjukkan pukul 7.30 pagi. Aku lalu bangun dengan sedikit rasa malas. Hari ini aku ada kuliah jam 8.30. Tapi aku harus bersiap-siap satu jam lebih awal karena jarak kampus dan rumah kost ku yang lumayan jauh. Setelah mandi dan berganti pakaian, aku segera menuju parkir motor. Aku berjalan melewati rumah utama Ibu kostku. Aku lalu berpapasan dengan Avika. Aku sedikit gugup saat melihatnya, karena otakku langsung membayangkan adegan panas kami berdua semalam. Tapi tanpa di duga, Avika hanya tersenyum menyapaku tanpa berkata apa-apa. Aku terkejut, ternyata memang efek cincin penggoda ini sungguh hebat.

"Kok belum berangkat sekolah Vik?" tanyaku basa-basi.

"Iya kak, lagi libur soalnya gurunya ada rapat." jawabnya.

Dia lalu menunduk dan berjalan menjauh masuk ke dalam rumah utama. Dia bersikap seolah tak pernah terjadi apa-apa diantara kami berdua. Dan itu adalah hal yang sangat bagus. Aku tersenyum dan melanjutkan tujuanku sebelumnya.

Sekitar 20 menit kemudian aku sudah sampai di kampus. Setelah memarkir motor, aku lalu berjalan menuju kelas. Kulihat jam di layar ponselku menunjukkan waktu 8.15. Masih ada sekitar 15 menit lagi sebelum masuk kelas. Aku lalu melipir ke arah kantin untuk membeli camilan sebagai pengganjal perut, karena aku tak sempat sarapan tadi.

Suasana kantin pagi itu ramai sekali. Banyak mahasiswa yang antri untuk membeli makanan juga. Aku lalu menunggu giliran untuk dilayani oleh penjaga kantin.

"Bang roti ini sama kue ini bang, terus minumnya air mineral aja, berapa bang?" tanyaku pada penjaga kantin.

"Itu 2500... terus... semua jadi 7000." jawab penjaga kantin.

Aku lalu memberikan uang 10 ribuan dan menerima kembalian. Saat aku berbalik, aku hampir menabrak seseorang di belakangku.

"Ups... sorry..." kataku.

Aku lalu melihat siapa yang hampir ku tabrak. Ternyata dia adalah Santi, wanita cantik teman sekelasku yang juga seorang primadona di jurusanku.

"Ehh Santi, kirain siapa." kataku.

"Wah Rully pagi-pagi udah di kantin aja." ujarnya ramah.

"Tau begitu tadi aku tabrak aja kali ya? hehe." ujarku sambil nyengir.

"Ihh Rully nakal ya..." ujar Santi sambil tertawa.

"Ya udah San, aku ke kelas duluan ya." pamitku.

"Oke." jawab Santi singkat.

Jujur sebenarnya Santi ini adalah wanita yang sempurna dimataku. Dia cantik, ramah, pintar, dan setelah aku ingat-ingat lagi, dia memiliki body yang aduhai. Memikirkan Santi membuat otak nakalku bekerja.

"Bagaimana ya rasanya tubuh Santi." batinku.

Hanya memikirkannya saja membuat  darahku mengalir lebih cepat. Tubuhku terasa sedikit hangat. Aku lalu mencari cara bagaimana caranya agar bisa merasakan indahnya tubuh Santi.

Aku lalu duduk di depan kelas. Ada beberapa temanku yang sudah datang. Aku lalu memilih duduk di bangku paling ujung karena ingin menikmati roti dan kue yang kubeli tadi. Saat sedang menikmati kueku, Santi datang dan tiba-tiba saja duduk di sebelahku. Bisa kuciumi wangi parfumnya yang semerbak menusuk hidungku.

"Rul, tugas sudah ngerjain?" tanya Santi.

"Sudah dong, kamu?" tanyaku balik.

"Baru tadi pagi, hehe."

"Gila, itu tugas susah loh, pinter banget memang temenku satu ini." pujiku.

"Ahh enggak susah-susah banget kok, asal tahu teorinya langsung bisa dijawab." elak Santi.

"Iya iya miss Einstein..." kataku dengan nada sedikit mengejek.

Aku mencuri-curi pandang ke arah Santi saat rambut panjang hitamnya yang digerai dia ikat kuncir kuda. Aku melihat kulit mulus lehernya, dan bau wangi rambutnya. Mataku lalu semakin turun dan melihat kemolekan tubuh Santi. Aku membayangkan keindahan macam apa yang tersembunyi di balik kaos berkerah warna merah yang dia pakai sekarang.

Aku menelan ludahku dan segera berpaling untuk melihat hal yang lain. Harus aku akhiri sekarang atau fantasiku akan semakin liar dan tak terbendung lagi.

Beberapa menit kemudian dosen datang dan kami semua masuk ke dalam kelas. Aku kemudian duduk di kursi deretan tengah di samping tembok. Tak kusangka ternyata Santi memilih untuk duduk di depanku.

"Ahh sial, bagaimana aku bisa konsentrasi kalau begini." batinku.

Perkuliahan di mulai, semua berjalan lancar walaupun konsentrasiku sering terpecah gara-gara melihat Santi yang mengibaskan rambutnya.

"Baiklah, tugas untuk minggu depan buat kelompok ya, saya bagi sesuai absen." ujar Pak Dosen.

"Ahmad, dengan Arul. Kemudian Arsyad dengan Basri..."

"Tunggu... kalau begini... jangan-jangan..." pikiranku memperkirakan hal yang tak terduga.

"Rully... dengan Santi..." ujar Pak Dosen.

"Yeessss...." batinku.

Santi lalu menoleh ke belakang, aku berusaha untuk menyembunyikan rasa senangku.

"Wah Rul, kita satu kelompok. Mohon kerjasamanya ya..." ujar Santi sambil tersenyum.

"Wah Rully, beruntung banget..." kata Arsyad yang duduk di sampingku.

Aku hanya tersenyum menanggapi perkataan Arsyad. Tersenyum di muka dan juga hatiku. Otakku lalu segera merencanakan sesuatu yang nakal yang akan terjadi saat aku kerja kelompok dengan Santi.

Bersambung... 

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Cincin Penggoda   Kontrakan Santi

    "Rul...!" Aku menghentikan langkahku lalu menoleh ke belakang. Aku melihat Santi dengan setengah berlari mencoba menyusulku. "Ngapain lari-lari gitu?" ujarku. Meskipun aku menikmati pemandangan saat Santi berlari tadi, karena ada yang naik turun di balik kaos hitam yang dipakainya. "Aku nebeng pulang ke kontrakan dong?" "Ohhh... ya sudah ayo." ajakku. Aku dan Santi lalu berjalan berdua menuju tempat parkir sepeda motorku. "Minggu depan siap Rul?" tanya Santi. "Aduh, siap enggak siap sih." jawabku. "Kamu lihat sendiri tadi pas presentasi, kelompok ku ancur banget, haha." tambahku. "Iya deh, kalian tadi keliatan banget gak kompak. Kok bisa gitu sih?" tanya Santi. "Ya bagaimana mau kompak, kumpul aja cuma sekali buat kerjain. Itu pun cuma aku sama Irsyad, yang lain mah cuma numpang nama." ujarku sambil tersenyum kecut. Tak berapa lama kemudian kami sudah sampai di parkiran sepeda motor. Aku dan Santi lalu naik dan mula

  • Cincin Penggoda   Avika Lagi

    "Mana ya?" "Ahh ini dia." gumamku. Aku lalu mengambil sebuah memory card dari dalam laci meja belajar di kamarku. Aku kemudian memasukkannya ke dalam laptopku. Setelah beberapa saat, aku memasang headset dan memakainya. Aku membuka sebuah file, file yang berisi video rekamanku saat melakukan balas dendam pada Sandra beberapa waktu lalu. Aku berencana mengedit video itu dan mengirimkannya pada pacarnya Sandra. Aku ingin melihat bagaimana reaksi mereka saat tahu video itu. Aku berencana untuk menaruh memory card pada sebuah amplop polos saat nanti datang di acara pernikahan Sandra. Ada kemungkinan mereka bisa bercerai karena video itu, namun memang itulah rencanaku, menghancurkan kisah cinta Sandra, sama saat dia menghancurkan hatiku dulu. Melihat videoku dengan Sandra lagi membuat tubuhku panas dingin, namun aku menahannya karena saat ini tak ada mangsa yang bisa aku terkam. Setelah selesai mengedit, aku lalu menyimpannya pada memory card yan

  • Cincin Penggoda   Sebuah Kesempatan Lagi

    Aku mulai mendekati kedua gadis yang sedang duduk di hadapanku. Saat aku sedang berpikir bagaimana caranya bermain dengan mereka berdua, tiba - tiba saja akal sehatku mengambil alih sejenak. "Tunggu dulu... kalau aku bermain dengan gadis - gadis ini, teman - teman mereka akan curiga, karena mereka berdua sangat lama berada di toilet, dan pasti akan ada yang datang untuk mencari mereka berdua." pikirku. Aku mengelus - elus daguku sendiri, berpikir beberapa kali, sampai akhirnya aku memutuskan untuk menunda permainanku dengan kedua gadis ini. Namun masalahnya, kedua gadis di depanku ini sudah terlanjur terkena mantra dari cincin penggoda. Badan mereka bergerak - gerak manja sambil sesekali manatapku dengan mata sayu mereka. "Ahh sial... sebenarnya ini kesempatan emas, tapi aku tak mau mengambil resiko." gumamku. Akhirnya dengan sangat berat hati, aku membisikkan sesuatu ke kedua telinga gadis SMA di depanku ini. Setelah masing - masing mendapatkan perinta

  • Cincin Penggoda   Kostum Nakal

    Hari ini aku sedang tidak ada jadwal kuliah. Aku juga sedang tak ada acara atau pun rencana di luar. Jadi dari pagi aku hanya rebahan saja di kamarku sambil memainkan ponselku. Sampai pada akhirnya otakku tiba - tiba mempunyai ide untuk membuka aplikasi belanja online. Iseng aku mengetik kata kunci di kolom pencarian."Kostum Sexy."Hanya dalam hitungan detik, muncul beberapa pilihan baju - baju wanita yang terlihat minim dan seksi. Aku menggeser layar ponselku ke atas beberapa kali. Sampai akhirnya aku melihat sebuah baju yang bermodelkan baju anak SMA di negara Jepang. Baju yang sering aku lihat di video dewasa yang sering ku tonton. Aku lalu iseng membuka toko yang menjual baju tersebut."Hmm... lucu juga ini baju, kira-kira dipakai siapa ya?" batinku.Aku melihat harga baju tersebut, tidak sampai 200 ribu. Aku berpikir sejenak sembari mencoba membayangkan siapa yang bakal cocok memakai baju tersebut. Sampai akhirnya aku memutuskan untuk membeli baju anak SMA

  • Cincin Penggoda   Pertemuan Tak Terduga

    "Sudah lama nunggunya?" tanya Santi. "Ehh enggak kok, baru 10 menit." jawabku. "Ya sudah, yuk.." Santi lalu naik ke motorku. Aku lalu menghidupkan mesin motorku dan mulai berangkat menuju toko buku bekas. "Ehh Rul, kamu dengar gosip yang lagi hot gak di jurusan kita?" "Gosip? gosip apaan?" tanyaku dengan suara agak keras. "Apa? Oh iya itu... gosip tentang anak kelas B, siapa sih namanya, Sandra apa ya?" ujar Santi. "Sandra?" batinku. "Sudah denger belum?" tanya Santi lagi. "Memang gosip apaan San?" "Iya itu, katanya dia mau nikah bulan depan." "Hah? Nikah?" "Iya... sama cowoknya yang sekarang. "Terus kenapa San? kan gak apa-apa nikah." "Iya sih, tapi kan kita masih semester 5, lagian katanya, dia nikah gara-gara...." kalimat Santi terhenti. "Gara-gara apa?" "Katanya sih hamil duluan." "Deg..." Seketika jantungku rasanya mau copot saat mendengar kalimat Santi barusan. "Hamil? kamu yaki

  • Cincin Penggoda   Balas Dendam

    Aku berhenti tepat di depan gerbang sebuah rumah yang cukup besar. Aku lalu mengeluarkan ponselku dan menghubungi Sandra."Halo San, iya nih aku sudah di depan kost kamu, Oke..."Aku menyiapkan cincin penggodaku. Aku membalik permatanya ke arah dalam supaya aku bisa menggosoknya dengan ibu jariku. Tak lupa aku merapalkan mantraku sambil menunduk, aku tak mau nanti terjadi salah sasaran."Hai Rul, ada apa?"Sapa Sandra ketika dia sudah di depan rumah kostnya. Aku lalu mendongak dan menatap tajam matanya. Tubuh Sandra lalu sedikit bergoyang dan sejurus kemudian, dia hanya diam di tempat dengan napas memburu."San, kamu ambil helm ya, terus ikut sama aku." perintahku.Sandra hanya mengangguk dan masuk kembali ke rumah kostnya. Beberapa menit kemudian dia keluar lagi dengan memakai helm. Aku lalu menyuruh Sandra untuk naik ke atas motorku. Setelah itu aku menjalankan motorku untuk menuju suatu tempat.Di sepanjang perjalanan, Sandra nampak gelisah dan ta

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status