Share

4. Tragedi Terburuk

Cindaku!?

'Tidak mungkin, monster itu benar-benar ada? Ini mimpi. Ini pasti mimpi!'

Askara melangkah mundur. Jantungnya berpacu dua kali lipat lebih cepat dari biasanya. Lelaki itu beradu netra dengan mosnter itu. Askara kian mundur seiring apa yang di depanya melangkah maju. Saat badannya terjerembab karena tanaman rambat yang membelit, disana Askara merasakan sakit. Berarti ini bukan mimpi. Sialan! Kenapa kejadiannya sama persis dengan mimpinya semalam? Dimana dirinya mencoba lari dari cindaku namun tanaman lilit menjadi penghambat karena membelit kakinya.

Tiba-tiba anak panah melesat dan mendarat tepat di bola mata makhluk itu. Seketika terdengar raungan yang menggelegar di seisi hutan. Bersamaan dengan itu, Ashoka datang menghampiri adiknya sambil memotong tanaman rambat yang melilit kakinya.

"Ayo lari!" pekik Ashoka menyeret Askara supaya lari menjauhi monster itu yang sepertinya benarlah cindaku.

Namun kekuatan cindaku diluar perkiraan, monster itu mencabut anak panahnya dengan paksa. Dari bola matanya mengucur darah segar, cindaku itu pun membabi buta dan langsung mengejar dua saudara itu dengan kondisi mata sebelah yang dalam proses pemulihan. Hebatnya, meskipun kondisi sebelah mata luka bekas tertusuk, cindaku itu masih mampu melihat Askara dengan jeli.

Ashoka mendapat ide, ia berlari ke arah gerobaknya dan mengambil kantong berisi garam dan membawanya lari. Karena kecepatan lari cindaku hampir menyerupai harimau asli, keduanya berhasil tersusul. Saat jarak mereka sudah terpangkas, cindaku itu sergap menerkam Askara dari belakang.

Askara merasakan kuku tajam itu mencengkram kedua bahunya. Lelaki itu hanya bisa menggerang dan ketakutan saat melihat gigi taring cindaku hampir merobek kulitnya.

"Rasakan ini makhluk sialan!" erang Ashoka sembari menyerang mata cindaku dengan taburan garam. Tentu saja monster itu melonggarkan cengkramannya, segera meronta mengenyahkan taburan garam yang membuat matanya terasa perih.

Dirasa ada kesempatan, Askara segera menghindar. Bahunya mengucur darah segar karena goresan kuku makhluk itu. Ia dan saudaranya mencoba berlari menyelamatkan diri.  Sialnya hari sudah mulai gelap, membuat jalan tertutup gulita yang mengarahkan dua saudara itu semakin jauh memasuki hutan.

Bulan purnama mulai muncul di langit bersamaan matahari tenggelam. Cindaku seperti mendapatkan energi dan kekuatan lebih dari cahaya sempurna malam itu. Tubuhnya semakin membesar dan rupaya semakin menyeramkan. Pertambahan ukuran cindaku berhenti setelah tingginya sekitar empat meter, makhluk itu pun meraung sekas-kerasnya membuat bergetar seisi hutan. Sampai burung-burung pun berterbangan dari hinggapannya saking membahananya raungan itu.

"Shoka, a-aku tidak menyangka. Dongeng itu.., bukan sekedar peringatan anak-anak belaka. Mereka semua ... nyata!" Nafas Askara terdengar terputus-putus saat berbicara.

Ashoka juga memelankan larinya karena mulai kelelahan. "Ck, sial! Kenapa aku bisa lupa kalau sekarang pertengahan bulan!?" rutuknya lagi.

"Kita harus bagaimana sekarang?" ringis Askara yang mulai ketakutan.

"Ambil ini!" Ashoka memberikan sekantong garam pada adiknya. "Lemparkan taburan garam ini jika cindaku itu menyerang, ini bisa mengaburkan pandangannya. Meskipun efeknya sangat sebentar, setidaknya kau bisa lari menjauh."

"Kenapa kau memberi semua garamnya padaku?"

"Aku ingin kau tetap hidup!" tegas Ashoka.

Tidak ada cara lagi untuk melawan makhluk itu. Menurut dongeng yang sering diceritakan Ibunya, penciuman cindaku pemangsa sangat tajam akan daging manusia. Memang lebih menyeramkan wujud cindaku siluman yang konon katanya sedikit berakal, tetapi bukan berarti cindaku pemangsa itu jinak. Yang namanya monster cindaku, pastilah berbahaya.

Jika cindaku ini tetap mengejar mereka. Berarti ini sangat darurat! Mereka berdua dihadapkan dengan cindaku pemangsa. Harimau setengah manusia yang suka memakan hidup-hidup bangsa manusia asli.

'Celaka', batin Askara. Mengingat tadi taring makhluk tadi hampir merobek kulitnya. Tidak salah lagi, mereka sekarang berhadapan dengan cindaku pemangsa.

Langkah keduanya berhenti, dengan nafas tersenggal-senggal dua saudara itu mencoba mengistirahatkan kakinya dengan berhenti berlari. Askara merutuk dalam hati, masih mengangap serangkai kejadian ini sebagai mimpi yang terasa nyata. 'Bangun Aska bangun! Ini mimpi! Pasti cuma mimpi!' Namun semua itu memang sia-sia, bahunya bercucuran darah dan perihnya terasa. Cukup membuatnya bungkam jika kejadian ini benarlah terjadi.

Graaaa ...!!!

Raungan terdengar dekat di arah mereka. Cindaku itu tiba-tiba melompat dari samping semak-semak, memalang jalan dua saudara yang tengah berlari. Tanah juga terasa bergoyang sesaat makhluk besar itu mendaratkan kakinya di tanah, membuat Ashoka juga Askara jatuh terpental ke belakang.

Askara terpental paling jauh sampai ia bergulingan, sedangkan Askara tidak terlalu jauh dari sana. Tentu saja raksasa cindaku itu menghampiri mangsa terdekat, yakni sang kakak. Ashoka terbelalak melihat pesatnya pertambahan ukuran tubuh cindaku itu. Sampai-sampai ia mendongkak 90° hanya untuk menatap rupa muka monster itu.

Tiba-tiba kaki Ashoka terasa jauh menapaki tanah, tubuhnya perlahan melayang dan menggantung di udara. Detik kemudian ia menyadari jika tubuhnya di angkat oleh jari jemari cindaku. Ashoka panik, ia meronta-ronta berusaha lepas dari cengkraman monster itu. Jantungnya terasa terombang kala melihat cindaku membuka mulut lebar-lebar dan bersiap memasukan dirinya ke dalam lubang itu.

Askara menggeleng, kepalanya teramat pusing karena terbentur. "Ashoka!!!" teriaknya saat melihat monster itu hendak memakan kakaknya.

"Apa yang harus aku lakukan!?" Askara panik dan berfikir keras supaya cindaku melepaskan sang kakak. Ia pun teringat akan cara Ashoka saat memanah mata cindaku. Ia bisa melakukannya lagi guna membantu sang kakak --meski tanpa busur sekalipun.

"Aarrggh!" Ia berlari sembari mengacungkan tinggi-tinggi anak panahnya. Setelah posisinya dekat, ia menusuk kaki cindaku tadi dengan sekuat tenaga.

Monster itu menggeram kencang. Meskipun begitu ia tidak melepaskan mangsa di genggamannya. Angkara murka. Makhluk itu mengangkat kakinya dan menginjak apapun yang ada di sekitarnya dengan membabi buta. Untungnya dia berhasil menghindar di setiap serangan. Sialnya di serangan terakhir, pemuda itu terkena tendangan cindaku hingga badannya membanting bahan pohon sangat keras.

"Aska!!!" teriak Ashoka saat melihat adiknya terhuyung lemas di bawah pohon.

Askara tidak menyerah, ia berusaha bangun meski kaki dan tangan gemetar saking lemas badannya. Ia masih mampu berdiri meski jalan terpincang.

"Lari, Aska!!!" teriak sang kakak lagi, tetap saja sang adik tidak menghiraukan.

Bersamaan dengan itu cindaku itu memasukan setengah tubuh Ashoka kedalam mulut dan menggigitnya sampai gigi tajam itu memotong tubuhnya. Pemuda itu berteriak histeris saking dahsyat rasa sakitnya. Bertepatan dengan itu, darah segar mengucur di mulut cindaku dan membasahi setengah tubuh Ashoka.

"Jangaaan! Ashokaaaa!!!" teriak Askara sejadi-jadinya. 

Ashoka terlihat memuntahkan darah, penglihatannya berbayang dua. Namun ia masih sempat merintih nama adiknya di tengah-tengah kesadarannya yang mulai menghilang.

"As-ka-ra ..."

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status