Cindaku Sang Penguasa

Cindaku Sang Penguasa

Oleh:  Bill  Tamat
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
10
22 Peringkat
144Bab
17.1KDibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Tinggalkan ulasan Anda di APP

Askara selalu mendengar cerita turun temurun keluarganya berupa ancaman makhluk misterius yang bernama cindaku. Makhluk yang konon dikatakan pemakan manusia itu selalu menjadi teror di malam bulan purnama. Mitos lainnya yang muncul bersamaan dengan cindaku adalah pendekar Adiwira. Para manusia istimewa yang memiliki kekuatan di luar nalar yang mampu menyaingi kekuatan cindaku. Mereka dikatakan pahlawan sekaligus tameng pelindung bangsa manusia. Askara hanya mempercayainya sebagai dongeng semata. Ia meragukan keberadaan monster itu sampai akhirnya pemuda itu mendapati mahluk mengerikan berwujud manusia setengah harimau memakan manusia tepat di depan matanya. "Cindaku itu ada?" [WARNING!!! Semua unsur yang ada dalam cerita ini tidaklah nyata, semua tokohnya juga dibuat dengan karakter yang fiksi. Keseluruhan alur disini hanyalah FIKTIF belaka. Tidak ada unsur pencemaran nama baik atau menjatuhkan pihak lain pada cerita ini. Hanya sebuah karangan kata yang dirangkai sedemikian rupa untuk kebutuhan alur]

Lihat lebih banyak
Cindaku Sang Penguasa Novel Online Unduh PDF Gratis Untuk Pembaca

Bab terbaru

Buku bagus disaat bersamaan

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen
user avatar
Aldho Alfina
Bantu promote thor "Penguasa Dewa Naga"
2023-01-27 18:06:34
0
user avatar
Bill
Jangan lupa tinggalkan gem jika menyukai cerita ini, terimakasih ...
2022-08-15 18:57:03
0
user avatar
Bill
Cindaku Sang Penguasa soon update ...
2022-08-15 18:53:10
0
user avatar
aldo.paikerz15
Luar biasa min Jangan lupa mampir di karya saya "Legenda Naga Langit" Insyaallah menghibur.
2022-08-05 17:58:40
0
user avatar
Aldi pga
Numpang promo kak, mampir ke novel legenda Galuh Tapa, kali aja ada yang mau membaca tulisan sederhana ini, ditunggu ya kak
2022-07-10 13:21:46
0
user avatar
Ramdani Abdul
Ceritanya keren Kak Salam dari Pendekar Kujang Emas
2022-03-10 11:37:41
0
user avatar
Bill
Info : Cindaku Sang Penguasa akan "diusahakan" update rutin setiap hari pada jam 5 sore. Jangan lupa pantau terus ceritanya ...
2022-02-11 15:07:47
1
user avatar
malapalas
BACA novel berjudul :FREL. Banyak kejutan di dalamnya. Selain tentang cinta segitiga yang bikin baper, gemes dibumbui humor dan mengharubirukan, kalian akan disuguhi dg persahabatan, keluarga, luka dan rahasia di masa lalu orangtua yang akan membuat cerita lebih seru dan menjungkirbalikkan perasaan.
2022-01-30 16:44:28
0
user avatar
Muh Noel Hackiem
Dtunggu Update y lagi tor seru ini cerita y
2022-01-13 10:53:21
1
user avatar
Big Man
Izin promo thor. ~Sang Raja Pulau Mahkota~ Isekai, Game, Fantasi, Overpower, Demon. Mampir yak ...
2021-12-09 17:43:13
0
user avatar
Ditarina
nggak ngira ternyata penggambaran cindakunya begitu. wew berasa serem neh makhluk.
2021-11-24 16:06:42
2
user avatar
Aldho Alfina
Ijin promo thor. ~Reinkarnasi Ke-dua di Dunia Lain Reinkarnasi kedua dari sang penguasa benua Danirmala di dunia sihir. Isekai, Magic, Overpower, Demon Lord, Ecchi, Harem
2021-10-31 11:24:33
1
user avatar
Alinaa
Ceritanya bagus dan menarik, semangat
2021-10-08 15:19:42
0
user avatar
RAZILEE
bagusss nexttt
2021-10-07 13:18:59
0
user avatar
Tanty Longa
Menarik sekali kisahnya
2021-10-07 12:48:53
0
  • 1
  • 2
144 Bab
1. Sang Mitologi
Hari itu di sebuah hutan sunyi yang terdiri dari ratusan pohon pinus mengitari tubuh lelaki muda itu. Dia menoleh ke kanan kirinya, mencari lambaian suara yang terdengar memanggil di telinganya. Bernada dan berirama, membuat indra pendengaran lunak sampai ke ulu hati saking merdunya. Askara ... Laki-laki itu terperanjat seraya mengedarkan penglihatannya, berusaha mencari sumber panggilan itu. Namun yang ia tangkap hanyalah batang pepohonan pinus yang semakin atas semakin rimbun daunnya. Tiba-tiba hempasan kabut membuat ia sedikit menggigil, dinginnya meresap ke dalam kulit. Bayangan hitam merambat di ranting-ranting pohon membuat suasana hutan pinus itu mendadak gelap dan berkabut dalam sekejap. "Dimana ini?" Askara mengosok-gosok tangannya karena kedinginan. Pakaian dari kulit rusa miliknya tidak mampu menghangati tubuhnya. Semenjak kabut menghempas yang membuat kayu dan ranting berembun, Askara kehabisan akal untuk me
Baca selengkapnya
2. Ingatan Lampau
Cukup lama mereka memecah batu penjadi puing-puing kecil. Pekerjaan ini bukanlah hal yang mudah, perlu tenaga lebih dan kesabaran tinggi pula. Penjual batu sudah menjadi mata pencaharian mereka sehari-hari, demi beberapa gunduk garam yang bisa mereka gunakan untuk menyambung hidup. Seusai memecah batu dan tenaga terkuras habis, mereka berdua makan terlebih dahulu sebelum beranjak ke kota. Sang kakak menyiapkan bahan untuk membuat makanan, sedangkan sang adik bertugas untuk membuat api. Ashoka memanggang daging rusa kering itu sembari menabur garam supaya lebih berasa. Askara hanya diam melihat apa yang dilakukan kakaknya. "Kau tidak sayang dengan garamnya? Kita bisa beli kapak baru dengan garam itu." "Aku sengaja sisakan sedikit untuk bumbu makanan. Lagipula kita akan jual batunya. Setidaknya kita akan mendapatkan lagi garam, jangan khawatir." Ashoka menghidangkan makanannya diatas daun pisang, dan menyodorkannya kepada Askara untuk mereka makan bersama.
Baca selengkapnya
3. Fakta dari Mitos
Hampir setengah hari dua saudara itu menghabiskan waktu untuk berniaga. Sang surya sedikit demi sedikit turun guna mendarat di ufuk barat. Membuat sinarnya tidak terlalu panas menyengat, bahkan terasa hangat. Menemani mereka menarik gerobak kosong dan beberapa gundukan garam. Senang rasanya karena puing-puing batu mereka habis terjual, sekarang gililan keduanya mencari bahan makanan ke hutan. Hanya saja binatang buruan tidak ada satupun yang terlihat hari itu. "Shoka, ini aneh. Biasanya para sekumpulan rusa ada disini, kancil juga biasanya sering terlihat. Sekarang rusa maupun kancil, tidak ada dua-duanya." Askara menyimpan kembali anak panahnya. Ia memilih jongkok dekat semak-semak bersama Ashoka. "Aku juga berfikir begitu, ini tak biasa." Ashoka masih mengintai di balik semak-semak. Sejeli apapun ia menajamkan penglihatannya, nyatanya tidak ada satu pun buruan di hutan itu. Pemuda itu mulai cemas, ka
Baca selengkapnya
4. Tragedi Terburuk
Cindaku!? 'Tidak mungkin, monster itu benar-benar ada? Ini mimpi. Ini pasti mimpi!' Askara melangkah mundur. Jantungnya berpacu dua kali lipat lebih cepat dari biasanya. Lelaki itu beradu netra dengan mosnter itu. Askara kian mundur seiring apa yang di depanya melangkah maju. Saat badannya terjerembab karena tanaman rambat yang membelit, disana Askara merasakan sakit. Berarti ini bukan mimpi. Sialan! Kenapa kejadiannya sama persis dengan mimpinya semalam? Dimana dirinya mencoba lari dari cindaku namun tanaman lilit menjadi penghambat karena membelit kakinya. Tiba-tiba anak panah melesat dan mendarat tepat di bola mata makhluk itu. Seketika terdengar raungan yang menggelegar di seisi hutan. Bersamaan dengan itu, Ashoka datang menghampiri adiknya sambil memotong tanaman rambat yang melilit kakinya. "Ayo lari!" pekik Ashoka menyeret Askara supaya lari menjauhi monster itu yang sepertinya benarlah
Baca selengkapnya
5. Ilham Kekuatan
Ashoka banyak memuntahkan darah, saat cindaku memotong sebagian organnya. Gigi-gigi itu maju perlahan mengunyah tubuh Ashoka dari kaki hingga ke perutnya, menyisakan dada, kepala, dan dua tangan yang menggelantung. "La--ri ...  A-as-ka ..." rintih Ashoka saat kondisinya sedang sekarat. Sedikit demi sedikit kesadarannya mulai menghilang. Meskipun begitu, ia masih mengingat Askara dan berusaha menyerunya dalam bentuk rintihan yang mustahil terdengar langsung oleh adiknya. Glek ... Tubuh Ashoka yang tersisa ditelan bulat-bulat dalam mulut makhluk itu. Darah sang kakak terlihat bercipratan di mulut cindaku itu. Seperti tidak menyia-nyiakan makanan lezatnya, cindaku itu menjulurkan lidah panjangnya dan menjilat bercak darah di wajahnya. "T-tidak mungkin ... Sho--ka ...?" Askara membisu, dadanya terasa sesak sampai tak sanggup berkata kala melihat jasad sang kakak tewas tepat deapn matanya. Sampai air m
Baca selengkapnya
6. Sang Penyelamat
Setelah melalui kehampaan yang diselimuti gelap, Askara berhasil terbangun. Ia merasakan pegal-pegal dan nyeri di sekujur tubuhnya. Beberapa detik kemudian dia menyadari punggungnya tengah terbaring di atas kayu, terasa agak geli karena kulitnya menyentuh langsung pembaringan keras nan padat itu. Askara terhentak sesaat setelah melihat kondisinya yang tak mengenakan pakaian atas. Telanjang dada sampai ke pusar. Pemuda itu mengedarkan pandangan guna mencari apapun untuk menutup tubuh kurusnya. Hanya saja setiap sendi bergerak, otot-ototnya terasa sakit sampai-sampai dirinya tak mampu bangkit bahkan untuk duduk sekalipun. Askara meringis kesakitan, tulang-tulang tubuhnya serasa remuk, menggerakan kepala pun harus disertai tenaga. Lelaki itu berakhir menghela nafas panjang sambil memejamkan matanya, ia putus asa dan siap mati kapan saja. "Jangan banyak bergerak, Nak. Kau belum pulih." Askara sedikit terke
Baca selengkapnya
7. Manusia Terpilih
Kali ini Askara menggeleng sembari beranjak mundur. Ia merasa aneh dengan sikap pria dewasa ini, apakah benar semua itu diberikan secara percuma? Pasti ada bayarannya. "Kenapa kau ... Memberikan semuanya padaku? Makanannya? Pakaiannya ... Sebenarnya apa yang anda inginkan dari saya?!" Suara Askara sedikit bergetar. "Aku hanya minta kau menjawab pertanyaanku," ujar Dwara dengan tenang. "Apa itu?" Dwara mengambil nafas. "Apa sebelumnya kau bertarung melawan cindaku?" Bola mata Askara terbuka lebar. Sama sekali ia tidak berfikir jika pria bernama Dwara ini berfikir sampai ke sana. Pemuda itu ragu menjawab, karena sampai saat ini pun dia berusaha menolak keberadaan cindaku. Sekalipun makhluk itu ada, dia harus membantai monster itu dengan tangannya sendiri. "Kenapa anda bertanya seperti itu? Apa menurut anda makhluk itu ada?" Askara sengaja berkilah. Lagi-lagi Dwara ters
Baca selengkapnya
8. Darah Ksatria
"Kau manusia terpilih, Nak." Askara terkejut dengan apa yang dikatakan Dwara. Bukan hanya itu, mata biru pria itu membuatnya sedikit gentar. Warna mata yang tak lazim, biru berlian dengan garis pupil memutar dan bersinar. "Anda s-sebenarnya siapa?" Askara beringsut mundur dari balok ranjang kayu yang ia duduki. Mata Dwara kembali terkatup, ia membuang nafas sambil terpejam. Beberapa saat kemudian matanya kembali menjadi normal dan seperti sedia kala. "Aku sepuh pendekar Adiwira," katanya saat mata biru itu menghilang. "Pendekar Adiwira?" Alis Askara mengkerut, antara percaya dan tidak dengan pengakuan pria itu. "Jadi tokoh pendekar melegenda itu benar-benar ada?" Setelah mendengar hal itu, Dwara pun beranjak menghampiri sebuah bak air yang letaknya di bibir gua. Pinggir-pinggirnya terdapat obor api dengan asap yang lumayan mengepul. Airnya sangat jernih sampai bisa dipergunakan untuk
Baca selengkapnya
9. Senjata Kujang
"Jadi anda adalah sesepuh adiwira?" tanya Askara. Dwara lagi-lagu terkekeh mendengarnya. "Sesepuh itu bisa dikatakan tetua. Peringkatku belum setinggi itu, aku hanya melatih adiwira pemula seperti dirimu." "Lalu, aku harus memanggil anda apa?" "Kau bisa memanggilku sepuh saja," ujar Dwara. Askara yang bingung karena kesulitan membedakan kata sepuh dan sesepuh hanya bisa mengangguk asal saja. "Baiklah sepuh --Dwara." Dwara kemudian menyerahkan pakaian berbahan katun itu pada Askara. "Pakailah, dan setelah ini ikuti aku," suruhnya. Awalnya Askara menghabiskan waktu karena mengagumi pakaiannya. Pernak-pernik yang mengkilap sangat menakjubkan sampai ia sendiri ragu untuk memakainya. Lengan panjang disertai celana lembut lengkap dengan kiping kain luarannya menambah kesan indah pakaian itu.  Setelah pakaian itu ia kenakan, bukan lagi pakaiannya yang ia kagumi melainkan kini beralih pada dirinya sendiri. Tukang batu yang memanfa
Baca selengkapnya
10. Tuntutan Darah
"Jadi senjata yang akan kubawa adalah kujang?" "Yah, ini memang sedikit aneh. Belum pernah aku melatih adiwira pemula yang memegang kujang. Tapi tak apa, anggap saja aku juga latihan saat melatihmu." Dwara mulai melangkah keluar gua. "Maaf, Sepuh." Askara menghentikan langkah Dwara sampai lelaki paruh baya itu nenoleh ke belakang. "Maaf jika saya lancang bertanya. T-tapi, saya penasaran senjata apa yang sepuh pegang selama menjadi adiwira?" Merasa lucu dengan pertanyaan muridnya, Dwara malah mengulum senyum menanggapinya. "Nanti juga kau tau. Sekarang kau ikutlah denganku, kau akan masuk latihan pertama." "Baik, sepuh." Mengikuti langkah pria yang baru saja resmi menjadi gurunya itu, Askara dibawa ke pinggir sungai selepas keluar dari gua. Dwara langsung berdiri di atas batu besar yang sekilas pinggirnya terlihat memiliki ukiran yang unik. Ada dua buah batu besar yang lebih mencolok d
Baca selengkapnya
DMCA.com Protection Status