“Mita. Lu enggak kapok ya bully Irena. Oh atau gue laporin kepala sekolah biar lu di skors.” Suara bariton itu membuat langkah Mita terhenti. Mita membalik tubuhnya dan melihat Arie sedang menatap tajam dirinya.
Mita mendengus kesal dan berkata, “ Kamu kenapa sih milih dia daripada aku!”
“Karena dia lebih baik daripada lu tentunya.” Arie menarik tangan Irena lembut dan membawanya pergi dari sana. Mita mengepalkan tangannya kesal, dia pun berjalan kembali mengikuti kedua temannya.
“Kenapa Kak Mita marah? Lebih baik buat si gajah bengkak itu menjauh atau lenyap sekalian.”
“Tria?” Mita menatap adik kelasnya yang sejak tadi bersembunyi di balik tembok.
“Ya, ini aku. Aku juga sama kesal pada si gendut itu, gara-gara dia aku putus sama Rara. Bagaimana kalau kita kerja sama, kita buat dia enggak betah di sini.”
“Tapi gue takut sama Arie.”
“Kak
Arie merasa hatinya tidak nyaman, selesai mengantar Mamanya ke bandara dia mencoba menghubungi Irena beberapa kali. Namun, hape kekasihnya itu mati dan hanya ada suara operator telepon saja. Arie menghubungi Pie, Pie mengatakan Irena ada les matematika. Lalu dengan segera Arie pergi ke sekolah. Hari sudah malam, sekolah tutup.“Mang Sodik, anak-anak yang les matematika udah pulang ya?” Arie bertanya pada Mang Sodik penjaga sekolah yang sedang menggembok pagar.“Setahu Mamang mah enggak ada les apa-apa, soalnya Pak Yanto sakit malahan semua guru besuk ke rumah sakit, Pak Yanto operasi usus buntu.” Mang Sodik menjelaskan. Hati Arie bertambah galau. Dia khawatir dengan kekasihnya. Arie segera menghubungi Hida.“Bentar ya gue telepon Bapak dulu.” Hida menutup teleponnya. Arie menunggu dengan gelisah di mobil.Saat ponselnya berdering memunculkan nama Hida, dia pun segera mengangkatnya.“Bapak bilang Irena belum
Kahida berteriak memanggil anak-anak itu, tapi mereka sudah pergi lebih dulu. Terutama Arie yang penuh emosi membawa motornya kembali ke sekolah. “Haduuh, mereka enggak lihat apa, gue masih di sini!” Hida segera berjalan mencari pangkalan ojek dan menghubungi polisi serta Pak Tatang. Sesampainya di sekolah, Arie mencari Tria dan Mita. Mita terkejut melihat Arie yang menghampirinya dengan wajah penuh amarah. Arie menyeret Mita dan mencari Tria, Tria sedang merokok di warung dia terkejut, secepat inikah? Dia hendak kabur, tapi Igna meringkus dan membawanya ke hadapan Arie. Arie sudah tidak bisa lagi menahan amarahnya, dia memukul Tria dan membuatnya babak belur. Guru-guru di sana berusaha memisahkan mereka, sementara itu polisi datang bersama Hida dan Pak Tatang. “Katakan di mana adik gue!” Hida menarik kerah baju Tria. “Ngomong siah ngomong tong ngabetem wae![1]“ Igna merasa kesal melihat wajah Tria yang kesakitan.
Irena diam dan mengigit bibirnya. “Lalu bagaimana lagi?” “Nah, Arie ngusulin agar lu sekolah di sana. Makanya waktu itu Abang ngusulin buat masuk Bakti Pertiwi. Arie udah lama memperhatikan lu, sejak SMP dia kalau liburan pasti liat kamu di sini, sering lewat sini tapi enggak berani nyamperin karena malu.” Irena tertegun, jadi saat dia mengejar laki-laki lain yang dengan kejam menyakiti hatinya di sisi lain ada seseorang yang setia menantinya? Irena merasakan dadanya bergemuruh, dia merasa bersalah pada Arie, kemarin saat dia bangun melihat betapa kusamnya wajah Arie. Tapi dia malah mendiamkan Arie dan masih merasa tidak pantas untuk Arie. “Abang enggak akan ngomong apa pun, Ir. Hanya saja, mungkin Abang bakalan kasih satu kutipan dari buku yang Abang baca, di mata dunia mungkin kamu bukan siapa-siapa. Tetapi di mata orang lain kamu adalah dunianya. Jangan merasa rendah diri dengan keadaan kita, kalau lu merasa tidak pantas untukn
Tubuh sintal itu ditariknya ke pelukannya, lalu diciumnya bibir ranum yang sekarang menjadi bagian dari candunya. Tubuh sang gadis di rebahkan di ranjang king size bercorak mawar di kamarnya. Lalu matanya menatap mata bulat sang gadis dan menggesekkan hidung mancungnya dengan hidung sang gadis. Dia tersenyum dan berkata, "Kamu tahu enggak? Sekarang kamu prioritas kedua Kakak setelah Mama.""Jinjja?""Sok Korea ah. Beneran dong, jadi kamu jangan bikin khawatir lagi ya, apa pun yang kamu rasakan harus bilang, jangan pendam sendiri.""Hmm, oke."Arie Lucas tertawa pelan lalu menciumi kembali wajah gadisnya. Dia sangat mencintainya, tidak ingin melihatnya terluka dan bersedih. Gadis yang menurut orang lain tidak ada apa-apanya. Yang menurut orang lain biasa saja. Tapi menurutnya dia begitu sempurna, terutama hatinya yang begitu pemaaf, bagaimana bisa dia mencabut tuntutan kepada anak-anak yang membully dirinya. Namun hukum adalah hukum
Bu Titin memberi aba-aba pada muridnya. Semua anak berdiri dan mulai mengambil napas panjang. Hari ini mereka sedang berlatih, kakak kelas mereka telah menyelesaikan ujian akhir sekolah dan 100% lulus semua. Mereka telah bekerja keras mengalahkan soal ujian yang membuat kepala mereka hampir terbakar. Besok di sekolah Irena mengadakan acara kelulusan dan kenaikan kelas serta perpisahan dengan kakak kelas mereka. Irena ditunjuk sebagai anggota vokal grup. Selain itu dia juga harus bernyanyi solo di depan semua orang, kemampuannya dalam lomba bernyanyi bulan lalu tidak dapat diragukan. Darah seni yang mengalir di tubuhnya membuat Irena menjadi kebanggan sekolah, saat menjadi juara pertama lomba menyanyi antar sekolah.“Ir, kamu udah hapal ‘kan lagunya buat besok?” tanya Bu Titin.“Iya, Bu. Saya sudah hapal setiap sore saya berlatih.”“Bagus, kalau begitu. Rara dan yang lainnya gimana? Gerakan tari meraknya udah bisa ‘kan? L
Saat acara utama dimulai yaitu drama musikal yang dibawakan Irena dan teman-temannya. Semua nampak larut dan seakan ikut mendalami kisah si bebek buruk rupa yang dihina dan tidak mempunyai teman. Dia dikucilkan dan dibenci oleh semuanya karena buruk rupa. Akting Irena yang memukau dan suaranya yang menghipnotis banyak orang membuat decak kagum semua orang. Makcik Yuyu sibuk dengan ponselnya, merekam calon menantunya yang sedang berakting dan bernyanyi di atas panggung.Saat akting menangis, semua ikut laut dalam kisahnya si bebek ini. Mereka ikut menangis, bahkan Bu Titin dan Mak Esih—ibunya Irena, menangis tersedu-sedu. Mak Esih sangat terharu dan bangga dengan putri kecilnya. Dia begitu mendalami perannya dengan baik dan membuat semua orang berdecak kagum.“Tuh liat, Pak. Si Eneng hebat pisan nya.” Mak Esih menyeka air matanya dengan sapu tangan. Pak Tatang ingin menangis juga kalau saja dia tidak malu dengan postur tubuhnya yang tinggi besar. Pak T
Mengubah kebiasaan memang sulit tapi Irena berusaha keras untuk menjadi lebih baik. Setiap pagi dia akan bangun, lalu meminum dua gelas air putih hangat dan memulai rutinitas dengan gerakan kecil. Dia mulai menyukai pelajaran olahraga Pak Suklan.“Aku bukan ingin kurus tapi pengen sehat.” Itulah jawaban Irena saat orang bertanya mengapa dia sekarang rajin olahraga.Mobil yang dikendarai Arie berhenti di depan rumah Irena. Sepertinya Pak Tatang dan istrinya sudah tidur. Irena masih di dalam kursi depan bersama Arie, dia menatap kekasihnya yang tampan seperti pahatan dewa Yunani.“Terima kasih udah nganterin aku pulang, Kak. Mau mampir?”“Tidak usah, sudah malam. Kapan-kapan saja … oh ya, aku berangkat ke Belanda nanti hari Minggu.”“Baiklah, semoga selamat di perjalanan jangan lupa kabari aku. Maaf aku enggak bisa nganterin Kak Arie ke bandara.” Irena menatap Arie penuh rasa sesal. Arie berangka
Waktu cepat berlalu, Irena sudah memasuki masa kuliah. Karena Pak Tatang sayang banget sama anaknya, Irena enggak bisa kuliah jauh-jauh. Kahida sekarang bekerja di sebuah perusahaan swasta, karyawan dia sekarang. Udah bisa beli mobil bakal Emak dan Bapaknya jalan-jalan ya walau cicilan. Kahida kerja di luar kota, tapi sebulan sekali dia pulang buat nengok kedua orang tuanya.Arie dan Irena masih berhubungan, meskipun interaksi keduanya sekarang jarang. Arie sibuk dengan kuliahnya begitu juga dengan Irena. Tapi Irena tidak pernah berpikir negatif tentang Arie, dia percaya Arie menjaga hati dan cintanya. Begitu juga dengan dia, tidak akan pernah dia berpikir untuk selingkuh.“Hoi! Jangan melamun lu! Baik-baik ntar kesambet setan penunggu kamar mandi!” Seseorang menepuk pundak Irena. Gadis berpipi chubby itu mendelik kesal. Siapa lagi kalau bukan Ignatius, cowok nyebelin yang akhirnya satu kampus juga dengan Irena. Hubungan dia dan Rara sudah lama kan