Shilla terdiam memandangi seorang lelaki yang baru saja memarkirkan sepeda motor yang ditumpangi di parkiran sekolah. Ia membuka helm lalu dikaitkan ke spion motornya. Lelaki itu terlihat begitu cool dengan seragam sekolah yang rapi dikenakannya, dan rambut cepak ala anak sekolah yang taat peraturan sekolah serta kulit putih, tinggi badan menjulang yang menawan. Wajar, saja kalau banyak kaum hawa di sekolah ini yang mengidolakannya. Namun, lelaki itu sudah memilih seorang wanita untuk menjadi kekasihnya dan wanita beruntung itu adalah Shilla.M
"Melamun saja Shil!" ucap Randy melambaikan tangannya tepat di wajah Shilla. Randy memperhatikan gadis yang cantik, tinggi, putih dan langsing serta rambut sebahu itu.
"Sejak kapan kamu di sini?" tanya Shilla setelah tersadar dari lamunannya.
"Sejak tadi," jawab Randy sebal.
Shilla menekukkan wajahnya. Ia sebal atas jawaban yang diberikan oleh Randy padahal dia juga bertanya dengan serius. "Ya sudah deh."
"Kamu itu lucu ya, Sayang. Gitu aja jadi ngambek! Padahalkan, harusnya aku yang ngambek karena kamu cuekin daritadi," jawab Randy tak mau kalah.
"Ya sudah deh. Aku masuk kelas duluan ya. Bye," ucap Shilla melangkahkan kaki berniat meninggalkan Randy. Hatinya begitu kesal. Masalah yang dihadapi sebenarnya sangat tidak masuk akal bila harus menjadi sebuah pertengkaran.
Randy dengan cepat menahan tangan Shilla sehingga baru dua langka saja ia berjalan telah terhenti. "Mau ngapin lagi? Aku mau masuk kelas duluan."
Kini, Randy mengambil posisi tepat di samping Shilla. Membiarkan salah satu tangannya memegang tangan Shilla. Ia juga memperhatikan raut wajah Shilla yang sudah semakin kesal. "Aku minta maaf."
"Untuk apa?"
"Aku minta maaf atas jawaban iseng aku tadi. Seharusnya aku menjawab pertanyaan kamu dengan benar dan serius," lanjut Randy mengenggam tangan Shilla.
"Iya. Jangan diulangin lagi. Aku juga kan menunggu kamu butuh waktu berdiri di sana, eh kamu malah bilang harusnya kamu yang marah," jawab Shilla menatap Randy dengan serius.
"Aku yang nunggu loh!" sambung Shilla kembali.
"Iya. Maafin aku ya, Shilla Sayangku. Kamu itu lucu sekali, sih. Masalah kecil kok di besarin. Untung aku sayang," jawab Randy lalu mencubit pipi Shilla dengan lembut.
"Aww ... sakit tau!" teriak Shilla dan matanya memelototi Randy.
Randy hanya tertawa saja melihat tingkah kekasihnya yang seperti anak kecil ini. "Kita ke kelas, yuk!"
Shilla berusaha melepaskan tangannya dari genggaman Randy. Ia lalu tersenyum dengan sendirinya. Sebenarnya Shilla tahu tindakannya tersebut pasti membuat Randy marah. Tapi apa mau di kata! Suasana masih di sekolah, apalagi ini masih waktunya semua orang di lingkungan sekolah berkeliaran di mana-mana.
"Kita ke kelasnya barengan saja. Jalan bersampingan tapi gak usah sambil gandengan tangan ya," ujar Shilla hati-hati.
"Alasannya? Malu dilihat teman-teman atau siswa-siswi di sini? Biarin aja Shilla. Lagian semua orang juga tahu kalau kita sudah pacaran. Kita juga sudah setahun pacaran, kamu masih malu aja gitu?" jawab Randy yang terlihat emosi.
Sekarang giliran Shilla yang meminta maaf. "Iya. Aku tahu kamu pasti akan seperti ini. Aku minta maaf. Namun, bagaimana kalau yang melihat kita itu seorang guru, Apakah kamu siap untuk dipanggil guru BP gara-gara kita hanya bergandengan tangan? Masalah masuk BP kok sekecil itu."
"Iya juga sih. Aku lupa," ucap Randy kemudian.
"Ya udah ayo kita ke kelas!" ajak Shilla tersenyum.
Sekolah Nusa Indah adalah sekolah swasta yang begitu elite di Palembang. Peraturan di sekolah ini tidak memperbolehkan siswa-siswinya untuk berdekatan apabila hanya berdua saja. Apalagi untuk gandengan di lingkungan sekolah, siswa-siswi yang melanggar itu siap-siap saja untuk dipanggil oleh guru BP ke ruangannya.
***
Shilla sedang mendengarkan curahan hati dari sahabatnya, Sivia. Sahabatnya itu menceritakan seorang lelaki dambaannya. Ia mulai mendambakan lelaki tersebut kemarin setelah sepulang sekolah. Panjang dan lebar Sivia menjelaskan. Shilla masih terus saja fokus dengan ceritanya gadis yang manis, tinggi, dan rambut yang selalu dikuncir kuda itu, sebenarnya Shilla sedikit malas untuk mendengarnya karena perdebatannya dengan Randy tadi, tetapi karena Sivia sahabat yang begitu baik akhirnya dirinya merelakan dan meredam emosi saat itu juga.
"Lalu lelaki itu siapa?" tanya Shilla memotong pembicaraan, Sivia.
Wajah Sivia berubah menjadi datar. Yang tadinya begitu semangat cerita kini berubah seketika. "Kamu dengarin cerita aku dulu. Nanti aku kasih tahu sama kamu!"
Shilla menghela napas, ia sebenarnya tahu apa yang akan terjadi karena, Sivia tipe orang yang kalau sedang bercerita tidak mau di potong oleh siapa pun itu. Namun, rasa penasaran yang makin lama makin menjadi-jadi membuat Shilla menanyakan hal itu, dan ternyata jawabannya sama persis sama apa yang telah ia pikirkan. "Lanjut deh ceritanya. Aku dengarin nih."
Tanpa sengaja Shilla melihat ke koridor sekolah. Ada seorang guru yang akan menghampiri kelas mereka, yaitu Ibu Tina selaku guru yang mengajar bidang pelajaran Bahasa Indonesia. Ibu Tina terkenal dengan ketegasannya tetapi di balik itu semua sebenarnya Ibu Tina adalah seorang guru yang begitu baik dan sangat mempedulikan siswa-siswinya. Bel tanda masuk memang telah berbunyi sekitar 10 menit yang lalu, tetapi, karena ketelatan Ibu Tina untuk masuk ke dalam kelas, jadilah isi kelas seperti di pasar, keributan ada di mana-mana. Termasuk Shilla dan Sivia yang melakukannya.
"Iya, Shila. Eh, tuh Anita dan Randy juga …," Tiba-tiba Sivia terdiam menatap Shilla yang sepertinya sudah tidak menghiraukan ceritanya sama sekali.
"Shil, kamu dengar aku gak sih?" tanya Sivia menatap Shilla dengan tajam. Tidak itu saja Sivia juga mencoba menggerakan pundak Shilla.
Shilla yang merasa ada mengerakkan tubuhnya lantas menoleh, dan Shila tadi teringat ada mendengar nama Anita dan Randy tetapi samar-samar. "Eh, maaf, Sivia. Aku tadi terlalu fokus memperhatikan Ibu Tina. Jadinya gak terlalu fokus sama kamu, tetapi, aku mendengar ada nama Anita dan Randy. Memangnya apa hubungannya sama mereka? Lalu hubungan Anita dan Randy maksudnya gimana? Aku gak ngerti."
"Nanti kita lanjut lagi, Shil. Itu Ibu Tina sudah mau sampai di kelas. Kamu mau di semprot?" tanya Sivia tertawa geli.
"Padahal, kamu yang cerita, tapi kenapa jadi aku yang kena ya," jawab Shilla lalu menghela napas.
Ibu Tina memulai pelajaran di jam pertama. Seisi kelas yang tadinya sangat ribut kini sudah hening. Mendengarkan penjelasan Ibu Tina di depan kelas. Semua siswa-siswi dengan seksama memperhatikan dan mendengarnya. Namun, tidak dengan Shilla banyak pertanyaan yang menggangu pikiran serta mengganjal di hatinya. Itu semua ada setelah Sivia bercerita tetapi belum terselesaikan.
Siapa itu Anita?
Hubungan Anita dan Randy itu apa?
Hanya ada dua pertanyaan itu yang di pikiran Shilla saat ini.
***
Shilla mengernyitkan keningnya. Ia bingung dengan isi pesan yang diterimanya barusan. Ada rasa khawatir dan tidak ingin peduli yang dirasakannya semua yang berhubungan dengan Randy.Sivia yang melihat Shilla ada perubahan ekspressi di wajahnya pun ikut mengernyitkan keningnya. "Kenapa ekspressi wajah kamu kayak gitu?"Shilla menatap Sivia dalam diam. Ia masih berpikir, apakah harus memberitahu Sivia atau malah diam saja."Eh, ditanya malah menatap aku kayak gitu!" seru Sivia bingung."Hmm, aku barusan dapat pesan dari orang misterius itu. Isi pesannya bilang kalau Randy dan Galang lagi berkelahi," jawab Shilla memberanikan diri.Wajah Sivia berubah menjadi merah. "Apa?!""Di mana mereka berkelahi? Kita harus segera ke sana untuk melerai mereka!" Sivia langsung berdiri dan berjalan keluar."Eh, tunggu dong, Siv! Main tinggal saja nih!" ger
Randy sudah berada di lapangan sekolah, saat pulang sekolah memang sudah tiba. Ia sudah tidak sabar menunggu Galang, musuh terbesarnya saat ini. Sorot mata Randy begitu tajam ketika melihat Galang sudah tiba dan akan segera menghampirinya."Ternyata, kamu sudah datang!" seru Galang setelah sampai di hadapan Randy.Randy masih menatap Galang dengan tajam, emosinya sudah tidak bisa di tahan lagi. Tanpa aba-aba Randy langsung memukul Galang tepat di bagian pipinya dan berhasil.Galang yang belum siap sama sekali tidak berhasil mengelak pukulan dari Randy tersebut, membuat pipi sebelah kanannya menjadi membiru. Galang memegangi pipinya yang terasa nyeri kemudian membalas menatap Randy dengan tatapan tajam."Ini balasan dari aku!" ucap Galang seraya memukul Randy dan berhasil.Randy memegangi bagian pipinya sebelah kiri, ada rasa nyeri di sana karena balasan dari Galang. "Gak usah ban
Galang masih terdiam seraya menatap kekasih barunya itu, Sivia yang kini tlah menjauh. Ia bingung sekali dengan keadaan ini. Pikirannya melayang ke "Apakah Sivia malu mengakuinya sebagai kekasih di sekolah atau di depan Shilla?""Arghh!" teriak Galang sebal.Randy yang baru saja menyaksikan tingkah Galang segera mendekat. Ia menatap Galang dengan sinis. "Ngapain kamu di sini?"Galang membalas tatapan Randy dengan tajam. "Bukan urusan kamu!""Iya sih. Gak penting juga, aku tahu urusan kamu!" jawab Randy seraya membulatkan matanya sekilas.Galang pun berniat pergi dari hadapan Randy daripada emosinya semakin menjadi-jadi. Namun, belum jauh ia berjalan, teriakan Randy membuatnya untuk menghentikan langkah."Urusan kita belum selesai. Aku tunggu kamu sepulang sekolah!" ajak Randy.Galang menoleh ke belakang. "Urusan apa lagi yang belum selesai?!"
Shilla baru saja sampai ke sekolahnya. Tanpa sengaja ia melihat Randy yang juga baru sampai ke sekolah, untuk beberapa detik mereka saling menatap dalam diam. Shilla yang tersadar terlebih dahulu langsung membuang muka, rasa di hatinya masih merasakan sakit yang begitu dalam. Walaupun sebenarnya tidak dipungkiri kalau di hatinya nama Randy masih menjadi yang pertama dan paling utama. Ia langsung berjalan menuju kelas mengabaikan Randy yang masih diam di tempat menatapnya dari jauh.Shilla mengernyitkan keningnya. "Kenapa senyum-senyum sendiri, Siv?"Sivia tersadar dari lamunannya, lamunan tentang perlakuan Galang terhadapnya di kafe kemarin itu. Ia merasakan sangat bahagia, sebahagia orang baru jadian. "Gak apa-apa, Shil.""Yakin gak apa-apa? Ini masih pagi loh?!" lanjut Shilla lagi."Iya. Aku gak apa-apa kok. Maksudnya masih pagi itu apa?" balas Sivia dengan menekuk wajahnya."D
Meski waktu datang dan berlalu sampai kau tiada bertahanSemua tak kan mampu mengubahkuHanyalah kau yang ada di relungkuHanyalah dirimu mampu membuatku jatuh dan mencintaKau bukan hanya sekedar indahKau tak akan terganti (tak akan terganti)Galang sudah mulai bernyanyi. Menyanyikan sebuah lagu dari Marcel dengan judul Takkan Tergantikan. Ia tersenyum dari atas panggung menatap Sivia. Yang ditatap semakin tersipu malu. Banyak pengunjung yang memuji Sivi karena diperlakukan begitu spesial oleh sang pujaan hati, samar-samar Sivia mendengarkan omongan orang-orang disekitar.Setelah selesai bernyanyi, Galang mengucapakan terima kasih dan mengembalikan microfon ke pihak kafe yang bertugas. Ia langsung turun dari panggung dan kembali menghampiri Sivia."Gimana kamu bahagia sekarang?" tanya Galang tersenyum manis.Wajah Sivia yang m
Shilla kembali meneteskan air matanya. Hatinya hancur semakin hancur. Bagaikan kayu yang kuat kemudian dipatahkan. Ia tidak kuat menghadapi masalah percintaannya kini. Apakah ini yang dinamakan sakit hati sesungguhnya?Sebelumnya Shilla tidak pernah merasakan hatinya sesakit dan separah ini. Bahkan, ia sekarang terlihat putus asa. Apakah ia masih berani untuk merasakan jatuh cinta lagi?Selalu ku coba tuk mencabut lukaTapi hatiku bukan besi dan bajaTak semudah kataLuka itu biasaTiada hati tercipta untuk terluka - Patah Hati by Dini LidaShilla memutar mp3 player dari smartphonenya memutar acak playlist yang ada. Lagu pertama yang diputar sangat mewakili perasaan dirinya saat ini. Ia memilih rebahan seraya memejamkan mata semoga saja setelah ini hatinya bisa merasakan sedikit lega.
Zahra sedang menyendiri, ia berada di dalam kamarnya, duduk di atas kasur seraya menatap langit-langit. Hatinya sedang tidak baik-baik saja saat ini. Apakah kebahagian yang dirasakan memang harus sebentar dan sesaat saja?Zahra sendiri bingung dengan hatinya, ingin memilih Randy atau Galang? Kedua lelaki tersebut pernah mengisi hatinya. Namun, sekarang ada sedikit perbedaan. Randy maupun Galang sudah ada gadis lainnya. Lalu, kenapa kedua lelaki itu harus berkelahi dengan pembahasan dirinya? Apakah sebenarnya mereka masih ada rasa dengan Zahra?Tahu gak rasanya, dinaikkan ke atas langit kemudian langsung dihempaskan ke bumi itu rasanya sangat sakit sekali.Sama seperti perasaan Zahra saat mencoba melerai perkelahian antara Randy dan Galang. Ia dibuat tersenyum, berbunga-bunga sampai semua orang yang melihat iri dengannya. Namun, seketika berubah ketika kehadiran gadis yang sedang dekat dengan Randy dan Galang. Membuat kedua
Shilla tidak pernah menyangka kalau Randy dan Galang berkelahi hanya karena Anita Az Zahra. Sebelumnya, Shilla berpikir kalau Randy marah dengan Galang karena sudah memberitahukan informasi mengenai sih Zahra itu. Seperti yang terlihat di kafe waktu itu.Rasa menyerah untuk bersama Randy memang sudah dirasakan oleh Shilla tetapi hati tidak bisa dibohongin kalau sebenarnya masih sangat sayang dan berharap kepada kekasihnya itu.Kenapa kamu berubah secepat ini?Atau, sebenarnya kamu memang tidak pernah berubah tetapi aku saja yang baru mengetahui semuanya? -ShillaTiba-tiba suara deringan dari smartphone milik Shilla berbunyi, ia segera mengambil smartphone yang berada di atas nakas. Lalu, membaca nama yang tertera di layar, Randy."Hallo," ucap Shilla datar."Hallo juga, Sayang," balas Randy dari seberang telepon.Ada rasa sakit ketika mendengar Randy m
Buliran bening itu mengalir dengan sendirinya. Shilla dan Sivia hanya bisa melakukan itu tanpa diminta. Mereka berdua berusaha memejamkan mata. Menguatkan diri masing-masing dan berusaha tegar. Mereka tetap menyaksikan perkelahian antara Randy dan Galang tanpa melerai sedikit pun. Niat awal yang ingin melerai tiba-tiba tidak dijalankan. Adegan perkelahian tersebut tetap berlangsung, tidak ada yang mau mengalah. Randy dan Galang sama-sama berusaha untuk saling pukul.Tiba-tiba ada yang menyentuh pundak Shilla tetapi walaupun Shilla merasakan tetap saja ia tidak peduli. Orang tersebut tetap setia berdiri di samping Shilla. Menemani dan diam saja lebih tepatnya.Sivia sudah tidak tahan lagi. Ia ingin menjauh, mengajak Shilla untuk meninggalkan tempat ini. Percuma saja kekhawatirannya hanya dibalas dengan sakit hati. Namun, Sivia terkejut ketika ada seorang cowok berdiri di samping sahabatnya itu."Kamu ngapain?" Sivia mengern