Share

Harapan

Berharap dia punya rasa yang sama denganku.

Sampai di lokasi kami semua berkemas ke stand yang sudah disiapkan pihak rumah sakit. Semakin tua usia seseorang semakin banyak keluhan penyakit yang diderita. Usia 50-an ke atas memang rentan dengan penyakit kolesterol, asam urat dan hipertensi.

"Mulai hari ini jaga pola makan, ya, Bu. Olahraga juga yang teratur, gula darah Ibu tinggi. Jadi, mulai sekarang ubah pola makan yang lebih sehat, ini sudah saya tuliskan resep untuk Ibu dan diminum sehari-hari, jadi Ibu ikuti, ya. Sayangi diri, sayangi keluarga dengan hidup sehat." Begitu telatennya Rey menjelaskan pada pasien yang berusia 60-an ke atas yang datang ke stand-nya.

"Dia begitu keren," batin Elsa.

Sepertinya Rey begitu kewalahan, pasien di stand-nya tiba-tiba membludak, banyak yang ingin diperiksa oleh Rey. Wajah blasteran Rey membuat siapa saja ingin diobati.

"Hi, El. Sudah dapat pasien berapa?" tanya Nita.

"Ini yang kelima." Elsa menjawab sambil memeriksa pasien. Kebetulan pasien terakhir yang datang seorang lansia.

"Jangan lupa resepnya diminum, ya, Pak! Semoga sehat selalu, ya."

"Terima kasih, Bu."

Pasien pergi, Nita sudah siap dengan ceritanya.

"El, itu mereka berobat atau ngunduh mantu bawa anak gadis segala."

"Ha-ha-ha, ada-ada aja kau, Nit."

"Padahal, tadi saya liat My Oppa gak ada ngasih resep, hanya menjabarkan pola hidup sehat, kok pasien banyak banget melebihi kapasitas stand kita, El. Lo yakin mereka berobat? Itu lihat pakaian mereka sudah kayak ke kondangan."

Hahaha ... Nita kalau cerita ekspresinya sudah kayak komedi lokal.

"El, kira-kira lo berani nggak ke My Oppa bantuin sonoh. Katanya dia juga ngambil spesialis bedah kayak kamu."

Aku diam, sembari berpikir. Apa Rey segitunya? Atau dia masih ada rasa padaku?

"Oke saya akan ke sana, siapa takut!"

"Wow … semangat, El!" teriak Nita kayak nyemangati orang mau perang.

*** 

Elsa melangkah ke stand-nya Rey sembari mematahkan rasa deg-degan yang ada. Tujuan ke sini adalah kemanusiaan. Kasian kalau Rey sendiri, bisa-bisa sampai lusa pulang kalau pasiennya makin banyak.

"Ibu-ibu tolong baris yang rapi supaya Pak Dokter bisa bernafas," kata suster yang membantu Rey.

"Boleh aku bantu," tanya Elsa.

Rey diam, dan sekilas memandang Elsa.

"Boleh Dokter El, terima kasih."

Pandangannya masih seperti yang dulu.

"Tarik nafas, El. Jangan pingsan di sini," batin Elsa.

Elsa mulai sigap membantu Rey, sepertinya dia sangat terbantu dengan kedatangan Elsa. Pasien yang datang sudah mulai berkurang. Dengan lembut Rey menyampaikan edukasi kesehatan sehingga membuat siapa saja ikut terpana.

Kelihatan sekali Rey sangat kelelahan.

"Aku pamit,” pamit Elsa pada perawat yang membantu Rey.

"Terima kasih bantuannya Dokter Elsa," sahut suster yang membantu Rey.

"Sama-sama."

Berharap dipanggil ketika menuju stand, tapi sepi, justru Dokter Fahri yang sudah menanti di sana.

"Kelihatannya capek sekali Ibu Dokter Elsa Wijaya."

"Iya, Pak kepala, pasiennya banyak sekali dan rata-rata sehat," jawab Elsa datar.

Eh, Dokter Fahri malah tertawa.

"Nih, aku bawakan kopi biar fresh."

"Thank you, Dokter Fahri Haris Hermanto."

"Wow … yang sudah gerak cepat, kopiku mana Dokter Fahri yang gagah?" Nita tiba-tiba ikut gabung.

"Beli sendiri!"

"Ha-ha-ha …." Elsa nggak tahan melihat kekonyolan mereka.

Elsa tidak sadar kalau sepasang mata memperhatikannya dari jauh.

Jangan lupa subscribe ya

Comments (2)
goodnovel comment avatar
Azzahra
keren, berasa nonton film korea
goodnovel comment avatar
Aniek Oktari Keman
Bagus bngt
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status