Share

Kita dalam abu

Author: Syahhsyy
last update Last Updated: 2025-07-06 10:21:59

Averine nyaris menjawab, tapi suara rak besi yang ambruk di belakang mereka memutuskan segalanya. Ledakan kecil terdengar dari sudut ruang, disusul semburan api yang mulai menjalar ke sisi rak dokumen.

Darian menarik tangan Averine dan memeluknya ke balik lemari besi. Asap makin pekat, menusuk hidung dan dada. Napas mereka terengah, mata perih.

“Napas pelan. Fokus ke suara aku,” ujar Darian cepat di telinga Averine.

“Aku gak takut api, Darian,” gumam Averine di sela batuknya.

“Terus, apa?”

“Takut... pergi sebelum sempat bilang aku udah maafin kamu.”

Darian menoleh cepat, menahan batuk. “Jangan bilang kayak gitu sekarang.”

“Aku serius.”

“Kalau kamu masih bisa marah, bisa nyalahin aku... berarti kita masih punya kesempatan keluar bareng.”

Sirene mulai terdengar, masih jauh.

Averine menggenggam sisi lemari, bibirnya pecah karena udara panas. “Kalau aku gak keluar dari sini... bilang ke Eira, dia gak pernah benar benar ditinggalkan.”

Darian menggenggam tangan Averine
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Cinta Dalam Sangkar Rahasia   bangun warna

    Keesokan paginya setelah mereka menutup pintu galeri, udara Florence masih membawa sisa dingin hujan malam. Di kamar hotel yang redup, Averine terbangun lebih awal dari biasanya. Ia duduk di tepi ranjang, memandangi telapak tangannya yang masih terasa lelah namun ringan. Surat Camilla masih tersimpan rapi di dalam jurnal. Bunga anyelir di vas kecil yang ia bawa dari Valente semalam mulai sedikit mekar, putihnya pudar tapi jujur. Darian masih tertidur. Tapi Averine sudah tahu hari ini bukan hari biasa. Ia bangkit perlahan, mengenakan jaket tipis, dan membuka jendela. Cahaya pagi belum terlalu terang, tapi cukup untuk menampakkan arah. Untuk pertama kalinya, ia tidak merasa seperti gadis yang hanya mengejar jejak ibunya. Ia bukan lagi penjaga warisan. Ia pencipta arah. Dan Valente, pikirnya, bukan hanya tempat yang harus dilestarikan. Tapi ruang yang harus dinyalakan. Averine menutup jurnalnya, mengemas beberap

  • Cinta Dalam Sangkar Rahasia   keputusan camilla

    Florence, sore hari. Hujan tipis turun, seperti kabut yang jatuh perlahan dari langit. Valente tampak redup dari luar, lampu dalam galeri menyala temaram. Averine membuka pintu perlahan, aroma cat tua dan kayu basah menyambutnya. Galeri itu kini lebih hidup, tapi tetap menyimpan sunyi yang tidak bisa dibersihkan begitu saja. Di ruang tengah, Darian sudah menunggu. Di tangannya ada satu kotak kayu tua. “Averine,” ucapnya saat mendengar langkah. “Apa itu?” tanyanya sambil mendekat, matanya mengamati kotak itu seperti sesuatu yang pernah ia lihat di masa kecilnya. “Dari ruangan kerja Benedetta. Ia bilang... ini peninggalan terakhir dari Camilla. Disimpan jauh sebelum beliau sakit. Benedetta bilang, Camilla hampir menjual Valente.” Averine membeku. “Apa?” Darian mengangguk perlahan. “Tapi dia batal. Dan keputusan itu yang jadi titik balik semuanya.” Averine duduk d

  • Cinta Dalam Sangkar Rahasia   Valente Bukan Sekadar Nama

    Sinar matahari menyelinap masuk lewat celah jendela besar galeri Valente yang masih dipenuhi debu renovasi. Lorong lorongnya mulai bersih, tapi aroma kayu dan cat baru masih kuat menguar. Averine berdiri di tengah ruangan utama, memandangi fondasi ruang yang kelak akan memajang karya Eira. Di tangannya, sebuah sketsa tua dari Camilla yang ia temukan semalam sketsa dua anak perempuan duduk berdampingan, dengan latar siluet gedung tua.Ia tahu, lukisan ini belum pernah dipamerkan. Bahkan tak ditemukan catatan penjualannya. Hanya goresan tangan Camilla di sudut kertas "Untuk masa depan yang belum kuizinkan hadir bersama."Langkah Darian terdengar di belakangnya. Ia membawa dua cangkir kopi dan tatapan yang sulit ditebak."Kamu masih di sini sejak subuh?" tanyanya lembut.Averine mengangguk pelan. "Ada sesuatu yang tak membiarkan aku tidur."Darian menyerahkan kopi, lalu berdiri di sampingnya. Keduanya diam sejenak, memandangi ruangan kosong dengan pikiran masing masing."Averine," Darian

  • Cinta Dalam Sangkar Rahasia   Lukisan yang Tidak Pernah Dijual

    Pagi itu, galeri Valente belum dibuka untuk umum. Tapi keheningan ruang ruangnya sudah dipecah oleh bunyi langkah dan suara kain lap yang digosokkan ke bingkai kayu.Averine, masih mengenakan baju rumah dan rambut yang diikat seadanya, membungkuk di lantai belakang galeri, di mana tumpukan berkas lama dan kotak penyimpanan mulai dibuka kembali. Sejak surat Camilla ditemukan, tak ada yang bisa menghentikan dorongan untuk menggali lebih dalam.Eira datang sambil membawa dua gelas teh hangat. "Ini. Kamu bahkan belum minum apa pun sejak pagi."Averine mengangkat wajahnya dan menyambut gelas itu dengan senyum kecil. "Terima kasih. Maaf, aku cuma...""Ingin tahu lebih banyak," potong Eira, duduk di sampingnya. "Aku juga."Mereka duduk diam sejenak, hanya terdengar bunyi detik jam dinding dan pelan tumpukan kertas yang dibalik balik. Di antara catatan tua dan sketsa tak bernama, tiba tiba Eira menarik satu map besar berdebu dari bagian paling bawah. "Ini belum pernah kulihat sebelumnya..."

  • Cinta Dalam Sangkar Rahasia   surat Camilla yang hilang

    Langit Florence tampak kelabu pagi itu, seolah ikut menyembunyikan sesuatu yang tak ingin dilihat terlalu terang. Di dalam galeri Valente yang kini tampak lebih hidup dengan lukisan lukisan baru, Averine berjalan perlahan di antara lorong lorong sunyi. Ia tahu dirinya tengah mencari sesuatu atau mungkin, seseorang yang belum selesai bicara. Suara langkahnya menggema ringan di lantai marmer. Tak lama, Laura menyusul dari belakang, membawa kotak kayu kecil yang terlihat usang namun bersih. Di atasnya, terdapat ukiran sederhana: C.A. "Ini ditemukan tadi pagi saat tim membereskan loteng tua belakang studio Benedetta," ujar Laura pelan. "Terkunci, tapi tidak berat. Seperti hanya berisi kertas."Averine menyentuh permukaan kotak itu dengan jemarinya yang ragu. Ada semacam getar di dada yang tak bisa ia jelaskan seperti ketika seseorang berdiri di ambang rahasia yang bisa mengubah segalanya. Perlahan, ia membuka kuncinya yang sudah berkarat. Di dalamnya hanya ada satu benda: sebuah amplop

  • Cinta Dalam Sangkar Rahasia   Dua Sisi, Satu Galeri

    Pagi itu mereka sarapan dalam diam. Bukan diam yang canggung, tapi seperti dua orang yang sedang mencerna hal besar yang tak bisa langsung dibicarakan. Sendok sesekali bersentuhan dengan piring. Aroma kopi mengisi ruang makan kecil itu.Darian memandangi Averine yang sibuk mengaduk kopinya tanpa minum. “Kamu kelihatan capek,” katanya, pelan.“Tidurku kepotong potong.” jawab Averine tanpa menoleh. “Kepalaku terasa penuh.”Ia berhenti mengaduk, akhirnya meneguk kopi itu. Masih terlalu pahit. Tapi ia butuh rasa yang nyata.“Aku pikir…” Darian ragu. “Kalau kamu memang niat temuin Eira, mungkin sekarang waktunya.”Averine meletakkan cangkir, menatap jendela. “Aku tahu.”Setelah mereka bereskan meja, Averine duduk di tepi ranjang. Ia menyalakan ponsel, membuka layar pesan. Jarinya sempat diam.Ia menulis: “Eira, aku tahu banyak hal tentang Camilla bikin kita sama sama capek. Bisa ketemu di Valente besok jam empat sore? Aku pengin ngobrol.”Ia tekan ‘kirim’. Hanya itu.Sore harinya, matahar

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status