Share

pulang ke Rumah

Author: Syahhsyy
last update Huling Na-update: 2025-07-25 09:31:19

Langit Florence mulai gelap saat mobil berhenti perlahan di depan gerbang rumah tua keluarga Almanda. Suasana sepi. Angin membawa aroma tanah lembap dan sisa musim gugur. Daun-daun berguguran di jalan setapak seperti potongan waktu yang tak sengaja dijatuhkan.

Dari dalam mobil, Averine duduk diam. Matanya tak lepas dari bangunan di depannya. Rumah itu berdiri dengan tenang, namun menyimpan gema masa lalu yang tak pernah benar-benar pergi. Dulu ia membencinya. Sekarang... ia belum tahu harus merasa apa.

"Kamu yakin mau masuk?" tanya Darian, tangannya menggenggam jemari Averine.

Butuh waktu beberapa detik sampai Averine mengangguk. "Kita udah sejauh ini, masa mau mundur?"

Mereka turun dari mobil. Batu kerikil berderak halus di bawah sepatu mereka. Pagar depan yang dulu berkarat, kini diganti jadi putih bersih. Taman kecil dipenuhi bunga lavender yang baru ditanam. Semua terlihat segar, tapi tetap terasa asing.

Begitu pintu dibuka, aroma cat baru langsung menyeruak. Lantai kayu dipoles u
Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Locked Chapter

Pinakabagong kabanata

  • Cinta Dalam Sangkar Rahasia   Valente

    pagi itu, udara Florence menyentuh kulit dengan kelembutan khas musim semi. Matahari masih malu-malu muncul dari balik menara tua, dan langit dibalut warna jingga yang perlahan menjingga keemasan. Averine berdiri diam di depan bangunan tua Valente, tangan kirinya bertumpu di perut yang makin membesar, tangan kanannya menggenggam kunci besi yang dulu pernah ia buang dalam kemarahan.Pintu kayu itu masih sama. Usang, dengan bekas ukiran mawar yang samar. Tapi sekarang, dari balik kaca jendelanya, terlihat kilau cahaya dan warna.“Kamu siap?” Darian berdiri di sampingnya, membawa dua gulungan lukisan dan tas kanvas berisi cat air.Averine mengangguk pelan. “Aku nggak tahu harus senang atau gugup.”“Senang aja,” kata Darian. “Valente bukan sekadar gedung. Ini ruang pulang. Dan kamu yang ngebuat dia bernyawa lagi.”Dengan napas dalam, Averine memutar kunci dan mendorong pintu.Suasana di dalam langsung menyambutnya dengan aroma cat ba

  • Cinta Dalam Sangkar Rahasia   Bayangan masalalu

    Langit sore mulai memudar warnanya jadi jingga pucat ketika Averine membuka jendela besar di studio. Angin membawa aroma cat minyak, debu kayu, dan wangi lavender kering yang menggantung di pojok ruangan. Hari itu sepi sekali. Rasanya seperti semua orang di dunia sedang menunggu dia menemukan sesuatu. Dan dia benar-benar menemukannya. Di antara tumpukan lukisan tua peninggalan Camilla yang baru saja dikirim dari rumah keluarga Almanda ada satu kanvas yang tampak berbeda. Usang, warnanya memudar, tapi begitu mata Averine menatapnya, ada sesuatu yang membuatnya berhenti bernapas sebentar. Bukan karena gambar lukisannya. Tapi karena ada amplop kecil yang diselipkan di belakang kanvas, ditempel rapi di bagian yang nyaris tak terlihat. Averine menyentuhnya pelan. Kertasnya rapuh, menguning, sedikit berdebu. Ia menarik napas panjang, lalu melepaskannya perlahan. Ada rasa yang sulit dijelaskan antara takut, penasaran, dan… rindu. Amplop itu terbuka dengan bunyi kertas tua yang lelah. Di

  • Cinta Dalam Sangkar Rahasia   pulang ke Rumah

    Langit Florence mulai gelap saat mobil berhenti perlahan di depan gerbang rumah tua keluarga Almanda. Suasana sepi. Angin membawa aroma tanah lembap dan sisa musim gugur. Daun-daun berguguran di jalan setapak seperti potongan waktu yang tak sengaja dijatuhkan.Dari dalam mobil, Averine duduk diam. Matanya tak lepas dari bangunan di depannya. Rumah itu berdiri dengan tenang, namun menyimpan gema masa lalu yang tak pernah benar-benar pergi. Dulu ia membencinya. Sekarang... ia belum tahu harus merasa apa."Kamu yakin mau masuk?" tanya Darian, tangannya menggenggam jemari Averine.Butuh waktu beberapa detik sampai Averine mengangguk. "Kita udah sejauh ini, masa mau mundur?"Mereka turun dari mobil. Batu kerikil berderak halus di bawah sepatu mereka. Pagar depan yang dulu berkarat, kini diganti jadi putih bersih. Taman kecil dipenuhi bunga lavender yang baru ditanam. Semua terlihat segar, tapi tetap terasa asing.Begitu pintu dibuka, aroma cat baru langsung menyeruak. Lantai kayu dipoles u

  • Cinta Dalam Sangkar Rahasia   menentukan nama

    Pagi itu hujan turun tipis di Florence. Bukan hujan deras yang menghentak jendela, tapi yang lembut seperti bisikan mengalun pelan di sela-sela waktu.Averine duduk bersandar di kursi rotan di balkon, mengenakan kaus Darian yang kebesaran dan legging hitam. Tangan kirinya menggenggam secangkir cokelat hangat, sementara tangan kanan mengusap perutnya perlahan.Darian muncul dari balik pintu, rambut masih basah usai mandi, membawa sepiring croissant dan potongan apel. “Untuk ratu yang sedang bertarung dengan punggung pegal dan lapar tengah malam,” katanya, meletakkan piring di meja kecil.Averine menyambutnya dengan senyum kecil. “Punggungku rasanya kayak dipukul palu kecil setiap lima menit.”Darian duduk di hadapannya, menyeruput teh.“Waktu yang tepat untuk mulai mikirin nama bayi, gak sih?” tanyanya.Averine menoleh, setengah ragu. “Kamu yakin? Kita bahkan belum tahu dia laki-laki atau perempuan.”“Justru itu serunya.

  • Cinta Dalam Sangkar Rahasia   Pameran

    Galeri Valente malam itu penuh sesak. Cahaya putih lembut memantul di dinding kaca, menyinari lukisan-lukisan besar bertema "Identitas dan Cacat yang Indah" pameran tunggal pertama Eira.Averine berdiri di balik meja registrasi, mengenakan gaun panjang berwarna gading dengan potongan longgar. Perutnya, yang mulai menonjol di trimester kedua, disembunyikan dengan cermat di balik luaran dan sudut panggung.“Checklist katalog udah lengkap?” tanya Eira, menghampirinya dengan clipboard di tangan.“Sudah. Media juga udah datang. Dan tamu kehormatan masuk lewat pintu belakang,” jawab Averine sambil tersenyum, meski wajahnya terlihat sedikit pucat. Eira mengernyit. “Kamu nggak perlu terlalu banyak berdiri. Aku bisa panggil staf buat gantiin.” Averine menggeleng cepat. “Nggak, aku mau tetap di sini. Ini malammu.”Eira menatapnya beberapa detik. Ia tahu Averine keras kepala. Tapi ia juga tahu, sejak kehamilan ini, tubuh Averine lebih cep

  • Cinta Dalam Sangkar Rahasia   hari yang berubah

    Pagi itu, aroma telur orak-arik yang setengah gosong memenuhi apartemen. Bukan hal yang biasa. Averine mengerjap dari tempat tidur, mual naik begitu saja tanpa aba-aba. “Oh tidak,” gumamnya, buru-buru bangkit dan setengah berlari ke kamar mandi. Darian yang ada di dapur mendengar suara langkah tergesa itu. Ia meletakkan spatula, melepas celemeknya, dan menyusul. “Averine?” serunya, setengah panik. Pintu kamar mandi terbuka sedikit. Suara air keran dan napas berat terdengar dari dalam. “Aku di sini,” sahut Averine lemah. “Jangan masuk... belum cantik.” Darian nyaris tertawa meski khawatir. Ia bersandar di pintu, menunggu. “Yang gosong di dapur itu apa?” tanya Averine dari balik pintu. “Telur. Aku... belajar.” “Belajar ngeracunin istri hamil?” “Aku ikut kelas online. Judulnya ‘Sarapan untuk Suami Gugup’.” Averine tertawa k

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status