Share

Bab 8 : Dingin dan Manis

Kenzo kemarin baru saja mengatakan untuk merahasiakan ‘hubungan’ mereka dari siapapun. Itu artinya juga termasuk Dalmi di dalamnya, tapi Bitna sudah memberitahunya. Jika Kenzo mengetahui itu, apa yang akan menjadi reaksinya? 

Sekarang pria itu sudah berdiri di depan pintu, menatap keduanya bergantian menuntut jawaban. Bitna dan Dalmi tidak bisa menyembunyikan ekspresi terkejut mereka dari wajah keduanya. Di dalam kepala mereka, keluar pertanyaan yang sama. Dari mana Kenzo mendengar pembicaraan mereka? 

“Sa-sayang, kamu sudah datang?” Bitna dengan kaku segera mengalihkan pembicaraan pada Kenzo. 

‘Kumohon ikuti saja aku!’ Dalam batin, Bitna berharap Kenzo tidak memperpanjang pembicaraan tadi. 

“Ya, tentu saja aku harus datang sebentar untuk melihat tunanganku karena aku merindukannya.” Seolah mendengar harapan Bitna, Kenzo mengubah ekspresi wajahnya dan menimpali ucapan Bitna dengan senyum lembutnya. 

“Aku juga sudah merindukanmu,” balas Bitna. 

Bitna memang membalas senyuman Kenzo, tapi bersamaan dengan keringat dingin di wajahnya yang sudah mengalir. Ia mencuri-curi lirik ke arah Dalmi untuk menyuruhnya agar segera keluar. Sementara Kenzo melangkah masuk ke dalam ruangan, mendekat pada Bitna. 

“Karena masih ada waktu sebelum Bitna memulai pemotretan, aku akan keluar dan memberikan kalian ruang untuk melepas rindu.” Dalmi berusaha dengan alami berbicara dan keluar dari ruangan, meninggalkan Bitna dalam atmosfer yang tidak menyenangkan. 

‘Aku mulai meragukan kemampuan aktingnya,’ ucap Dalmi dalam batin, mengomentari kemampuan sandiwara Bitna. Siapapun pasti akan meragukan hubungan mereka jika Bitna bersandiwara seperti itu. 

“Katamu kamu juga merindukanku,” ujar Kenzo sepenuhnya mengalihkan atensi pada Bitna. 

“Kak Dalmi sudah keluar, tidak ada siapapun yang menonton drama membosankan kita.” Bitna kembali mengubah nada bicaranya begitu Dalmi sudah keluar, menyisakan mereka berdua. 

Memalingkan wajahnya dengan tangan yang bersilang di depan dada. Tak lupa Bitna juga sudah duduk di meja rias, membelakangi cermin. Bergaya angkuh di depan Kenzo yang mungkin menatapnya seperti seorang gadis yang menyebalkan. 

“Setidaknya kita harus terlihat mesra kalau-kalau ada seseorang yang tidak sengaja masuk dan memergoki kita yang terlihat bertengkar. Sepertinya itu bukan berita yang bagus saat kita baru mengumumkan pertunangan kita,” timpal Kenzo seraya mengikis jaraknya dengan Bitna sehingga ia mengurung Bitna di antara kedua tangannya. 

Bitna menoleh ke depan dan langsung mendapati wajah Kenzo yang berada tepat di depan wajahnya. Reflek ia memundurkan wajahnya, tanpa bisa turun karena tubuhnya sudah terapit oleh kedua tangan Kenzo. Senyum di wajah tampan itu, lagi-lagi terlihat begitu menyebalkan di matanya. 

“Kamu tidak memberitahu manajermu itu mengenai kontrak kita, kan?” tanya Kenzo dengan nada suara yang dingin, tapi juga tetap mempertahankan senyum manisnya. 

“Ti-tidak, tentu saja tidak,” jawab Bitna sembari membuang pandangannya ke samping. 

Di tengah rasa gugupnya yang setengah mati itu, Bitna berpikir, ia tidak akan bisa selamanya menyembunyikan fakta bahwa Dalmi sudah mengetahui kontrak itu. Akan sulit juga jika mereka nanti ada di satu tempat atau kejadian seperti tadi terulang lagi. Daripada menyembunyikan ini, lebih baik memberitahu Kenzo semuanya dan meyakinkannya untuk mempercayai Dalmi. Tidak ada ruginya juga untuk memberitahu Kenzo. 

“Tuan Kenzo,” panggil Bitna setelah lamunan singkatnya seraya menatap tepat pada manik mata Kenzo. 

“Kenzo,” ulang Kenzo mengoreksi. 

“Ya, Kenzo, sebenarnya … “ Belum sempat Bitna mengatakannya, seseorang yang tiba-tiba saja masuk membuat Bitna reflek menarik leher Kenzo untuk mendekat padanya. 

Tidak dapat disangkal dari wajahnya bahwa Kenzo terkejut. Ia menatap lekat wajah Bitna di depannya yang menatap ke arah belakangnya dengan pipi memerah. Seseorang pasti ada di belakang mereka. Ekspresi itu berganti dengan seringaian yang terbentuk di bibirnya. 

“Sudah tidak ada orang … “ Bitna bergumam dan menghembuskan napas lega. 

Ketika tatapannya kembali bertemu dengan Kenzo, Bitna lagi-lagi dibuat terkejut. Namun, kali ini karena tangannya sendiri yang dengan lancang sudah menarik leher Kenzo. Segera Bitna melepaskan tangan miliknya itu dari leher Kenzo. 

“Ta-tadi ada beberapa orang yang masuk, tapi mereka sudah keluar,” jelas Bitna tanpa menatap Kenzo. 

“Ada yang mau aku katakan, tapi kamu jangan marah dulu.” Akhirnya kalimat itu keluar dari mulut Bitna untuk segera mengakhiri kecanggungan ini. 

“Apa?” tanya Kenzo tanpa mau mengubah posisi mereka. 

“Pertama, bisakah kita berbicara dengan posisi yang normal?” Bitna masih enggan melakukan kontak mata dengan Kenzo, atau lebih tepatnya tidak bisa melakukannya. 

“Siapapun bisa masuk kemari dan melihat kita lagi, bicara saja, aku mendengarkan.” Sebuah alasan yang dengan bodohnya dipercaya oleh Bitna, meski ketidaknyamanan mengganggunya. 

Mau tidak mau, Bitna akhirnya membuka mulutnya untuk menjelaskan. “Aku dan Kak Dalmi-” 

“Kamu berbicara dengan siapa?” potong Kenzo seraya menyentuh pipi Bitna lembut untuk mereka saling menatap satu sama lain lagi. 

Bitna mau tidak mau akhirnya bertemu kembali dengan netra hitam milik Kenzo. Ia tidak menghiraukan lagi bagaimana nasib pipinya yang terasa sangat panas yang entah sudah semerah apa sekarang. 

“Aku dan Kak Dalmi sudah bersama kurang lebih 5 tahun selama aku berkarir menjadi aktris di Korea Selatan. Selain itu, dia juga menjadi teman pertamaku saat aku berada di Korea. Jadi, aku sangat mempercayainya dan tidak bisa menyembunyikan apapun.” Bitna memberikan jeda sebentar setelah menjelaskan permulaan dari pembicaraan ini pada Kenzo. Pria itu pasti sudah mengetahui, kemana arah pembicaraan ini. Bitna menunggu bagaimana respon darinya dan siap meyakinkan Kenzo. 

“Hm … kamu bilang, saat kamu pertama di Korea? Apa kamu tidak berasal dari Korea?” Pertanyaan yang diluar pembicaraan, keluar dari mulut Kenzo. Namun, Bitna tetap menjawab hanya dengan gelengan kepalanya saja. 

Sempat beberapa detik Kenzo diam dan hanya menatap Bitna dengan wajah tanpa ekspresi yang sulit dideskripsikan. Bitna tidak bisa menebak apa yang dipikirkan oleh pria di depannya dan mengira jika ini akan menjadi pembicaraan yang lebih panjang dan diluar topik utama. 

“Jadi, maksudmu, kamu sudah memberitahu Dalmi semuanya?” Kali ini Bitna mengangguk dengan cepat, meski tebakannya salah. 

“Aku bisa menjamin, jika dia bisa menjaga rahasia kita tetap aman. Lagipula, dipikirkan bagaimanapun, ini lebih menguntungkanku daripada dirimu. Melihat dari karirku, dia pasti berpikir juga jika pilihan ini lebih baik dan akan mendukungnya. Jika dia mengetahui ini sejak awal, dia pasti akan mendukung keputusanmu.” Bitna melanjutkan untuk lebih meyakinkannya. 

“Baiklah, aku mengerti.” Lagi-lagi jawaban yang diluar ekspektasi Bitna keluar, membuatnya terkejut. 

'Semudah ini?' tanya Bitna dalam batin.

“Be-benarkah?” tanya Bitna pada Kenzo untuk lebih memastikan. 

“Benar,” jawab Kenzo lembut sembari mengusap rambut panjangnya dengan senyum manis yang lagi-lagi terpatri di wajahnya. Bitna kali ini membalas senyum tersebut. 

“Kamu harus bekerja, kan? Aku akan pergi setelah melihatmu bekerja,” ucap Kenzo kemudian mengalihkan pembicaraan. Ia mundur dan menjaga jaraknya untuk Bitna bisa turun. 

"Ayo," ajak Kenzo seraya menggandeng tangan Bitna keluar ruangan setelah gadis itu berdiri di sampingnya dan mengangguk. 

Bitna tidak banyak berbicara dan hanya mengikuti Kenzo. Mulai dari keluar ruangan ini, ia sekali lagi harus menunjukkan aktingnya yang sempurna di depan semua orang. Begitu keduanya menunjukkan diri, tidak ada satupun staff yang terlihat menghampiri mereka untuk sekedar menegur dirinya yang sudah membuang waktu mereka. Tidak seperti biasanya, mereka tampak terlihat santai dan beberapa ada yang mencuri pandang pada keduanya. 

“Sekarang, tunjukanlah bakat akting yang selalu kamu banggakan itu di depan orang-orang ini.” Suara bisikan Kenzo yang terdengar tepat di depan telinganya membuat Bitna berhenti menganalisa keadaan dan segera mengatur ekspresi wajahnya. 

-

-

-

To be continued 

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status