Kabar Buruk Zemi merenung saat Ajer berkata demikian karena ia sedang bertanya-tanya pada dirinya sendiri apakah ia akan melakukan hal seekstrem itu hanya demi Wuri? Akan tetapi ia sudah setuju dengan keputusan Renata untuk menikahi Syakela. Jadi, apabila ia nanti membiarkan dirinya terlalu dalam jatuh dalam perasaannya sendiri pada Wuri, dia merasa akan lebih repot lagi. Dia khawatir apabila nanti Syakela tahu bahwa dirinya tidak tulus dalam danmencintai menikahinya karena memanfaatkannya demi membuktikan sebuah mitos saja. Tidak bisa di bayangkan apa yang akan dilakukan wanita itu bersama semua keluarga besarnya. Mungkin Zemi harus bersiap kehilangan nyawa. Ajer kembali ke ruangannya setelah Zemi menghentikan lamunannya dan melakukan pekerjaan sebagai pimpinan yang jarang dia lakukan sebelumnya. Seperti berkeliling melihat semua bagian divisi apakah berjalan dengan baik atau tidak. Selain itu, dia juga melihat gudang, termasuk mengintrol para pekerja luar, semua dia lakukan deng
Datang Dan Berpelukan Tidak butuh waktu lama untuk menempuh perjalanan ke lokasi bencana menggunakan helikopter, Zemi memesannya dengan cepat setelah menerima permintaan Wuri padanya. Suara gemuruh dari baling-baling kendaraan terbang itu terdengar memekakkan telinga. Menggemparkan semua yang ada di sana, tidak hanya satu tapi, dua. Beberapa orang yang memiliki wewenang di sana bertanya-tanya maksud dengan kedatangan dua helikopter tanpa sepengetahuannya. Selain bersyukur, mereka banyak berharap jika bantuan datang membawa keperluan yang di butuhkan termasuk obat-obatan. Wuri segera keluar dari tenda dan melihat Zemi baru saja turun setelah helikopter berhenti dan mendarat di tanah lapang yang hanya terdapat rumput dan bebatuan di sana. Pria itu memakai setelan jas rapi yang sangat tidak cocok dikenakan di tempat seperti ini. Wuri berjalan mendekat, begitu pula dengan Zemi berjalan mendekat Wuri, hingga dua orang itu seperti dua kutub magnet yang saling tarik menarik. Begitu bersy
Sebuah CiumanWuri tidak bisa menolak saat tiba-tiba Zemi menarik tubuhnya dalam pangkuan dan mencium bibirnya. Awalnya gadis itu diam hingga dia mulai terbawa oleh emosi, yang hangat, daya tarik yang pekat tidak berujung dan kemudian dia melingkarkan kedua tangannya ke leher Zemi lalu, mengimbangi gerakannya. Naluri dan hasrat yang lain tiba-tiba bermunculan dan meminta lebih, Zemi yang baru kemarin mengalami hal yang luar biasa, saat ini dia ingin mengulanginya lagi dan lagi.“Zemidean, cukup ... maaf aku ....” kata Wuri setelah melepaskan pagutannya, dengan napas terengah.“Wuri, aku mencintaimu, kau masih belum menjawabku, apa kau masih butuh waktu?”“Dean, tunggulah, setelah misi ini selesai, ayo! Kita bertemu lagi, tapi, bagaimana dengan Syakela? Bukankah kalian akan segera menikah?”“Ya. Belum. Kami belum menikah, aku juga tidak bisa menolak Nenek dan Ibuku, tapi, sungguh, aku benar-benar mencintaimu!”“Jangan ... jangan kau duakan cintanya, cintai dia sepenuh hatimu jik
Rasa Bersalah“Baik-baik saja, katamu? Dia masuk rumah sakit! Cepat kunjungi dia bodoh, dia calon istrimu!” kata Welia lagi dengan suara yang cukup keras di telepon membuat Zemi menjauhkan benda itu dari telinganya.“Jer! Kembali ke rumah sakit, sekarang!” kata Zemi setelah memasukkan ponselnya ke dalam saku bagian dalam jasnya. “Apa kau tidak tahu soal Syakela?”“Oh, saya dengar di televisi tentang gosip itu, jadi saya abaikan, Tuan!”“Ternyata itu bukan gosip, bodoh! Dia benar-benar sakit!” kata Zemi penuh rasa bersalah. Dia masih ingat apa yang telah dilakukannya dengan Syakela malam itu, wanita itu benar-benar berhasrat besar dan sulit ditaklukkan. Apa selama ini dia selalu begitu dengan pasangannya? Pikir Zemi. Wajar dia kelelahan atau sakit karena dia tidak berhenti semalaman.Sesampainya di rumah sakit, Zemi meminta informasi yang dengan mudah dia dapatkan, tapi informasi ini tidak bisa diakses oleh awak media bagaimana pun caranya, sebeb pasien butuh privasi dan ketenangan
Tuduhan Tidak Masuk Akal“Zemi! Ayo! Kemari, Syakela dalam kondisi kritis sekarang!” kata seorang wanita di telepon.Zemi menempelkan ponselnya ke telinga tanpa melihat siapa yang menghubunginya.“Ibu? Apa sepagi ini Ibu sudah ada di sana?”“Ini, aku, Nenekmu apa kau tidak melihat namaku? Oh ya, satu lagi, ini sudah siang, bodoh!”Zemi segera membuka matanya lebar-lebar dan melihat jam dinding, lalu dia bergegas membersihkan diri dan mengganti pakaiannya. Kurang dari satu jam kemudian dia sudah berada di jok bagian belakang mobilnya sambil menghubungi Wuri. Sementara perutnya sudah kenyang.“Halo, Dean? Ada apa menghubungiku? Apa ada yang kau butuhkan?” tanya Wuri terkesan buru-buru dari nada suaranya. Gadis ini mulai menjaga jarak lagi setelah perbincangan mereka kemarin soal pernikahannya.Zemi tersenyum sebelum menjawab, “Aku akan ke rumah sakit, apa kau ada di sana?”“Ya, aku mengisi waktu kosong dengan menengok anak-anak di lantai dua!”“Baiklah, ini kebetulan sekali!”Z
Ke Kampung Halaman“Ya!” Ucapan Wuri tentu saja mengundang banyak dugaan yang menjurus pada kemungkinan yang membenarkan tuduhan Renata. Wanita itu menggunakan nalurinya yang dia percayai tidak salah menilai orang.“Apa kau juga menyukainya?” tanya Leo lagi, dan kali ini gadis itu diam haruskah dia menipu diri dan semua orang demi sebuah kepercayaan, apa mungkin sebuah kepercayaan didapatkan dari kebohongan?Di saat yang sama dia tidak tahu apakah harus menangis atau tertawa. Lalu, dia melihat lurus ke arah dua orang yang seperti mendakwa dirinya dengan tuduhan bersalah.“Kita berteman, tidak ada rasa suka seperti rasa seorang kekasih! Maaf, Dokter, aku harus pergi.”Wuri baru saja hendak melangkah ketika Renata memegang lengannya, sambil berkata, “Kau berusaha lari?” Wuri terperanjat, dia tidak menyangka wanita itu mencengkeram dengan kuku jarinya yang panjang, hingga dia refleks melepaskannya secara kasar, dan di saat itu pula seseorang melangkah cepat ke arah mereka.“Ah!” pekik
Pulang KampungSeketika Zemi dan Renata cepat berlari ke dalam dan di sana mereka melihat ibunda Syakela menangis di sisi ranjang, sedangkan dokter dan perawat yang menanganinya tengah melepaskan segala peralatan yang menempel di tubuhnya.“Syakela! Benarkah di sudah pergi?” tanya Renata seraya mendekat, begitu juga Zemi ke dua orang itu menatap ke arah wanita yang sedang tertidur di bangsal itu tidak percaya.Bagaimana mungkin dia mati secepat ini, padahal kemarin mereka baru saja bercakap-cakap? Batin kedua orang itu secara bersamaan.Benar inilah arti dari kata bahwa nyawa manusia itu ada pemiliknya.Renata lirih ke lantai, dia sangat menyesalkan kejadian hilangnya nyawa Syakela yang menandakan cucunya tidak akan mendapat seorang jodoh lagi untuk waktu yang lama, siapa lagi yang harus mereka cari sekarang?*****Sehari Setelah kejadian kematian Syakela seorang artis ternama yang, ternyata memiliki penyakit leukemia akut itu menyebar ke seluruh kota. Tentu saja berita itu di d
Ide Cemerlang merlangWuri menikmati perjalanannya sambil terus berpikir tentang perubahan sikap Zemi, dia khawatir berbuat salah hingga menabur kebencian. Seorang penyelamat tidak boleh meninggalkan kebencian tapi, rasa terima kasih hingga dia tidak biasa di acuhkan orang yang sudah terbiasa baik dengannya.Sesampainya di Kota Adat Doulonga, Wuri langsung menyambangi kediaman Khazanu, yang tergolek lemah. Pria itu berusaha tersenyum saat gadis itu datang mendekat dan memberikan salam khas kepala suku kepadanya.“Nona Lawu, kau datang? Aku sangat berterima kasih.!” Kata Khazanu sambil berusaha bangkit. Istrinya Makngah, membantunya duduk lalu menyediakan Wuri air minum.Sebagai penghormatan, Wuri langsung meminumnya sedikit sambil mengucapkan terima kasih.“Apa kau sudah lama sakit?” Tanya Wuri, kini hanya mereka berdua dalam ruangan yang luas itu. Kalau kpala suku sakit akan di tempatkan di tengah aula dan akan ada banyak orang dari keturunannya, yang datang merawat, kalau pun ad