Share

Peluang Hati

"He'em..." Aurel memberikan deheman agar Nicho menyadari akan kehadiran dirinya.

"Eh iya Rel ada apa?."

Aurel bergetar mendengar Nicho tang menyebutkannya namanya. Hati Aurel? Jangan di tanya, sudah pasti bahagia.

"Heum... Aku... Aku mau ngasih ini buat kamu," tanpa pikir panjang lagi Aurel langsung menyodorkan sebuah coklat batangan itu di depan Nicho.

Nicho menatap heran kearah Aurel.

"Coklat? Buat apa?" tanya Nicho membuat Aurel bingung mencarikan alasan yang pas agar Nicho bisa menerima coklat pemberiannya itu.

"Heum... Buat... Nggak ada apa-apa sih cuma pengen ngasih coklat ajah." Aurel tak memiliki alasan yang tepat untuk itu.

Nicho menatap aneh dengan Aurel, kenapa ia tiba-tiba memeberikan coklat? 

Di sisi lain Nicho memiliki rencana lain dengan coklat itu. "Coklat? Lumayan juga." 

"Oh yaudah aku terima ya? Thanks!" Aurel tak percaya melihat Nicho yang menerima coklat itu, seperti mimpi rasanya.

"Ha seriusan?" Aurel masih tak percaya itu, hingga akhirnya Nicho mengaggukan kepalanya.

"Iya yaudah mana sini coklatnya." Nicho meminta coklat itu dari tangan Aurel.

Aurel terkekeh. "Hehehe iya lupa." Aurel langsung memberikan coklat itu dengan perasaan penuh bahagia.

"Kalo gitu aku pergi dulu ya?." Nicho mengaggukan kepalanya. 

"Iya." 

Aurel membalikkan badannya dan langsung menuju ke bangkunya dengan perasaan yang tak bisa di tanya lagi.

"Mimpi apaan tadi semalam... Nicho memberikan peluang di dalam hatinya buat aku?" Aurel memejamkan matanya karena ia begitu bahagia saat ini.

"Gimana Rel? Berhasil nggak?" Melly begitu penasaran dengan hasilnya itu, dan ternyata...

"Berhasil Mel, aku seneng banget." Amel sempat tak percaya dengan semuanya, ternyata rencana yang ia susun berhasil.

"Ha? Yey... Akhirnya beres juga kan, sekarang kita pokus untuk mendapatkan hatinya Nicho buat kamu," ujar Melly karena memang tujuan dari awal rencana ini hanya untuk mengetahui apakah masih ada peluang atau tidak.

"Itu benar sekali," Aurel langsung memeluk tubuh Melly.

"Oh iya sekarang aku mau nelpon Ella dan memberitahukan kalo rencana kita berhasil, dia juga ikut dalam rencana ini Rel." Mendengar itu Aurel hanya mengernyitkan keningnya.

"Ella juga ikut dalam rencana ini? Tapi dimana dia?" tanya Aurel tak melihat keberadaan Ella di sekitar mereka.

"Oh iya tunggu sebentar." Melly langsung mengeluarkan ponselnya lalu menelpon Ella.

"Hallo La? Semuanya udah beres jadi kamu Kembali ke sini ya?."

"Berhasil Mel? Oke-oke aku kesana sekarang." Melly langsung mematikan teleponnya itu.

"Lihat ajah deh, bentar lagi tuh si Oliv dan Ella akan masuk kedalam kelas." Aurel melihat ke arah pintu kelas dan ternyata benar.

"Oliv? Kok bisa bener sih kata Melly?" Gumam Aurel dalam hati.

Tak lama juga Ella juga ikut masuk kedalam kelas. "Ella juga masuk," gumam Aurel dalam hati sangat bingung.

"Aurel, aku denger-denger tadi rencananya berhasil ya? Aku seneng banget dengernya."

Ella langsung memeluk tubuh Aurel, Aurel juga sangat bingung dengan ini semua, sebenarnya apalagi yang di rencanakan sama Melly dan Ella yang tidak di ketahui oleh Aurel?

"Tunggu-tunggu kalian itu sebenarnya merencanakan apalagi sih? Kok aku jadi bingung ya?" tanya Aurel menatap kedua sahabatnya.

"Jadi gini Rel, sebenarnya kita itu melalaikan rencana ini sudah kita susun beberapa hari yang lalu," jelas Melly.

"Iya Rel, aku di sini buat mengalihkan Oliv biar bisa menjauh dari Nicho, yang tadi Oliv pergi keluar karena ada telepon, itu sebenarnya aku yang nelpon dia buat mengalihkan dia." 

"Apa? Yang benar ajah kamu La? Terus nanti kalo ketahuan sama Oliv kalo itu kamu gimana?" tanya Aurel.

"Kamu tenang ajah jadi gini ceritanya." Ella mulai menceritakan kejadian tadi saat ia berangkat sekolah.

Flashback on...

Ella berjalan menuju sebuah konter handpone untuk membeli nomor baru agar rencananya bisa berjalan lancar.

Sesudahnya ia beli nomor baru, ia langsung memasangnya di dalam handphone miliknya, Setelah ia langsung pergi ke sekolah.

Ella tidak langsung masuk kedalam kelas, melainkan menuju ke kelas IPS, yang dimana di sana ada teman Ella.

"Eh, lu mau bantuin gue nggak? Tugas lu cuma ngomong doang, entar gue traktir deh." Ella berusaha merayu Daniel teman laki-lakinya.

"Boleh, asalkan ada imbalannya gue mau lah." Ella Tersenyum.

"Bagus, nanti gue traktir di jam istirahat ya?" Daniel mengaggukan kepalanya.

Setelah itu Ella mendapatkan telepon dari Melly dan di suruh untuk memulai rencananya itu.

Dan di situlah Daniel mulai beraksi dengan menunjukkan suaranya dan sedangkan Ella membisikkan sesuatu di telinga Daniel.

Ella membuat bahwa Daniel adalah seseorang penagih hutang yang kerjaannya marah-marah agar telepon mereka tidak cepat berakhir.

Dan di situlah mereka adu mulut bersama, hingga akhirnya Ella mendapatkan telepon dari Melly bahwa semuanya berjalan dengan lancar.

Hingga akhirnya Ella memutuskan untuk memberhentikan semuanya dan mengakhirinya.

"Udah Dan, makasih banyak ya?" Ujar Ella.

"Iya masama, jangan lupa traktirannya." Teriakan Daniel membuat Ella mengacungkan ibu jarinya.

Ia berjalan keluar dari kelas itu, dan membuang kartu nomor handphone yang tadi ia beli tadi di tong sampah di depan kelas IPS.

Flashback off...

"Jadi kayak gitu Ceritanya Rel," ujar Ella dan membuat Aurel tak pernah membayangkannya ternyata dengan cara ia ingi mendapatkan cinta Nicho ada sahabatnya yang begitu kerja keras di baliknya.

"Ya ampun, demi aku, kalian sampai melakukan ini... Aku jadi nggak enak tau," ujar Aurel.

Melly menggelengkan kepalanya. "Tenang ajah jangan gitu, kita kan sahabat, sudah seharusnya kita saling membantu iya kan La?" Melly menatap kearah Ella.

Ella mengaggukan kepalanya. "Iya Rel nggak papa, lagian kenapa juga? Nggak papa lah."

Aurel bahkan berkaca-kaca mendengar itu dan mengingat bagaimana susahnya sahabatnya itu melakukan semua ini.

"Terimakasih banyak ya." Aurel langsung memeluk kedua sahabatnya itu sekaligus.

Di sisi lain Nicho melihat kekasihnya yang sedang kesal itu, membuatnya memunculkan beberapa pertanyaan di kepalanya.

"Kami kenapa beib? Ada apa? Siapa yang nelpon kamu tadi?" tanya Nicho.

"Aku itu sebel banget hari ini, ada orang yang aku sendiri nggak kenal dia mengaku jadi rentenir mau nagih hutang sama aku, pakai marah-marah segala lagi." 

Nicho mengernyitkan dahinya. "Memangnya kamu punya hutang beib?."

"Ish... Ya enggak lah kan aku udah bilang tadi kalo nomor itu nyasar." Nicho hanya Tertawa.

"Udah-udah jangan marah-marah kayak gitu lah, nih aku ada sesuatu buat kamu." Nicho memberikan sebuah coklat yang tadi di kasih Aurel kepadanya.

Mata Oliv membulat sempurna. "Ha? Coklat... Aku suka banget sama coklat." Oliv mengambil coklat itu.

"Makasih banyak beib... Kamu baik banget deh..." Oliv mencubit pipi Nicho dan membuat hati Nicho semakin berbunga-bunga.

"Sama-sama yaudah aku bukain dulu ya?" Nicho membuka bungkus coklat itu dan langsung mengusapkan sepotong coklat itu di dalam mulut Oliv.

"Gimana enak?." 

"Iya enak kok, makasih banyak beib." Oliv langsung memeluk tubuh Nicho bahagia.

Bersambung...

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status