Share

Gunanya Pacar Kaya

"Jadi gimana rencana selanjutnya biar Aurel bisa bersama Nicho?" tanya Ella, ia sudah menanti Beberapa cara dari Melly.

Ella akui dirinya tidak sepandai Melly jika membuat suatu rencana, Ella hanya menjalankannya saja.

"Sebentar aku lagi mikir ini." 

Melly memilih posisi yang enak dengan cara duduk tegap dan meminum es cappucino yang ia beli tadi.

"Gimana kalo kita buat ajah mereka bertemu?" tanya Melly membuat Ella mengernyitkan dahinya.

"Lalu? Kalo mereka udah ketemu mau ngapain?" tanya Ella balik.

"Heum gimana kala....-

"Hai semua," ucapan Melly terpotong karena ada keberadaan Aurel yang baru saja datang.

"Eh... Aurel darimana ajah sih? Lama bener datangnya," ujar Ella melihat wajah Aurel penuh dengan keberanian.

"Aku habis dari taman sebentar," balas Aurel dan membuat mereka semua terkejut.

"Ngapain?."

"Ya nggak ada apa-apa sih cuma pengen lihat-lihat bunga-bunga yang ada di sekolah ini, pengen cuci mata gitu..."

"Oh... Kota kirain kamu habis ketemu sama Nicho," goda Melly membuat Aurel tersipu malu.

"Apaan sih..." Seketika semuanya tertawa.

Tak lama kemudian mata Aurel di kejutkan dengan kedatangan dua orang yang baru saja masuk kedalam kantin sekolah.

Aurel hanya tersenyum remeh. "Dia yang pacaran, tapi aku yang akan mendapatkan hatinya Nicho, lihat ajah," gumam Aurel dalam hati melihat semua itu.

"Eh eh, itu Oliv sama Nicho tuh, ngapain mereka pakai gandengan tangan sih? Nggak tau malu apa ini si sekolah? Mana ada banyak orang lagi," ujar Melly begitu jujur.

"Tau tuh, tapi Mel, emang semua guru udah tau kalo mereka pacaran," jelas Ella.

Sontak Aurel pun menoleh kearah Ella, Aurel selama ini tak tau kalo para guru di sekolah ini bisa tau kalo Nicho dan Oliv pacaran.

"Masa sih mereka tau?" tanya Aurel.

Ella mengaggukan kepalanya. "Iya beberapa hari lalu pas aku datang terlambat, para guru sedang membicarakan Oliv dan Nicho."

"Heleh... Sekarang ajah kalo pacaran semua orang tau, nanti kalo tiba-tiba putus gimana? Biar tau rasa tuh anak," ujar Melly sedikit meledek.

Ella dan juga Aurel pun ikut tertawa, "Iya juga kata kamu Mel, kita lihat siapa pemenang dan yang bisa mendapatkan hatinya Nicho."

"Ya tentu Aurel dong," sambung Melly.

"Kalian bisa ajah." Aurel masih merasa malu dengan godaan sahabatnya itu.

Aurel memutuskan untuk melihat kearah Nicho dan Oliv, apa yang mereka lakukan saat ini.

"Beib... Kamu itu cantik tau." Nicho masih menatapi wanita cantik menurutnya yang saat ini ada di depan matanya.

"Kamu bisa ajah... Udah pinter ya kalo gombalin cewek," ujar Oliv dengan mengelus tangan pacarnya itu yang berada di atas meja.

"Tapi emang bener kamu cantik kok di mata aku." 

Tak di sangka beberapa detik saja, Nicho mengangkat tangan Oliv dan...

Cup!

Nicho mencium tangan milik Oliv, sehingga tiga orang yang sejak tadi menandingi mereka merasa jijik dengan yang di lakukan Nicho itu.

"Ck! Apa-apaan mereka pakai cium-ciuman di sini?" Melly pun kesal mendengar itu.

"Kalo pacaran tau tempat woi..." Teriakan Melly pun berhasil di dengar oleh Oliv dan Nicho jelas.

"Apaan sih mereka, syirik ajah," balas Oliv dengan nada ngedumel.

Nicho lagi-lagi mengelus tangan Oliv seakan-akan memberikan keterangan. 

"Sudahlah Beib... Memang gitu kan kalo ada yang nggak suka sama hubungan kita, yaudah biarin ajah," balas Nicho.

"Kamu tenang ajah Rel, nggak papa Oliv masih bisa mendapatkan posisi kamu itu, tapi yang jelas nanti kamu yang ada di posisi dia sekarang," jelas Ella.

Aurel mengaggukan kepalanya, ia tau jika orang menginginkan sesuatu jika mengambilnya saja sudah salah maka itu tidak akan lama.

"Iya-iya aku tau kok, makasih banyak ya kalian udah mau berjuang sama aku untuk mendapatkan hatinya Nicho, maaf kalo selama ini aku nyusahin kalian terus."

Aurel merasa begitu bersalah karena ia terlalu menyusahkan kedua sahabatnya dalam hal percintaannya ini.

"Halah... Nggak papa lah Rel, kita kan sahabat, sedangkan Oliv mengkhianati kamu, sama saja dia mengkhianati kita dong," balas Melly.

"Jadi aku nggak akan berhenti gangguin hidup mereka sebelum aku bisa membalaskan semua kemarahan ku kepada Oliv, sedangkan kamu bisa mendapatkan hatinya Nicho," ujar Melly sangat serius.

*****

"Oliv...." Panggilan dari sosok wanita paruh baya yang ada di rumahnya itu.

Oliv yang sedang asik bermain ponsel dengan earphone di telinganya, mendengar itu menjadi terganggu.

"Haduh apaan sih Mah?" balas Oliv dengan teriakan juga, Karena ia malas beranjak dari kasur miliknya saat ini.

Sampai akhirnya Brugh! 

Sosok wanita paruh baya itu membuka pintu kamar Oliv dengan sangat kencang sehingga membuat Oliv sedikit berjingkat.

"Apa-apaan sih buka pintu keras banget, nanti kalo rusak gimana? Aku yang di marahin sama Papah nanti." Oliv menatap wanita yang ada di ambang pintu.

"Kamu ini setiap hari kerjaannya main handpone terus... Bantuin mamah tuh cuci baju kamu di belakang," ujar mamah Susi.

Dia adalah orang yang melahirkan Oliv, mamahnya.

"Ngapain aku nyuci baju kayak gitu? Mamah ini ganggu Oliv ajah orang aku lagi chatan sama Nicho," ujar Oliv membantah.

"Kamu ini... Jadi anak gadis itu harus rajin ngerjain pekerjaan rumah, kamu tau kan kalo di rumah ini nggak ada mesin cuci, jadi apa-apa harus di kerjakan sama tangan," balas mamah Susi.

"Iya-iya... Mamah cuci ajah lah ngapain pakai marah-marah sih?" tanya Oliv membuat mamah Susi melotot.

Sehingga akhirnya mamah Susi mempunyai ide yang sangat bagus di dalam otaknya.

Ia berjalan mendekati anaknya dengan senyum yang tak bisa di jelaskan. "Oliv? Pacar kamu kan anak orang kaya tuh..."

Oliv mengangkat sebelah alisnya dan menatap kearah mamahnya. "Iya terus?."

"Kenapa kamu nggak minta ajah sama pacar kamu, suruh dia belikan mesin cuci gitu."

Oliv sempat terkejut mendengar itu, ia berdiri dari rebahannya dan menatap tajam mata mamahnya.

"Mamah gimana sih? Mana mau dia belikan kita mesin cuci? Itu mahal Mah, yang benar saja dong," jelas Oliv tak terima dengan ide mamahnya kali ini.

"Tapi uang segitu nggak ada apa-apanya sama keluarganya Nicho pacar kamu itu... Coba ajah kamu ngomong sama pacar kamu itu, kalo dia nggak nurutin kamu yaudah tinggalin aja dia, jadi pacar kok nggak guna..." 

"Enak ajah main suruh tinggal-tinggal ajah, hidup Oliv bisa berubah kayak gini itu berkat dia Mah, mana bisa Oliv main ninggalin dia begitu ajah." Oliv pun tak terima.

"Yaudah kamu minta sana, suruh dia belikan mesin cuci, dan katakan sama dia kasihan mamah kamu nyuci masih menggunakan tangan, itung-itung kalo udah ada mesin cuci kan mamah bisa buka jasa laundry kan? Bisa nambahin uang keperluan," jelas mamahnya.

Hal itu membuat Oliv berpikir dua kali lagi, mau gimana pun Oliv harus bisa mendapatkan hati Nicho itu.

"Aku akan usahakan bisa mendapatkan apa yang mamah minta itu." 

Bersambung...

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status