Home / Romansa / Cinta Di Balik Tanda Tangan / bab 84 cinta yang tak bisa disangkal.

Share

bab 84 cinta yang tak bisa disangkal.

Author: Pita
last update Huling Na-update: 2025-12-14 08:04:26

Setelah pelukan mereka mereda, Leonard membawa Aluna duduk di ruang kerjanya tempat yang lebih aman, lebih terpagar, dan dekat dengan ruang kontrol keamanan mansion.

Aluna duduk di sofa kecil di sudut ruangan, memeluk bantal tipis, wajahnya masih pucat setelah berita dari Andrew. Leonard berjalan hilir mudik, tidak bisa duduk tenang. Pikirannya sudah bekerja jauh lebih cepat daripada mulutnya.

“Kamu gelisah banget,” suara Aluna memecah hening.

Leonard berhenti lalu memandang Aluna. “Aku enggak gelisah.”

Aluna mengangkat alisnya. “Kamu udah muter lima kali dari tadi.”

Leonard menghela napas.

“Oke. Aku gelisah.”

“Kamu boleh takut, Leon. Bahkan boleh marah. Tapi jangan nyalahin diri sendiri.”

Leonard mendekat, lalu duduk di hadapan Aluna. “Aku nggak nyalahin diri sendiri.”

“Kamu nyalahin keadaan?” tanya Aluna.

Leonard mengangguk. “Karena keadaan ini bisa nyakitin orang yang nggak seharusnya terseret.”<
Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Locked Chapter

Pinakabagong kabanata

  • Cinta Di Balik Tanda Tangan   bab 85 pertemuan takdir.

    Aluna menatap Leonard dengan mata basah, dadanya naik turun berusaha menahan tangis. Ia ingin percaya dan pada saat yang sama, ia takut berharap terlalu tinggi.“Aku percaya sama kamu."Leonard mengangguk, Ia melepaskan tangannya dari wajah Aluna, lalu berbalik menatap Andrew.“Amankan rumah sakit,” perintah Leonard tegas. “Tambah orang. Aku mau satu tim mengawal Dafa. Tidak ada yang boleh masuk tanpa izinku.”Andrew mengangguk. “Siap Bos. Tapi ada satu hal lagi, Bos.”Leonard menoleh. “Apa?”“Rumah sakit pusat juga minta Anda datang,” ujar Andrew hati-hati. “Kondisi ayah Anda menurun. Dokter curiga ada campur tangan.”Aluna tertegun. “Ayah kamu…?”Leonard menghela napas panjang. Rahangnya mengeras,.“Darma, dia nggak cuma nyentuh kamu dan adikmu. Dia mulai dari akar.”“Kita ke sana sekarang.”Mereka melangkah keluar dari ruang kerjanya. Lampu-lampu mansion terasa lebih redup malam ini. Di luar,

  • Cinta Di Balik Tanda Tangan   bab 84 cinta yang tak bisa disangkal.

    Setelah pelukan mereka mereda, Leonard membawa Aluna duduk di ruang kerjanya tempat yang lebih aman, lebih terpagar, dan dekat dengan ruang kontrol keamanan mansion.Aluna duduk di sofa kecil di sudut ruangan, memeluk bantal tipis, wajahnya masih pucat setelah berita dari Andrew. Leonard berjalan hilir mudik, tidak bisa duduk tenang. Pikirannya sudah bekerja jauh lebih cepat daripada mulutnya.“Kamu gelisah banget,” suara Aluna memecah hening.Leonard berhenti lalu memandang Aluna. “Aku enggak gelisah.”Aluna mengangkat alisnya. “Kamu udah muter lima kali dari tadi.”Leonard menghela napas.“Oke. Aku gelisah.”“Kamu boleh takut, Leon. Bahkan boleh marah. Tapi jangan nyalahin diri sendiri.”Leonard mendekat, lalu duduk di hadapan Aluna. “Aku nggak nyalahin diri sendiri.”“Kamu nyalahin keadaan?” tanya Aluna.Leonard mengangguk. “Karena keadaan ini bisa nyakitin orang yang nggak seharusnya terseret.”

  • Cinta Di Balik Tanda Tangan   bab 83 ketulusan yang membekas.

    “Aku nggak mau kamu ngerasa sendirian,” ucap Leonard.“Mulai detik ini, apa pun yang Darma lakuin, itu tanggung jawabku.”Aluna mengangguk.“Tapi kalau kalau Dafa kenapa-kenapa..” suaranya terputus.Leonard mengangkat wajah Aluna, memaksa perempuan itu menatapnya.“Luna, adikmu aman. Aku udah suruh Andrew tambah penjagaan. Orang-orang Darma cuma bisa lihat. Mereka nggak akan berani bertindak.”“Dan kalau mereka nekat?” tanya Aluna.“Kalau itu terjadi, aku ada di depan.”Jawaban itu sederhana.Tapi ketulusan di dalamnya membuat mata Aluna kembali basah.“Aku nggak minta kamu jadi pahlawan.“Aku cuma takut kamu kenapa-napa gara-gara aku.”Leonard tersenyum tipis, senyum yang lelah tapi jujur.“Kamu bukan bebanku,” jawabnya.“Kamu alasanku berdiri sekarang.”Aluna terdiam, lalu menghela napas panjang. Ia mengangguk sekali lagi.“Kalau begitu,” katanya lirih,“aku j

  • Cinta Di Balik Tanda Tangan   bab 82 Saat hati di uji lagi.

    Pelukan Leonard belum juga terlepas sepenuhnya, meski kini hanya satu lengannya yang melingkar di bahu Aluna. Mereka duduk diam, membiarkan pikiran masing-masing berjalan sendiri.Lalu ponsel Leonard bergetar.Sekali.Lama.Leonard menutup matanya sesaat sebelum mengangkatnya. Nalurinya sudah tidak tenang.“Andrew,” gumamnya saat melihat nama di layar.Ia menjauh sedikit dari Aluna dan mengangkat panggilan itu, Suara Andrew terdengar ditahan, terlalu tenang untuk kabar baik.> “Bos maaf ganggu malam-malam. Ada yang ingin saya sampaikan, dan ini penting bos.."Leonard menegakkan tubuhnya. “Katakan.."> “Orang-orang Darma keliatan di sekitar rumah sakit.”Tangan Leonard tiba-tiba mengeras saat menggenggam ponselnya “Maksudnya?”> “Bukan nyerang. Belum. Tapi mereka mantau. Adik Nona Aluna.”Leonard memalingkan wajahnya perlahan ke arah Aluna.Dan Aluna yang sejak tadi me

  • Cinta Di Balik Tanda Tangan   bab 81 perasaan yang tak bisa dibohongi.

    Leonard masih memeluk Aluna cukup lama setelah kata-kata itu keluar.Kalimat kita hadapi sama-sama terus terngiang di kepalanya."Aku nggak nyangka wanita yang dulu aku nikahi karena terpaksa kini menjadi satu-satunya orang yang selalu ada untuk aku, meski nyawanya sendiri dalam bahaya.." gumam Leonard dalam hatinya."Maafkan aku Aluna, gara-gara aku, kamu harus ngalamin ini semua, gara-gara aku, kamu menderita, gara-gara aku kamu hampir terluka.."Leon terus menyalahkan dirinya sendiri sambil memeluk Aluna dengan erat, seolah-olah penyesalannya itu ia luapkan ke dalam pelukan itu.setelah beberapa menit Leonard melepaskan pelukannya perlahan, kedua tangannya masih bertahan di bahu Aluna, seolah takut perempuan itu menghilang kalau dilepas.“Apa Kamu yakin?” tanya Leonard lirih.“Ini bukan masalah kecil, Luna. Darma itu adik tiri ayahku. Dendamnya bukan sehari dua hari.”"Jika kamu tetap disisku kamu akan terluka, aku nggak mau itu

  • Cinta Di Balik Tanda Tangan   bab 80 Musuh dari masa lalu.

    Aluna terbangun lebih dulu. Cahaya matahari menembus tirai tipis kamar mereka, menyinari wajah Leonard yang masih terlelap di sisinya. Jarang sekali ia melihat suaminya tidur setenang ini tanpa dahi berkerut, tanpa ekspresi waspada.Aluna menggeser tubuhnya perlahan, hendak bangun. Namun belum sempat ia berdiri, tangan Leonard meraih pergelangan tangannya dengan cepat.“Mau ke mana?” suara Leonard serak, setengah sadar.“Bikin teh,” jawab Aluna. “Kamu kelihatan kecapekan.”Leonard menariknya lagi ke kasur, memeluknya dari belakang.“Lima menit.”Aluna tersenyum kecil. Lima menit itu terasa seperti hadiah kecil setelah semua badai yang mereka lalui.Ponsel Leonard bergetar di meja samping tempat tidur. Getarannya panjang bukan pesan biasa. Leonard membuka matanya dan meraih ponselnya, lalu wajahnya seketika berubah tegang.Aluna langsung duduk. “Ada apa?”Leonard membaca pesan itu sekali lagi, lalu bangkit.

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status