Beranda / Urban / Cinta Di Ujung Botol / Dokumen Bersejarah

Share

Dokumen Bersejarah

Penulis: Grafz23
last update Terakhir Diperbarui: 2025-04-28 10:00:02

"Whoa... ada apa ini, Rio?" pekik Reynold saat membuka pintu ruangan, melihat dua pria bertubuh besar terkapar tak sadarkan diri.

"Ayo pergi sekarang!" kata Rio tegas, langsung mengajak semua orang keluar.

Sebelum Reynold bisa bertanya lebih lanjut, alarm gedung berbunyi nyaring. Lampu darurat menyala, dan langkah-langkah berat terdengar mendekat dari luar.

"Apa yang terjadi, Rio?" tanya Reynold panik, saat melihat gerombolan bersenjata muncul di balik pintu.

"Rio!!" teriak Axel sambil melepaskan tembakan ke udara. Peluru merobek atap, membuat serpihan jatuh menimpa orang-orang di dalam ruangan.

"Axel!" pekik Andini, menatap Rio dengan mata penuh ketakutan.

Alinda mengintip dari celah pintu, menghitung musuh yang menghadang. Dia meraih tas kecil di lantai, mengeluarkan senjata yang ada di dalam tasnya, kemudian merapat ke tembok, siap menyerang.

"Kalian berlindung di sana," katanya, menunjuk meja kerja Rio.

Saat mereka bergerak

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Cinta Di Ujung Botol   Loyalitas yang di uji kembali

    Sera terdiam sejenak kemudian duduk di atas batu sambil menunggu jawaban dari beberapa tim yang terpisah."Aku dibesarkan oleh dia," ucap Sera sambil menundukkan wajahnya."Neya...adik kandungku, dia begitu mencintai sosok ayah. Bahkan rela berkorban demi dia, tapi aku sadar jika selama ini kami berdua sedang di manfaatkan untuk mengambil sesuatu....yaitu kau," dia kemudian menatap Rio.Rio menatapnya dalam. "Apa yang dia inginkan sebenarnya?"Sera menghela napas panjang. "Kekuasaan mutlak. Tapi bukan dengan cara frontal seperti Randu. Lucifer ingin semua orang bersujud...tanpa tahu bahwa mereka sedang dijajah. Dia ingin jadi bayangan di balik semua keputusan. Sistem yang memaksa semua orang tunduk tanpa sadar."

  • Cinta Di Ujung Botol   Strategi Baru Di Velmora

    Malam itu, ruang rapat GGH diselimuti udara tegang. Zaria, Cole, dan Leon duduk berjajar di hadapan Rio, Damien, dan beberapa tokoh kunci lainnya. Di sudut ruangan, Myra tampak lelah di atas kursi roda, tubuhnya masih dibalut perban dan memar.Rio berdiri di depan meja kerjanya, menatap Zaria dengan tatapan penuh beban. “Zaria, besok aku akan berangkat ke Velmora. Jadi mulai malam ini, ruangan ini jadi milikmu.” Nada suaranya berat tapi mantap.Damien menambahkan dari ujung sofa, “Kami akan memulai fase baru di Granavell. Dan selama itu, kalian bertiga—Zaria, Cole, Leon—jadi tumpuan utama Karnosa. Jangan buat kami menyesal.”Zaria menyilangkan tangan di depan dada. Tatapannya tajam, penuh siaga. “Apakah f

  • Cinta Di Ujung Botol   Batin Andini

    Isabel berlari mendekat dengan satu regu pasukan.“Bawa Myra ke belakang. Segera!” perintah Rio. Beberapa anak buah mengangkat tubuh Myra dengan sigap. Truk Morena mulai mundur. Beberapa dari mereka mencoba kabur.“Jangan biarkan mereka keluar dari zona ini,” Rio memerintah dingin. “Kita kirim pesan ke Morena, bahwa tak ada tempat aman bagi pengkhianat.”Sera muncul dari balik pohon, wajahnya pucat namun tetap tegas.“Aku pikir kau tak akan peduli padanya,” ucap Sera, suaranya seperti menantang.Rio menoleh singkat. “Aku mungkin pembunuh, tapi aku bukan pengecut.”Keduanya langsung mengejar sisa anak buah Morena yang mencoba melarikan diri. Tembakan membelah udara. Beberapa berhasil dilumpuhkan, sisanya kabur ke arah lembah.Namun dari belakang, seorang pria mengacungkan senjata dan membidik punggung Sera.DOR!Rio melompat, menjatuhkan tubuh Sera ke tanah. Dentuman senjata disusul erangan tertahan. Darah muncrat dari bahu Rio.“Rio!” teriak Sera panik. Matanya membelalak melihat luk

  • Cinta Di Ujung Botol   Konflik Sera

    Rio terbangun dalam keheningan kamar yang remang. Di sampingnya, tubuh Sera masih terlelap, selimut hanya menutupi sebagian kulitnya. Rio perlahan bangkit dari ranjang, menahan napas agar tak membangunkannya. Tatapannya jatuh pada ponsel Sera yang menyala di meja."Lucifer..." bisiknya, membaca nama di layar. Ia tak menjawab panggilan itu, hanya menatap Sera yang masih terpejam.Beberapa detik kemudian, pesan masuk:"Sera, pastikan kau awasi Rio sampai waktunya tiba."Kening Rio berkerut. Namun sebelum ia sempat bereaksi, terdengar bunyi "klik" dari balik bantal. Sera telah terbangun dan kini menodongkan pistol ke arahnya."Rupanya kau memanfaatkan situasi," ucap Rio tajam, berdiri perlahan. Ia menatap tubuh telanjang Sera yang kini bergerak turun dari ranjang."Kau bagian dari kami, Rio. Seharusnya kau memilih ayah sebagai sekutumu… bukan mengkhianatinya," desis Sera tanpa menurunkan senjatanya.Rio tak gentar. Ia mengangkat ponsel dan menunjukkan pesan tadi. "Kalau kau pikir aku tak

  • Cinta Di Ujung Botol   Permainan Sera

    ----------------------------------Rio terdiam menatap Andini, pisau kecil di tangannya memperlihatkan simbol kelompok Zaria. Mengingatkan sebuah pesan dari Reynold. Kemudian menyingkirkan tubuh Andini perlahan dari hadapannya.Lorong itu gelap. Hanya lampu temaram di langit-langit yang menyala satu-satu, menggiring langkah Rio seperti sedang berjalan di liang kubur.Ia berhenti di depan jendela satu arah, menatap bayangan dirinya sendiri. Wajahnya kosong. Tak ada sisa amarah. Tak ada air mata. Hanya kesunyian... yang menggerogoti pikirannya seperti parasit."Reynold... sahabatku satu-satunya... bahkan dia pun memilih pengkhianatan sebagai jalan terakhir."Pikiran Rio berisik. Tapi mulutnya diam. Ia menggertakkan giginya. Meninju dinding. Tapi tak ada rasa. Tangannya berdarah, tapi tak sakit. Semua telah mati... di dalam dirinya.Di ruang steril itu, ia seolah mendengar suara-suara yang tak ada:Suara Reynold meminta maaf. Suara Andini memanggilnya dengan lembut. Suara Damien memperin

  • Cinta Di Ujung Botol   Akhir Hidup Reynold

    Satu minggu berlalu. Karnosa tak lagi sama. Rio berjalan sendirian menembus keramaian. Langkahnya tenang, mata awas memperhatikan setiap wajah yang menunduk saat ia lewat di depan toko-toko yang mulai beroperasi kembali.Suara Kayla terdengar dari earpiece-nya, setengah menggoda, setengah khawatir.“Kekasihku benar-benar gila… Berani berjalan sendirian padahal kamu masih jadi incaran para oposisi.”“Tanpa kalian, aku bukan siapa-siapa,” jawab Rio singkat, matanya lurus menatap gedung walikota yang menjulang sepi di ujung jalan.Tak banyak penjaga di sana. Para tentara mulai bersikap santai, seolah kota ini sudah kembali stabil.“Temui aku di Distrik Sorella,” kata Rio. Ia menaiki motor yang telah disiapkan Senno, meluncur menuju markas bawah tanah: Casa Sangre.Di sana, Sera dan Sorena, kepala operasi logistik wilayah timur, telah menantinya di depan pintu masuk.“Bagaimana perkembangan distribusi, Sorena?” tanya Rio saat melangkah masuk.“Semuanya lancar, Tuan,” jawab Sorena sambil

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status