Share

4: Jessica

Penulis: emeraldisa
last update Terakhir Diperbarui: 2022-09-30 16:34:51

Kalau Bara selalu mendukungku untuk merebut Ellie dari Ryan, Lily adalah kebalikannya. Dia selalu berceloteh kalau aku dan Ellie lebih baik pisah saja daripada menjalani hubungan tidak jelas seperti ini. Jadi begitu ada kesempatan seperti ini, Lily dengan semangatnya mengirimiku foto-foto dari beberapa temannya yang dia bilang sedang ada di Bali saat ini.

              “Pick one and I’ll give you her number.” Begitulah kata Lily tadi di akhir chat-nya padaku. Kulihat-lihat dia mengirim foto dari tiga orang wanita, yang ketiganya terlihat cantik dan seksi. Kuteliti satu-satu dan kucari yang paling mirip dengan Ellie. Walaupun tidak ada, tapi yang paling sesuai seleraku adalah yang bernama Jessica, si rambut panjang dengan ujung bergelombang tipikal cewek salon.

              Jadilah aku menunggu Jessica ini di salah satu beach club tempat kami janjian tadi. Sebenarnya kalau mau cari pacar itu gampang, contohnya seperti ini, tinggal minta Lily untuk promosikan aku di hadapan teman-temannya. Aku sebenarnya tidak tahu apa yang Lily bicarakan tentang aku, tapi aku cukup percaya diri kalau aku masih masuk kategori ‘menarik’ sebagai lelaki. Hanya saja, aku sudah terlanjur jatuh cinta terlalu dalam pada Elliane. Dan aku masih selalu berharap hubungannya dengan Ryan akan berakhir, entah itu karena aku ataupun karena hal lain.

              “Hai, ini Gamma?” sapa seseorang padaku. Aku pun menengok ke belakang. Berdiri lah di sana, di antara kebisingan suara musik, seorang wanita yang kutahu pasti dia yang bernama Jessica. Jujur, dia jauh lebih menarik daripada foto yang dikirim oleh Lily tadi.  Dia tinggi, sekitar 175cm dan berisi pada lokasi yang tepat. Rambutnya hitam panjang sepunggung dengan ujung bergelombang. Dia mengenakan atasan sabrina yang memperlihatkan betapa seksi leher sampai pundaknya, dipadukan dengan hot pants yang juga menunjukkan kaki jenjangnya. Wajahnya tentu cantik, tipikal cewek high maintenance yang pasti rajin merawat diri,

              “Jessica?” balasku sambil menghampirinya. “Halo…”

              Wangi parfumnya ternyata serupa dengan parfum Ellie. Kuajak dia untuk duduk bersamaku sambil kutuangkan minuman di gelasnya yang sebelumnya memang sudah sudah kusiapkan.

              “Lo temen sekantornya Lily?” tanya Jessica memulai pembicaraan.

              “Iyap.” Jawabku. “Lo udah lama kenal Lily?”

              “Lumayan. Kita mulai temenan dulu dari pas masih kuliah.”

              Dan percakapan itu berjalan biasa saja, selayaknya orang yang baru berkenalan.

              Dulu, sebelum ada Ellie dalam hidupku, memang kuakui kalau aku cukup ‘liar’ untuk urusan wanita. Dulu, aku nyaris tak pernah menjadi bucin untuk seorang wanita. Dulu, aku pernah membuat beberapa wanita menangis karena merasa ‘dimanfaatkan’ lalu kutinggalkan. Tapi kini, aku merasa harus menjadi pria yang ‘baik’ untuk wanita yang serius kucintai. Walaupun aku tahu kalau hubungan ini tidak akan berhasil nantinya.

              Sekitar tiga jam aku dan Jessica ngobrol ngalor ngidul, mulai dari membicarakan Lily dan aib-aibnya, membicarakan pekerjaan yang ternyata Jessica adalah seorang influencer sosial media dengan pengikut hampir 100.000 akun, atau membicarakan masalah percintaan kami yang sama-sama sedang tidak mulus.

              Setelah tiga jam itu, dengan Jessica yang mulai oleng karena terlalu banyak minum, kami berpindah tempat ke villa tempatnya menginap. Sebagai lelaki, aku sudah tahu akan ke arah mana ‘kegiatan’ kami selanjutnya.

              “Gam, lo tau ga?” celoteh Jessica di antara kemabukannya. “Gue udah hampir setahun jomblo.”

              “Iya gue tau, lo kan udah bilang tadi.”

              Kami baru sampai di villa tempat Jessica menginap. Kami kesini tadi menggunakan taksi, dan selama dalam perjalanan Jessica setengah tertidur sambil memelukku. Aku cukup kuat menghadapi alkohol, jadi untuk malam ini aku masih sadar.

              “Padahal kan gue cantik ya, Gam?” celotehnya lagi. Kubantu melepaskan sepatu dan tas yang dipakainya. Lalu kami duduk bersebelahan di sofa besar ruang tamu villa ini.

              “Iya, lo cantik. Lo seksi.” Jawabku mencoba menimpali.

              “Terus kenapa gue jomblo terus??” dia mulai merajuk.

              “Lo kebanyakan milih-milih sih.”

              Jessica merebahkan kepalanya di atas pangkuanku. Oke, kalau begini mungkin tak bisa kutahan. “Jess, bangun…” pintaku sambil mencoba mengangkat tubuhnya dan mendudukannya lagi. Dia malah lantas memelukku seperti yang dia lakukan di taksi tadi.

              “Sebentar ya, Gam…” pintanya dan semakin erat memelukku. “Gue pernah punya pacar, gue cinta banget sama dia, tapi dia ninggalin gue, sampai hari ini gue ngga bisa lupain dia…”

              “Aduh, lo udah diselingkuhin masih ngga bisa lupain. Pantesan lo jomblo.”

              “Bukan selingkuh, Gamma…” entah kenapa Jessica terdengar seperti ingin menangis. Kisah cintanya yang ini belum sempat dia ceritakan saat masih sadar tadi.

              “Terus kenapa lo ditinggalin kalau bukan selingkuh?”

              “Dia meninggal, Gamma…”

              Oh, oke kali ini ternyata kisahnya cukup sensitif. Aku berusaha membuatnya lebih rileks dengan mengelus-elus punggungnya, walaupun sebenarnya aku juga tak bisa rileks karena dipepet seperti ini olehnya.

              “Sorry ya, sorry… Gue ngga tau…”

              “Dia meninggal gara-gara gue…”

              Ini sungguh di luar ekspektasiku, karena tidak terpikirkan kalau Jessica malah akan menceritakan kisah sedihnya.

              “Waktu itu gue lagi marah sama dia, gue suruh dia datengin gue, kalau ga datengin gue bakal gue putusin, tapi pas di jalan dia malah kecelakaan…”

              Aku dapat merasakan hangat dari air matanya yang menetes di dadaku dan membasahi pakaianku. Yang langsung kupikirkan mungkin Jessica trauma untuk memulai hubungan serius lagi. Tapi dalam kondisi seperti ini, aku tak bisa berkata-kata, hanya bisa mengelus-elus punggungnya saja.

              “Gue nyesel, nyesel banget…”

              “I know…” hanya itu yang bisa kuucapkan namun kali ini kuberanikan tanganku untuk mengelus rambutnya.

              Jessica lantas mendongakkan kepalanya, dan menatapku. Wajahnya merah dan pipinya basah. Tentu tetap cantik, malah semakin seksi bagiku dan membuatku semakin tidak bisa rileks. “Apa gue bisa bahagia kayak dulu lagi?”

              Aku tak bisa menahan diri lagi, kuraih wajahnya dan kukecup bibirnya. “Bisa, kalau lo ketemu orang yang tepat…”

              Ah, sialan Gamma. Jangan bertingkah sok pahlawan baginya.

              Jessica membalas dengan memberikan kecupan juga di bibirku, dan kali ini sudah benar-benar tak bisa kutahan karena kini aku sedang melumat bibirnya.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Cinta Gila Selingkuhan   19: Friend, with Benefit?

    Sebelum berangkat tadi aku langsung menelepon Bara dan memintanya untuk mengikuti sandiwaraku kalau-kalau Ellie sampai menanyakan pada Bara kemana aku. Tentu saja karena aku dan Bara sudah seperti botol dan tutupnya, dia hanya oke oke saja. Jadi di sinilah aku, di depan rumah kosan Jessica, padahal 20 menit lalu aku masih mengecup bibir wanita yang kuyakini sebagai cinta sejatiku. Tak lama, muncullah Jessica yang seperti dugaanku hanya mengenakan tanktop hitam dan celana pendek berwarna pink. Rambut panjangnya nampak digulung berantakan. Dia menyambutku dengan memberikan senyuman yang malah tampak seperti ejekan. Aku pun mengikutinya masuk ke dalam kosannya ini, melihat pintu-pintu kamar yang sunyi dan sepi, hanya ada rak sepatu, tempat sampah atau keranjang baju kotor. Tidak ada pintu yang terbuka. Kamar Jessica teletak di lantai dua, dan posisi paling pojok. Di depan kamarnya ada rak sepatu berisi sandal, tempat sampah, dan dua pot tanaman. Begitu masuk ke kamarnya, isi kamarn

  • Cinta Gila Selingkuhan   18: Kenalan

    Di hari ketiga Yaya menginap di sini, akhirnya dia bertemu dengan Ellie. Entah kenapa keduanya memintaku untuk mempertemukan mereka. Padahal aku sebenarnya tidak mau mereka saling kenal, karena ya, tentu saja hubunganku dan Ellie tidak akan berlangsung lama lagi. Dan sepertinya Yaya pun menyukai Ellie, tidak seperti responnya terhadap seluruh wanita yang pernah kukenalkan dulu. Seandainya saja aku bisa mengenalkan Ellie sebagai calon kakak iparnya… Kukira Yaya akan menanyakan tentangku seperti kenapa bisa jadi pacarku atau hal-hal semacamnya, tapi ternyata Yaya malah lebih tertarik membicarakan hal-hal seperti parfum, baju, salon bahkan drama Korea dan berbagai hal yang biasanya dibicarakan teman wanita. Yaya malah mengajak Ellie menginap di tempatku dan menyuruhku tidur di sofa karena mereka mau bergadang untuk menonton film. “Adek aja deh yang tidur di sofa. Mas sama Mbak Ell tidur di kamar.” godaku pada Yaya yang sedang mencoba beberapa pakaian Ellie yang terlihat ‘mini’. “Eh en

  • Cinta Gila Selingkuhan   17: Kedatangan Yaya

    Aku sudah berbaikan lagi dengan Ellie. Kami menjalani hari-hari kami seperti biasa. Tiga hari ini kami susah bertemu karena Ellie di luar menemani si bos dan pulangnya langsung diantarkan ke apartemennya oleh supir kantor. Jadi, Rabu malam ini Ellie sengaja minta diantarkan ke tempatku karena dia akan menginap di sini. Aku yang sudah pulang dari pukul enam sore langsung bersih-bersih semua ruangan, terutama kamar tidur dan kamar mandi. Bel pintu depanku berbunyi. Hmm tumben sekali Ellie menekan bel dulu, biasanya dia langsung masuk, apa dia ingin aku menyambutnya dengan sebuah pelukan? Dengan semangat aku menuju pintu depan, sudah kubayangkan aku akan memeluknya, membawanya masuk lalu menciumnya. Tapi aku kaget sekali begitu kubuka pintu, ternyata bukan Ellie yang ada di sana. Yaya-lah yang berdiri di sana. Iya, Yaya adikku. Adik bungsuku. “Mas Gamma!!” Yaya menubruk untuk memelukku. “Adek kok di sini?” aku bing

  • Cinta Gila Selingkuhan   16: Sushi Date vs Sushi Delivery

    Sesampainya di restoran sushi tujuan kami, aku dan Ellie masih diam-diaman. Ellie duduk sebelah Lily, dan di hadapannya adalah Bara, sedangkan aku duduk di sebelah Bara sehingga aku berhadapan dengan Lily. Sebenarnya aku tidak terlalu lapar dan aku juga tidak terlalu suka sushi. Ellie bilang sih ini restoran sushi yang paling enak karena rasanya otentik, mirip sushi yang biasa dia makan langsung di Jepang saat kuliah dulu. Dengan seenaknya, Ellie dan Lily memesan porsi yang cukup banyak. Aku tahu kalau Bara juga tidak terlalu suka sushi, makanya kami berpandangan dan merasa kesal karena kalau dua wanita ini kekenyangan, maka kami yang akan disuruh menghabiskan makanan mereka. “Enak kan?” tanya Ellie pada Lily sambil mengunyah makanannya. Entah kenapa dia lahap sekali kalau makan sushi. “Iya, enak!” Lily menjawab, tak kalah lahap makannya. “Gue sukanya sushi asli begini nih, kalau yang rasanya udah nyesuaiin lidah Indonesia, gue m

  • Cinta Gila Selingkuhan   15: Olahraga Malam

    “Hah nemuin apa?” aku mengulang pertanyaannya. Takutnya aku salah dengar. “Bekas kondom Pak, di tempat sampah Bapak.” Ternyata aku memang tidak salah dengar. Bekas kondom yang menjadi perkara. Aku sudah tahu apa yang akan terjadi selanjutnya. Mbak Ira ini pasti akan mengancamku, memerasku agar dia tidak buka mulut mengenai penemuannya ini. Nyatanya dia masih berdiri di depanku, tersenyum penuh arti. “Mau berapa?” tanyaku langsung to the point. “Satu juta, Pak.” Jawab Mbak Ira dengan sangat lancar. Hari ini aku sudah merasa sangat lelah, sehingga aku malas berdebat dengannya. Kuambil dompetku, kebetulan aku baru saja mengambil uang cash dan langsung kukeluarkan sepuluh lembar uang Rp 100.000. Tanpa ragu dan malu-malu, si Mbak Ira itu langsung mengambil uang tersebut dan tersenyum senang. “Terima kasih ya Pak Gamma…” serunya, dapat terlihat jelas matanya berbinar memandangi kertas merah itu. “Ini untuk b

  • Cinta Gila Selingkuhan   14: Bekas Kondom

    Ellie menipuku tentang meeting itu. Selain karena ternyata meeting-nya pukul dua siang, yang kebagian tugas presentasi pun memang bukan aku, melainkan Anita dari divisi SDM. Dia benar-benar hanya mencari alasan supaya aku datang ke kantor hari ini. Sekarang Ellie sudah kembali ke ruangannya dan kembali melanjutkan pekerjaannya. Aku pun ingin mengecek pending job-ku selama aku cuti kemarin, tapi kondisi mejaku berantakan sekali. Ya, tadi ada Ellie di atas meja ini, dengan berbagai posisi. Kami merasa sudah gila karena melakukannya seperti di film-film cabul dewasa. Ah kalau kuingat tadi rasanya aku jadi tegang lagi. Bukan pertama kalinya kami berbuat mesum di kantor, tapi yang tadi adalah yang paling gila yang pernah kami lakukan. Ellie mendominasi dan mengontrolku untuk melakukan ini dan itu. [I still want you. More. Come here.]. Aku mengiriminya pesan. [Aku masih banyak kerjaan. Laper juga belum sempat lunch.] [Mine getting h

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status