Share

5: Aku Cemburu

Terdengar ketukan di pintu kamarku. Ketukan yang terdengar buru-buru, yang kutahu siapa yang sudah pasti mengetuk dengan cara seperti itu. Pasti Elliane.

              “Kenapa sih, Ell?” ujarku begitu kubukakan pintu. Dan benar, itu Ellie yang terlihat marah dan dia langsung menghambur masuk ke kamarku.

              “Kenapa sih, Ell?” ulangku lagi sambil menariknya dan berusaha mengajaknya untuk duduk di atas tempat tidur. Tapi dia menolak. Dia buru-buru mengeluarkan ponsel dari dalam tasnya dan menunjukkan sesuatu padaku.

              “INI APA? INI KENAPA BISA KAYAK GINI?” serunya dengan semakin marah dan menunjukkan isi ponselnya padaku. Yang Ellie tunjukkan adalah tangkapan layar dari akun sosial media yang pasti milik Jessica, menampilkan foto kami berdua yang terlihat begitu dekat dan sungguh mengesankan orang pengar yang baru saja bangun tidur.

              “Kamu dapat foto ini darimana?” balasku balik bertanya, dan jujur rasanya panik seperti orang yang ketahuan selingkuh.

              “Jawab pertanyaan aku dulu!” balas Ellie lebih galak lagi.

              “Oke, kamu dengerin aku, dan jangan marah-marah dulu, please?” pintaku sambil kembali berusaha menariknya untuk duduk. Kali ini dia tidak menolak.

              “Cewek itu namanya Jessica.” Aku pun mulai menjelaskan. “Dia temennya Lily. Aku kenal dia dari Lily.”

              “Habis ngapain? Kenapa fotonya begini?” Ellie kembali memburuku. Aku sudah tahu pikiran Ellie akan kemana.

              “Kamu dapat foto ini darimana?” aku mengulangi pertanyaanku. Karena aku sama sekali no idea kenapa dia bisa menemukan foto itu, yang bahkan aku juga tidak tahu kalau ada foto seperti itu.

              “Dari Litta.” Jawabnya datar. Oke, dari Litta? Kenapa bisa dari Litta, teman sekantor kami?

              Ah, bodohnya aku! Aku lupa kalau Jessica itu punya pengikut hampir 100.000 akun di sosial medianya. Mungkin Litta salah satu pengikutnya dan pasti dia terkaget mendapati aku si Gamma yang seharusnya dia ketahui sebagai pacar Elliane malah muncul di unggahan sosial media Jessica dan menyiratkan kalau kami habis terlibat one night stand.

              What happens in Bali, stays in Bali. Begitulah yang Jessica sampaikan pada unggahannya itu.

              “Oke, Ell, I’m sorry, really…” aku memilih untuk langsung mengaku salah dan meminta maaf. “Aku salah. Kamu boleh marah sekarang.”

              “Kamu kan, bilang ngga akan main-main lagi sama cewek lain…” dan kini dia mulai menangis. Air matanya sudah menetes. Ah luar biasa dalam waktu sehari semalam ini ada dua wanita menangis di hadapanku.

              “Ell, aku bisa sampai ketemu Jessica juga gara-gara kamu.” Kali ini rasanya aku tak mau 100% disalahkan lagi. “Memangnya kenapa Lily sampai ngenalin Jessica ke aku? Memangnya kenapa aku mau ketemu Jessica?”

              Dia terdiam. Mungkin baru sadar kalau dialah penyebabnya. “Tapi kan…”

              “Kamu sendiri, kemana sama Ryan? Kenapa ngilang ngga ada kabar? Kalian ngapain aja?” aku mencoba membalas. Ini hanyalah unek-unek yang memang ingin kusampaikan padanya. “Kamu pikir, aku ngga cemburu mikirin kamu? Kamu di sini, tapi bukan sama aku, gimana rasanya jadi aku, Ell?”

              Sebenarnya kami jarang sekali berargumen ketika membahas hal serius seperti ini. Hal-hal seperti ini lebih sering kami hindari dan kami biarkan hubungan kami berjalan apa adanya. Kalaupun ribut ataupun adu pendapat biasanya hanya karena hal-hal sepele seperti ketika aku ingin makan soto betawi tapi dia maunya pecel ayam. Atau ketika aku ingin mengabiskan akhir pekan dengan menamatkan game, dia maunya jalan-jalan.

               “Mas, tapi kamu ngapain sama  dia?” lagi-lagi Ellie masih ngotot membahas Jessica. “Did you fuck her?

              “I did.” Jawabku seadanya. “It’s only one night stand, Ell. Kamu pasti paham. Aku ketemu dia juga diperantarai Lily, aku ngga punya nomor HP-nya, aku ngga tau dia tinggal di mana, aku sengaja ngga tanya itu saat ngobrol sama dia.”

              It’s true. Aku dan Jessica sepakat tidak akan saling menyimpan nomor HP. Tidak perlu tahu tinggal di mana, walaupun yang jelas Jessica pun tinggal di Jakarta. Seperti kata Jessica, what happens ini Bali, stays in Bali. Tapi kami membuat kesepakatan lain, yang Ellie atau siapapun tidak perlu tahu. Jika aku bertemu lagi dengan Jessica benar-benar secara tidak sengaja, maka kami akan melakukannya lagi, our second night stand.

              Aku menarik tubuh Ellie agar dapat kupeluk. Tangisnya sudah berhenti dan dia sudah kelihatan lebih tenang. “Maafin aku, ya?”

              Ellie hanya mengangguk. Entah apa yang ada di pikirannya.

              Beginilah kami. Mungkin karena kami memulai hubungan ini dengan cara yang tidak benar, jadi hal-hal seperti ini menjadi ‘mudah dimaafkan’. Aku tahu apa yang Ellie lakukan jika bersama Ryan, bahkan kadang fantasiku membayangkannya, tapi pada kenyataannya aku hanya bisa menelan itu semua dengan pahit. Mungkin aku marah, aku kesal, tapi hanya sebatas itu yang dapat kulakukan. Obsesiku padanya bisa mengalahkan semua itu. Ketika dia kembali lagi padaku, aku akan menganggap tidak terjadi apa-apa. Aku tetap menjadi aku yang begitu cinta padanya.

              Keheningan kami dipecahkan oleh suara dering dari ponsel Ellie. Ryan yang meneleponnya. Tapi dia bergeming, tidak menjawabnya.

              “Kenapa ngga diangkat?” tanyaku penasaran.

              “Ngga apa-apa. Aku tadi panik cari kamu setelah lihat foto dari Litta.” Jawab Ellie, kini lebih rileks. “Harusnya aku ketemu Ryan di lobby sekarang.”

              Saat ini sudah masuk jam makan siang. Mungkin niatnya mereka mau lunch.

              “Ya udah, temuin dia dulu. Nanti nyariin loh.”

              “Ngga mau. Nanti kalau aku pergi sama dia, kamu main-main lagi sama cewek lain!”

              Akupun ingin tertawa mendengarnya. Langsung kuserbu wajahnya dan kuciumi dia. Kalau semalam Jessica beraroma seperti alkohol, Ellie kini beraroma seperti kue yang manis sekali. Sepertinya dia pakai parfum baru, karena wangi ini belum pernah kucium sebelumnya.

              “Jadi kamu mau di sini aja, ngga mau ketemu Ryan?”

              “Aku mau sama kamu dulu, baru nanti ketemu dia.”

              Ellie pun menarik tubuhku ke kasur sehingga kini dia di bawah dan aku di atasnya. Betapa cantik wajahnya yang masih merah dan sembab. Kalau sudah seperti ini rasanya ingin terus menerus menciuminya.

              “I love you, Elliane…”

              Ellie memejamkan mata dan sedikit membuka bibirnya. Aku pun segera menyambutnya dengan memberinya ciuman. Oh inilah yang terbaik. Inilah yang paling kuinginkan.

              TING TONG!

              Aku dan Ellie berhenti sejenak dan kami berpandangan. Ada yang membunyikan bel kamarku. Ah sialan aku lupa memasang tag don’t disturb di pintu.

              “Room service?” tanya Ellie padaku.

              “Aku ngga manggil room service.”

              Ellie segera terduduk dan tampak agak panik. “Kayaknya itu Ryan deh nyariin aku.”

              Aku pun langsung ikutan panik dan buru-buru memakai kemejaku lagi. Kok bisa Ryan tahu kamarku segala?

              Dan memang itu Ryan, begitu kuintip dari lubang kecil yang ada di pintu. Kutarik napas panjang untuk meredakan kegugupanku. Mau tak mau pintu ini harus kubuka. Ah luar biasa, ternyata begini rasanya digrebek.

              “Oh hai,”sapa Ryan begitu pintu kubuka dan kudapati dia tersenyum padaku. “Gamma kan?”

              “Oh, iya.” Balasku berusaha tenang. “Pacarnya Ellie kan? Ada apa?”

              “Lihat atau tau Elliane ada di mana? Saya telponin dan cari ke kamarnya, tapi ngga ada.”

              Kekasihmu ada di sini, dalam kamarku, setengah bugil dan menungguku. Ah rasanya ingin bisa kujawab seperti itu. Tapi sampai saat ini aku masih menjadi terlalu pengecut.

              “Oh, kayaknya ada rapat mendadak jadi Ellie ke tempat bos deh.” Begitulah jawaban, atau alasan yang bisa kukeluarkan. “Ini saya juga baru dikabari.”

              “Oh I see… Thank you. Maaf ya sudah ganggu.”

              Aku hanya balas  tersenyum dan Ryan pun berlalu. Perlahan laju jantungku pun menjadi lebih tenang. Sensasi yang nyata dan berbeda dengan yang selama ini kurasakan. Aku merasa menjadi orang yang seribu kali lebih brengsek daripada sebelumnya. Namun keegoisanku malah membuatku merasa senang atas itu, karena kini Ellie bersamaku, tidak bersama Ryan.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status