Share

Masa Lalu

last update Terakhir Diperbarui: 2025-11-20 10:11:04

“Kamu atur saja say, kita bukan orang lain.” Lily menyetujui rencana Griselle.

"Laba untuk Lily dan aku, masing-masing dua puluh persen, sisa enam puluh persen itu milikmu. Bagaimanapun kamu juga harus mengembalikan uang papamu. Kelak jika hutang ke papamu lunas, baru kita bicarakan ulang." Adriana memberi usulan.

“Ya, pengaturan Adriana lebih bagus., masalah ini nanti kita bicarakan lagi. Sekarang, ayo kita cari makan dulu say, aku kelaparan.” mendengar Lily yang mulai lapar, Griselle hanya bisa menggelengkan kepalanya. Mobil mereka memasuki sebuah rumah makan. Selesai makan siang , Adriana mengantar Lily kembali ke kantornya terlebih dahulu.

Mobil yang ditumpangi oleh Grilselle terlihat berhenti di sebuah gerbang rumah mewah. Mobil itu kembali melanjutkan perjalanan, setelah Griselle masuk ke dalam gerbang rumah mewah itu. Griselle segera melangkahkan kakinya ke arah ruang keluarga yang tepat berada di samping taman.

Griselle menatap ke depan, mama dan oma-nya sedang duduk dan berbincang, sedang papa dan opa-nya tidak terlihat di ruangan tersebut maupun di bangku taman.

Melihat kedatangan Griselle, mama segera berdiri dan menghampirinya lalu mama memeluk Griselle dengan lembut dan diibalas oleh Griselle. Tangan mama yang lembut meraih lengannya dan menuntun Griselle ke arah oma yang sedang berduduk di depan televisi.

"Tidak terjadi apa-apa, kan?" Tanya sang oma sambil berdiri dan menerima pelukan dari Griselle.

"Oma, apa yang bisa dilakukan pria itu pada cucumu ini." Ucap Griselle memeluk oma-nya lalu mengedipkan matanya, oma pun tersenyum dan menepuk bahu Griselle. Griselle membantu oma-nya untuk duduk perlahan, lalu ia juga duduk di samping omanya.

"Jangan salahkan dirimu, ingat kami semua selalu mendukungmu dan kejadian ini juga salah kami, salah kita semua." Mama menasehati sambil menyerahkan secangkir teh yang ia seduh.

"Nanti malam, bicaralah sama papa-mu. Sedari tadi, papamu menelpon menanyakan kepulanganmu." Lanjut mama setelah Griselle mengambil cangkir teh pemberian mamanya.

Meneguk teh itu beberapa kali, Griselle lalu berkata, "Kalian tidak usah kuatir, Dayoung tidaklah serapuh yang orang lain kira."

"Bagus, kamu putri satu-satunya dalam keluarga. Di masa depan, kamu yang akan memegang Hanseng Group." Kata oma dengan mata tertuju pada tv di depan.

"Oma, mama, Dayoung pergi istrirahat dulu ya." Kata Griselle sambil beranjak bangkit.

"Iya, sana pergilah." Jawab mama, lalu Griselle melangkahkan kakinya menuju arah kamar tidurnya.

"Aku harap dia baik-baik saja." Ucap mama sambil menatap ke arah punggung Griselle yang menjauh.

"Jangan kuatirkan dia, Dayoung bukanlah wanita lemah. Biarkan dia mengambil keputusan untuk hidupnya, kita hanya bisa mendukung dia." Sahut oma.

Memasuki kamar tidur, Griselle langsung merebahkan tubuhnya di tempat tidur. Ia mengingat kembali perjalanan hidupnya.

Dia teringat kembali awal persahabatnya dengan Lily dan Adriana. Awal pertemuan, keduanya tinggal di komplek perumahan yang sama dan masuk ke sekolah play group yang sama. Hubungan kedua keluarga mereka pun terjalin dengan baik. Semenjak itu, Griselle dan Lily selalu bersama, walau orang tua Lily pindah ke komplek lain, ia dan Lily tetap terhubung.

Persahabatan mereka yang terjalin semenjak dari kecil, membuat mereka merasa saling memiliki. Lalu masuklah Adriana dalam persahabatan mereka, ketika ketiganya berada di kelas empat. Sejak SMP, Griselle sudah membantu di Hanseng Group, saat itu dipegang oleh opa-nya.

Walau ia sibuk dengan pekerjaannya, hubunga dengan Lily dan Adriana tetap terjalin dengan baik. Bagi Griselle Lily dan Adriana bukan hanya sekedar sahabat tetapi juga saudarinya yang paling ia percaya. Saat SMA, papa mengenalkannya pada Riko, yang merupakan putra almarhum sahabat papa. Riko telah berumur dua puluh dua tahun saat itu, dan dia menjadi pemegang saham terbesar di perusahaan almarhum papanya.

Riko juga menjabat sebagai direktur utama di perusahaan tersebut. Papa mengingat hubunga baik dengan almarhum sahabatnya,

Papa memang berniat menjodohkannya dengan Riko dan Riko juga mendekati Griselle dengan aktif. Griselle hanya mengikuto arus saat itu, tidak menolak juga tidak menerima.

Hingga suatu hari mereka tidur bersama, itu cerita Riko pada keluarganya.

Apa yang terjadi sesungguhnya Griselle yang tahu, Riko membius dan memperkosanya. Setelah hari itu, Riko datang melamar, keluarga menyetujui. Griselle tidak bisa menolak, ia hanya meminta diijinkan tetap kuliah setelah menikah. Pernikahan dilangsungkan setelah Griselle lulus sekolah.

Dengan perhatian yang tunjukan oleh Riko di depan keluarganya, keluarga Griselle percaya jika kehidupan Griselle baik-baik saja di rumah mertuanya saat itu. Yang tidak keluarganya ketahui, jika semenjak pernikahan Riko dan Griselle telah berpisah kamar.

Hubungan Griselle dengan keluarga Riko sejak awal masuk ke dalam rumah Riko juga bermasalah. Di mata keluarga Riko, Griselle hanyalah orang asing yang menumpang. Griselle sendiri tidak tahu dan tidak mengerti darimana datangnya kebencian mereka kepada dirinya.

Griselle bertahan, ia terus menyibukkan dirinya dengan kuliah dan pekerjaannya di perusahaan. Suatu hari papa dan mama melihat Riko yang berselingkuh dengan Sherli, teman Griselle di SMA. Keluarga akhirnya mengetahui kebenaran tentang masa lalu, dan setuju saat Griselle mengajukan perceraian.

Griselle tidak merasa sedih dengan perceraian ini, hatinya justru bersedih dengan keadaan kedua sahabatnya. Lily sedang dalam proses perceraian dengan Andrea, suaminya. Lily menemukan banyak video mesum suaminya dengan banyak wanita.

Adriana sendiri baru setahun lebih sembuh dari depresinya. Adriana ditinggal pergi oleh kekasihnya, Riki, yang lenyap entah kemana. Saat itu Adriana sedang hamil, karena mengalami depresi ia mengalami keguguran.

Ketiganya wanita dan bersahabat, ketiganya mengalami kekecewaan karena pria. Mengingat hal ini, Griselle bertekad untuk membuka jalan bagi dirinya dan kedua sahabatnya. Laki-laki? Ia hanya menganggapnya sebagai mesin penghasil keturunan.

Malam hari, di ruang makan keluarga, Griselle sedang makan malam bersama keluarganya.

"Dayoung, selesai makan, temui papa di ruang kerja. Ada yang mau papa bicarakan." Kata papa sambil menatap Griselle dengan tatapan rumit. Griselle mengerti jika papanya merasa bersalah atas masalah dengan Riko.

"Baik pa, jangan terlalu kuatir. Dayoung pasti bangkit, Dayoung tidak lemah." Jawab Griselle dengan senyum di wajah.

"Bagus, itu baru cucu opa. Dayoung tidak perlu kuatir mengungkapkan apapun. Selama itu baik, opa pasti akan mendukung." Opa menepuk-nepuk bahu Griselle, lalu ia dan oma pergi ke arah taman.

"Dengarkan putrimu, jangan terlalu memaksakan kehendakmu." Mama menegur papa lembut.

"Apa kamu pernah melihat aku memaksa putriku." Tanya papa dengan dahi berkerut.

"Mulutmu tidak mengatakan tetapi wajahmu menunjukkannya." Sahut mama sambil melirik papa.

"Wajahku dari dulu sudah begini, salahnya dimana?" Balas papa tanpa mau mengalah, Griselle hanya menggelengkan kepalanya sambil tersenyum melihat kedua orang tuanya. Kedua orang tuanya selalu saling menegur tetapi tidak pernah bertengkar.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Cinta Itu Tidak Datang Tiba-Tiba   Kamu Scorpio

    Pukul tujuh tiga puluh malam, mobil Griselle terlihat keluar dari kediaman orang tuanya.Griselle memasuki cafe milik Andre, dia menemukan meja di mana Lily dan Adriana sedang duduk. Di samping mereka ada dua pria yang menemani, Griselle segera menghampiri mereka."Sorry ya semua, aku terlambat. Jalanan agak macet tadi." Sapa Griselle dengan sedikit melirik ke arah ke dua pria itu. Tampan, kata Griselle dalam hati.Kedua pria itu segera berdiri dan mengulurkan tangan mereka."Santai say, sini aku kenalin.”Lily memperkenalkan kedua pria itu kepadaGriselle. Griselle akhirnya tahu yang mana bernama Joshua, teman kencan Lily. Sedangkan pria yang lain bernama Teddy yang terlihat berbincang akrab dengan Adriana. Mereka lalu duduk, saat Griselle hendak duduk, Lily menahannya.Lily menunjuk ke arah sebuah meja, di mana ada seorang pria bertopi yang sedang membaca buku duduk di meja lain tidak jauh dari mereka." Teman Joshua dan Teddy, lihat dia terpikat nggak sama kamu, Joshua bilang ngga mu

  • Cinta Itu Tidak Datang Tiba-Tiba   David

    David mengeluarkan sebatang rokok, lalu berdiri dan meletakkan rokok itu ke bibir orang gila. David menyalakan api untuknya, dan orang gila mulai merokok. David memberi tanda agar orang gila duduk sambil menunjukkan gelas kopi.Orang gila itu duduk tetapi David bergerak menarik rambutnya keras ke bawah sehingga menghantam meja. Selanjut sebuah tinju menghantam rahang orang gila itu dan dia pingsan. David kembali duduk dan memesan ulang kopi hitam karena kopi sebelumnya tumpah saat kepala orang gila itu menghantam meja."Ini bukan orang gila cuma orang stres, orang gila masa mengerti cara merokok." Ucap David asal sambil melirik ke arah dua sahabatnya. Akhirnya orang gila dibawa pergi oleh satpam komplek apartemen. Teddy dan Joshua hanya menggelengkan kepalanya melihat tindakan sahabatnya itu, lalu mereka kembali duduk."Mau sampai kapan kamu begini Vid? Kamu nggak merasa kalau kamu terlalu dingin dengan keadaan sekitarmu?" Tanya Joshua sambil mengambil sebatang rokok David, lalu men

  • Cinta Itu Tidak Datang Tiba-Tiba   Siapa Yang Sebenarnya Gila

    "Temui Hendri, jangan keras terhadap dia, juga jangan memberi harapan." Kata papa dengan tenang, lalu ia berbalik pergi ke ruang kerjanya. Adriana terpaksa menemui Hendri.Belum sempat Adriana melangkah, mama memegang lengannya,"Papamu tidak akan pernah lupa akan penderitaanmu karena Hendri, percayalah, papa pasti punya alasan untuk ini." Sambil melangkah ke ruang tamu, Adriana mengernyitkan kening memikirkan perkataan mama."Kamu sudah pulang? Aku dengar dari papamu kalau kamu menginap di rumah Lily." Hendri berdiri saat melihat Adriana menghampirinya."Ada perlu apa?""Hanya ingin menemuimu.""Sekarang sudah ketemu, kamu bisa pulang." Sahut Adriana acuh sambil membalikkan tubuhnya. Hendri segera meraih lengan Adriana dan Adriana menepisnya dengan kasar."Apa maumu sebenarnya?" Wajah Adriana tampak dipenuhi kemarahan."Adriana, bisa kita duduk dan membicarakannya, please?" Tanya Hendri dengan nada memohon. Adriana teringat perkataan mama, lalu ia duduk tanpa mau memandang wajah Hend

  • Cinta Itu Tidak Datang Tiba-Tiba   Masalah Adriana

    "Bungkusmu sampai kebuka? Berarti kamu nggak dingin seperti kata mantanmu dong?” Lily dengan mulut penuh cemilan terus bertanya."Sebenernya aku nggak pernah merasakan apa yang dilakukan Heri. Di cium sana sini dan di belai. Jujur aku menikmatinya.” Griselle berhenti dan mengambil minum, setelah minum dua teguk." Oh pantas..." Adriana dan Lily mengangguk-anggukkan kepalanya."Makanya saat kalian bilang enak, aku juga bingung awalnya. Tetapi tadi sama Heri memang rasanya menyenangkan, tapi hatiku nggak ingin melakukanya." Griselle mengingat kembali kejadian di kamar."Terus? Kamu tinggal pergi?" Kembali Adriana bertanya dan Griselle menganggukkan kepalanya sebagai tanda jawaban."Tubuhku memang menginginkannya tetapi aku sebenar berusaha untuk tetap sadar, hatiku benar-benar nolak. Makanya pas dia mau buka bungkus bawahanku, aku sadar dan teringat perkataan Lily sebelumnya untuk memegang kendali.”"Terus kok kamu bisa tahu ukurannya?" Tanya Lily penuh penasaran, Adriana juga menganggu

  • Cinta Itu Tidak Datang Tiba-Tiba   Lelucon

    Kain yang menutupi bagian bawahnya kini semakin basah, benda yang berada di balik kain itu tercetak dengan jelas. Tangan Heri dengan terampil bermain di area sensitifnya, Griselle menggigit bibirnya keras. Dia masih berusaha untuk mengembalikan kesadarannya.Tangan Heri mengait pinggiran kain segitiga berwarna kuning itu dan ciuman Heri mulai turun ke arah perutnya. Salah satu tangan Griselle segera menghentikan gerakan tangan Heri, ia menutup rapat kedua pahanya.Griselle menyingkirkan kepala Heri dari tubuhnya dan terduduk di atas tempat tidur. Nafas Griselle tersenggal-senggal, tanganya berusaha meraih kain penutup dadanya dan gaunnya."Sori, stop dulu Her." Kata Griselle sambil beranjak bangkit, tanpa menunggu persetujuan Heri. Griselle mengambil pakaian dan tasnya lalu menuju ke kamar mandi. Ia membersihkan bagian bawahnya, lalu memasukkan kain segitiga yang telah basah itu ke dalam kantong plastik, lalu Griselle mengeluarkan yang baru dari dalam tasnya, dan memakainya.Griselle

  • Cinta Itu Tidak Datang Tiba-Tiba   Rasa Yang Tidak Pernah Dirasakan

    Griselle kini hanya berdua dengan pria itu, Heri."Kenapa cerai?" Tanya Heri membuka pembicaraan."Yaaa...udah ga cocok aja. Kalau kamu?""Sama..nggak kesepian?""Nggak, hidupku ramai saja." Balas Griselle santai."Maksudku waktu berada di kamar. Biasa ada pasangan di samping, sekarang nggak ada.""Nggak juga, itu hanya kebiasaan. Seiring waktu juga terbiasa. Kenapa? Kamu merasa kesepian?"tanya Griselle sambil menatap ke arah wajah Heri. Griselle menyadari Heri mencoba menggiring perkataan ke arah lebih dalam.“Terkadang rasa sepi itu datang, apalagi kalau lagi pas sehabis mengurus proyek. Pulang kerja dalam kondisi fisik dan mental lelah tetapi nggak ada yang di ajak ngobrol di rumah." Jawab Heri dengan membalas menatap tajam ke arah Griselle.“Oh, tinggal sendiri? Orang tua dimana?”“Iya sendiri, orang tuaku di kota lain. Di kota ini hanya ada adik perempuanku yang sudah menikah.” Jawab Heri sambil menyebut salah satu kota, tempat orang tuanya tinggal."Sudah berapa lama cerai?" Tan

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status