Share

Cinta Itu Tercermin Pada Keindahannya nya

Sesampainya kami di Ayasofya, ketika kaki melangkah masuk ke dalam Ayasofya di sambutlah kami dengan megahnya kubah yang menjadi tonggaknya arsitektur dunia. Bangunanya terus menunjukkan keanggunan dan kesucian pada masa yang telah dilaluinya. Dari kubah ini mengajarkan kepada para pengunjung tentang melekatnya dua budaya di Turki yaitu, budaya Ottoman dan budaya Byzantium. Pada sisi kubah menunjukkan dua ornamen yang berbeda pada setiap sisi yaitu oranamen gereja dan ornamen yang kental dengan Islam. Karena sejarah fungsi dari tempat ini yang berubah-ubah. Pada awal pembangunan tempat ini adalah gereja yang bernama Magna Ecclesia yang berarti gereja besar. Lalu, pada saat Muhammad Alfatih menaklukkan kota Konstatinopel gereja itu beralih fungsi menjadi masjid yang bernama Hagia Sophia yang berarti kebijaksanaan yang suci. Pada saat itu Muhammad Alfatih memasukkan interior islam seperti kaligrafi, mimbar dan masih banyak lagi. Kemudian pada masa Mustafa Kemal Attaturk bangunan ini di modernisasi menjadi sebuah musium dan pada tahun 2020 tempat ini kembali beralih fungsi menjadi sebuah masjid yang megah. Ceritaku pada Syakira dan Iyah yang terlihat kagum pada setiap ornamen yang ada didalamnya.

“Wow Kakak tahu banyak ya, tentang Ayasofya ini,” cetus Syakira.

Iyah yang terlihat sangat senang berada ditempat ini sepertinya mulai mengingat sesuatu. Sepanjang aku bercerita tentang Ayasofya ia terus memegangi kepalanya.

“Are you okay?” tanyaku pada Iyah.

Ia tersenyum mengangguk kemudian,

“Kakak tahu cerita ini dari siapa?” tanya Iyah.

“Pasti tahu dari membaca lah,” sahut Syakira. Aku tersenyum mendengar mereka berdua dan ku akhiri dengan,

“Kakak tahu cerita ini semua bukan dari buku melainkan dari seseorang yang spesial, yang pernah hadir melukis senyum di wajah Kakak,” jelasku.

“Seseorang itu berarti benar-benar paham makna setiap bangunan ini ya, Kak?” tanya Syakira.

Aku tersenyum menjawab pertanyaan Syakira.

“Kakak tahu tidak? Kubah ini termasuk kubah terbesar di dunia. Karena, kubah ini bentang nya hingga sepanjang 180 kaki atau setara dengan 54 meter,” jelas Iyah.

“MasyaAllah.”teriak kejut Syakira.

“Kamu ini tour guide tapi tidak tahu jelas setiap tempat di Turki,” ketus Iyah 

“Aku ini tour guide khusus untuk dr.Keyla Kiyomi Kekira,” sahutnya.

Aku tersenyum mendengar perdebatan mereka yang seperti anak kecil.

“Kalau kita sudah sampai disini rasanya kurang kalau kita tidak shalat disini.ucapku.

Iya,kan?” lanjut ku.

“Iya, kacan,” jawab Syakira.

“Kalau gitu kita shalat dhuha disini, gimana?” saran ku.

“Setuju, Kak,” jawab mereka dengan serempak.

Kami pun bergegas mengambil air wudhu dan melaksanakan shalat dhuha di masjid Hagia Sophia.

Setelah selesai melaksanakan shalat dhuha, aku mengajak Iyah dan Syakira mencari makan.

“Kita cicipi kuliner disekitar sini yuk!” ajak ku.

“Kebetulan lapar nih, Kakak dokter,” keluh Iyah yang mulai kelaparan.

“Ya, sudah aku antar ke tempat makan yang spesial,” ujar Syakira.

Mencicipi jajanan Turki seperti ku mencicipi singgah di hati Savas. Rasanya membuatku terkesan dan tak mau berhenti memakannya. Setelah menikmati berbagai makanan Turki kita melanjutkan perjalanan menuju Blue Mosque atau Masjid Biru yang sangat megah. Banyak orang yang mengatakan kalau Blue Mosque ini Hagia Sophia, padahal keduanya berbeda.

“Kak ceritakan sejarah tentang Blue Mosque ini dong!!” pinta Syakira.

Kemudian aku masuk ke Blue Mosque dan menceritakan sejarah tentang masjid megah berwarna biru ini.

Masjid ini dibangun oleh kerajaan yang pada masanya mengalami kekalahan besar saat perang dengan Persia. Kemudian, Sultan Ahmed 1 membangun masjid megah untuk mengembalikan nama besar kerajaan Ottoman. Kemudian, berdirilah Sultan Ahmed Camii, masjid pertama kekaisaran Ottoman. Awalnya, Hagia Sophia dianggap sebagai masjid resmi milik kerajaan. Namun, ternyata masjid itu adalah masjid peninggalan kekaisaran Byzantium.

“Turki itu, indah ya, Kak,” ucap Iyah mengagumi setiap bangunan sejarah yang ada di Turki.

Turki itu indah, seperti indahnya cinta yang telah terbangun dengan beberapa mimpi yang tersangkut di Blue Mosque ini. Semua cerita yang telah Savas ceritakan padaku juga menjadi saksi kalau aku dan Savas pernah bersama.

“Terus, Kak? Ceritanya?” tanya Iyah mengejutkanku dari sibuknya pikiranku.

Sebelum aku melanjutkan cerita,aku bertanya pada mereka.

“Kalian tahu, siapa arsitek dari megahnya bangunan ini?” tanyaku.

“Memang, siapa, Kak?” tanya Syakira.

“Namanya, Sedefkar Mehmed Aga,” jawabku.

Kemudian ku lanjutkan ceritanya.

Masjid ini memiliki enam menara,enam kubah dan delapan kubah sekunder.

“Kalian bisa lihat sendiri, betapa indahnya masjid megah berbalut warna sejuk ini,” ucapku.

Masjid ini di sebut dengan Blue Mosque karena, langit-langitnya didominasi dengan warna biru. Ubin lantai kedua dari masjid ini juga berpola rumit buah-buahan, bunga-bunga dan cemara.Berbeda dengan lantai dasar yang memiliki ubin dengan pola yang sederhana.

“Kita ke lantai kedua, yuk!!” ajak Syakira.

Kami pergi kelantai kedua karena, aku sangat penasaran sudah lama tidak melihat indah dan megahnya lantai dua dari masjid ini.

Saat aku sampai di lantai kedua, terlihat begitu indah nya bangunan ini. Pantas saja Savas sangat menginginkan tema pernikahan kami seperti Blue Mosque. Dan sampai saat ini aku juga menginginkan hal yang sama. Tapi, aku hanya ingin bersanding dengan orang yang memiliki impian itu. Ingin ku berjalan berdua bersamamu, menelusuri indahnya Turki. Memperkuat hubungan cita kita dan memperbaiki bangunan cinta yang sudah kita susun dengan rapih dan indah, sebelum kau hancurkan. Aku menghela napas dan keluar dari masjid itu. Aku tak mampu melihat indahnya mimpi Savas yang terlukis jelas di setiap sudut masjid ini. Aku meninggalkan Syakira dan Iyah didalam. Kemudian, aku pergi ke Grand Bazaar, Istanbul yang dekat dengan Blue Mosque. Sebelum aku pergi ke pasar itu, aku mengirimkan pesan ke Iyah.

[Iyah, Kakak pergi ke Grand Bazaar yang dekat dengan Blue Mosque. Kalau Iyah dan Syakira mau ikut, Kakak tunggu didepan Blue Mosque. Sekarang!!!] pesan yang ku kirim pada Iyah.Tak lama kemudian mereka keluar dari Blue Mosque dan kami beranjak pergi ke Grand Bazaar. Grand Bazaar ini termasuk pasar tertua dan termegah di dunia. Pasar ini mirip dengan Khan el-Khalili, Kairo. Pasar ini berdiri sejak tahun 1455 pada zaman kekaisaran Ottoman dan bertahan sampai sekarang. Ini dunianya oleh-oleh Turki, walaupun pasar ini sudah tua tapi, pasar ini jauh dari kesan kumuh. Pasar ini malah terkesan eksotis dan megah. Tidak heran kalau pasar ini menjadi tujuan utama para wisatawan. Kalau sudah berada di pasar ini harus mencicipi Turkish Delight, makanan yang memiliki rasa manis ini. Terlalu banyak makanan yang enak dan terlalu indah oleh-oleh yang dijual disini. Aku memilih beberapa baju untuk Iyah. Karena, kebetulan baju Iyah kan banyak yang hilang waktu kecelakaan. Setelah puas berbelanja, alam memintaku untuk kembali ke hotel karena, matahari mulai terbenam.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status