November, bulan yang seharusnya menjadikan ku wanita paling bahagia didunia. Hari dalam bulan itu adalah hari spesial dalam sejarah hidupku. Hari pernikahanku dengan dr. Izzam, dress putih yang sudah tergantung di kamarku dan koper yang berisi pakaian telah tersusun rapih. Tapi, hari ini bukanlah hari terakhir namamu ada dalam sujud sepertiga malam ku. Rabbku juga tak akan melarang namamu tersebut oleh lisanku. Orang lain boleh menjadi imam ku tapi, orang lain tidak boleh menghentikan ku menyimpan mu dalam sepertiga malam ku.
Danita sangat antusias mempersiapkan pernikahanku hari ini. Aku memilih Danita untuk merias ku di hari spesial ini.Aku duduk di meja rias, depan kaca dan memandangi wajahku yang sudah penuh dengan riasan make up.“Happy wedding, sayang,” ucap Bunda memelukku dari belakang.“Are you ready, Keyla?” tanya Danita yang ikut memelukku.Aku berbalik arah dan tersenyum kepada mereka. Aku sudah berjanji pada diriku untukPerlahan dr. Izzam mencoba meraih tangan ku untuk bergandeng dengannya. Lalu, Zarrah memukul tangan Izzam dan membuatnya tersipu malu saat aku menoleh ke arahnya. Zarrah pun mengejeknya,“Hayoo!? Tangan Kakak nakal!” seru Zarrah meledek dr. Izzam.dr.Izzam hanya tersipu malu, kemudian Zarrah menyatukan tangan ku dengan tangan dr. Izzam dan tersenyum padaku. Aku menoleh saling menatap wajah dengan dr. Izzam. Diwajahnya tampak cinta yang begitu besar nan tulus. Namun, di mataku terlihat realita yang bertolak belakang dengan realita cinta yang dimiliki oleh dr. Izzam.“Mau minum?” tanya dr. Izzam menawarkan ku. Aku menggelengkan kepala menolak tawaran dr. Izzam.“Kamu kok kelihatan pucat?” tanya dr. Izzam padaku.Muka ku terlihat pucat karena kelelahan mencari Savas kemarin, aku sampai lalai dengan kesehatanku sendiri. Lalu aku meminta izin kepada dr. Izzam untuk ke toilet sebentar. dr. Izzam memanggil Zarrah untuk menemaniku
Kring..... Kring.....Suara alarm membangunkan ku tepat jam 03:00 pagi , sepertiga malam tempatku meluapkan segala rasa.Sepertiga malam adalah tempatku berduaan dengan kekasihku, al qur'an. Aku bisa menjadi seorang dokter itu semua karena Allah, yang telah mengizinkan ku menjadi bagian keluarga Allah. Dengan sebagian al qur'an yang melekat dalam ingatan.Waktu sebelum fajar tiba adalah waktuku untuk berusaha menjadi seorang hamba yang bertaqwa.Setelah fajar tiba, aku mulai bersiap untuk beraktivitas dengan pekerjaan yang aku cintai.“Nak, sarapan dulu yok!!” ajak Bunda.“Iya, Bun,” jawabku seraya ku duduk dan menyantap makanan yang sudah disiapkan oleh bunda tercinta.“Bun, aku pergi ya,” seraya ku bersalaman dan mencium bunda sebagai tanda sayangku.“Assalamu'alaikum,” ucapku yang kemudian pergi.“Wa'alaikumussalam,” jawab Bunda.Bunda terbiasa sendiri
“Dok!!!!” teriak perawat memanggilku.“Ada apa?” tanyaku.“Dok, ada pasien yang...,” ucapnya dengan terbata-bata. Aku pun bergegas ke ruangan tersebut.“Diruang ICU Dok!!” seru perawat itu.Ruang ICU“pasien baik-baik saja, Sus,” ucapku dengan lega.“Saya akan kabarkan kepada keluarganya, Dok,” ucap perawat itu padaku dan kemudian pergi.“Bapak, pasien sudah melewati masa kritisnya,” ucap suster pada keluarga pasien.“Boleh kami melihat?” tanya keluarga itu.“Silahkan, Pak!” ucap suster mempersilahkan keluarga untuk melihat kondisi pasien.“Pasien sudah mulai siuman, Pak. Tapi jangan terlalu lama di aja ngobrol ya, Pak!!!” ucapku pada keluarga pasien.“Saya tinggal ke ruangan dulu, Pak,” ucapku yang kemudian beranjak pergi meninggalkan ruangan.&ldquo
Setelah ku menyelesaikan pekerjaanku, aku Tiba-tiba kepikiran dengan keadaan Salman.“Aku check keadaan Salman dulu kali yak?” tanyaku dalam hati. Dan aku langsung pergi ke ruangannya.Tokk.. Tok....“Bisa saya masuk?” tanyaku dari luar ruangan.“Iya, Dok,” jawab Salman dari dalam.Aku pun masuk kedalam bersama Danita.“Bagaimana keadaan kamu?” tanyaku pada Salman.“Alhamdulillah, sudah baikan Dok,” jawabnya.“Saya check dulu ya,” ucapku.“Keadaan kamu mulai membaik tapi, kamu harus lanjutkan theraphy biar kaki kamu pulih kembali!!” ucapku padanya.“Iya, Dok. Apa besok saya bisa keluar dari rumah sakit ini, Dok?” tanyanya padaku.“Besok? insyaAllah besok kamu bisa pulang,” ucapku.Wajah Salman mulai berubah menjadi sedih dan murung.“Kenapa? kok jadi sedih gitu?” tanyak
“Nit, tolong kamu bantu aku ya,” pintaku pada Danita.“Kenapa, Key?” tanyanya.“Nanti jam 10:00 ada jadwal theraphy, tolong bantu aku ya,” jelasku pada Danita.“Oalahh.., iya nanti aku yang temenin kamu,” jawab Danita dengan tersenyum.“Ya udah aku duluan ya,” ucap Danita.“Iya..,” jawabku.“Dokkk!!!” panggil seseorang dari kejauhan.Aku pun menoleh dan ternyata Salman.“Udah disini aja? jadwal theraphy kamu kan jam 10:00 nanti,” ucapku dengan terkejut.“Iya, Dok. Aku mau ketemu sama Dokter,” ucapnya dan datang dua orang bapak dan ibunya Salman.“Ibu sama Bapak mau ketemu sama Dokter,” ucap Salman.“Ouwhh, iya di ruangan saya aja ngobrolnya yuk!! Pak, Bu,” ucapku pada orang tua Salman.Di ruang dr.Keyla Kiyomi Kekira“Silahkan! duduk Bu, Pak,” ucapku m
“Bun, aku pergi dulu ya,” ucapku pada bunda.“Iya Key, hati-hati!!” teriak bunda dari kamar tidur.Aku bergegas ke rumah Danita karena, aku pikir ini sudah terlambat sekali.“Assalamu'alaikum, Nit?” panggilku.“Wa'alaikumussalam, bentar Key!” teriaknya dari dalam.Tidak lama kemudian Danita keluar.“Kamu cantik amat Nit?Mau kemana?” ucapku meledek Danita.“Udah yuk!! nanti terlambat,” ajak Danita tersipu malu setelah ku puji.“Wkwkwk, Danita...Danita..,” bisik ku dengan tergeleng-geleng melihatnya yang salting.“Ayo Key!!” serunya.“Iya,” jawabku yang kemudian menyusulnya ke mobil.Di restaurant“Assalamu'alaikum,” salam ku pada Salman dan keluarganya.“Wa'alaikumussalam, silahkan duduk, dok,” ucap orang tua Salman.“Kenalkan Bu, Pak. In
“Gimana dinner semalam, Key?” tanya bunda padaku.“Alhamdulillah seru, Bun. Gak ada kendala juga,” jawabku dengan santai.“Baru kali ini kamu sampai diajak dinner bareng keluarga pasien. Ada apa Key?” tanya ayah ayang merasa curiga pada hubunganku dengan Salman.“Gak ada apa-apa, Yah. Keluarga Salman sampai begitu karena, waktu itu Salman kecelakaan karena kabur dari rumah. Dan dia sempat koma lalu Keyla sebagai dokter berhasil menyelamatkannya dengan izin Allah dan dia juga sering curhat ke Keyla lalu Keyla sarankan ke Salman untuk dekat dengan Allah. Keyla kasih buku tuntunan shalat biar Salman bisa belajar shalat. Makanya, orang tua Salman sampai seperti ini,” jawabku menjelaskan pada ayah dan bunda.“Keyla biasa aja, gak ada hubungan apa-apa dengan Salman,” jelas ku.“Kalau dia itu memang baik agama,nashob dan mampu menjaga kamu ya, gak apa-apa,” cletuk ayah.A
Siapa yang datang malam-malam begini? tanyaku dalam hati. Saat aku ingin mengambil baju tapi, ternyata bunda sudah siapkan baju untukku.“Baju ini? cuma nemuin tamu sebentar tapi, kenapa pakai baju sebagus ini?” gumam ku.“Key?” panggil bunda.“nanti turun sekalian bawa makanan yang sudah bunda siapkan di dapur ya!!” ucap Bunda.“Iya, Bun,” jawabku.Aku turun dan membawa makanan yang sudah disiapkan Bunda. Aku terkejut ternyata yang datang adalah dokter Izzam dan keluarganya.“Silahkan dinikmati!!” ujar ku pada orang tua dokter Izzam.“Key, duduk di samping ayah!” pinta bunda padaku. Aku pun duduk di samping ayah dan menyimak pembicaraan antara orang tuaku dan orang tua dokter Izzam.“Key,tadi ini nak Izzam sudah menelpon ayah. Ia meminta izin pada ayah untuk datang bersama keluarganya dengan maksud meminang mu,” ucap ayah.Ucapan ayah tadi membu