Pagi yang sejuk selalu ku nikmati setiap harinya Mengawali hari dengan sujud sepertiga malam Bermesraan dengan kekasihku, al qur'an Melanjutkan kegiatan yang membuatku lupa akan penat yang kurasa. Menolong banyak nyawa, Merasakan sedih yang mereka rasakan juga. Bahagia mereka menjadi bahagiaku juga. Pekerjaanku membuatku terlena oleh cinta seorang lelaki. Banyak orang menilai ku seorang dokter yang cantik hati dan fisik. "Pagi kakak dokter." sapaan yang banyak kudengar.setiap ku langkah kan kaki di R.S SYIFA'. Rumah sakit tempat ku bekerja, aku dikenal oleh banyak orang karena wajahku yang cantik dengan sentuhan lesung pipi yang kumiliki, wajah tirus serta mata sipit dengan kulit putih yang bersih. Dan aku dikenal seorang dokter yang selalu profesional tapi, tidak melupakan kewajibannya sebagai seorang muslimah. Hanya masalah cinta yang belum kutemui dengan tepat. Namun, sepertiga malam ku lah yang akan mencarikan yang tepat untukku.
Lihat lebih banyakKring..... Kring.....
Suara alarm membangunkan ku tepat jam 03:00 pagi , sepertiga malam tempatku meluapkan segala rasa.
Sepertiga malam adalah tempatku berduaan dengan kekasihku, al qur'an. Aku bisa menjadi seorang dokter itu semua karena Allah, yang telah mengizinkan ku menjadi bagian keluarga Allah. Dengan sebagian al qur'an yang melekat dalam ingatan.
Waktu sebelum fajar tiba adalah waktuku untuk berusaha menjadi seorang hamba yang bertaqwa.
Setelah fajar tiba, aku mulai bersiap untuk beraktivitas dengan pekerjaan yang aku cintai.
“Nak, sarapan dulu yok!!” ajak Bunda.
“Iya, Bun,” jawabku seraya ku duduk dan menyantap makanan yang sudah disiapkan oleh bunda tercinta.
“Bun, aku pergi ya,” seraya ku bersalaman dan mencium bunda sebagai tanda sayangku.
“Assalamu'alaikum,” ucapku yang kemudian pergi.
“Wa'alaikumussalam,” jawab Bunda.
Bunda terbiasa sendiri di rumah karena, Ayah pun masih bekerja. Ayahku seorang guru agama, sesuai dengan kepribadian Ayahku. Seorang yang selalu mementingkan agama dari dunia.Sesampai ku di rumah sakit,
“Selamat pagi, Kakak dokter,” sapa beberapa perawat dan pasien yang kulalui.
“Pagi,,” jawabku dengan senyum.
“Gimana keadaannya, Bu?” tanyaku pada salah satu pasien.
“Udah mendingan, Dok, ” jawabnya.
“Dokter, Dokter itu cantik, shalihah, baik, dan ramah,” ucap pasien padaku
“Jangan terlalu berlebihan, Bu. Kalau Ibu tau sedikit kesalahan saya nanti Ibu jadi benci sama saya,” ucapku pada pasien itu.
Pasien itu pun tersenyum seraya berucap, “Gak lah Dok, semua orang pasti punya kelebihan dan kekurangannya masing-masing,” ucapnya sambil tersenyum.
“Iya, Bu,” jawabku.
“Dokter udah ada pacar? atau tunangan?” tanyanya padaku.
“Belum Bu, saya belum memikirkan hal itu,” jawabku sambil tersenyum.
“Maaf, Bu saya harus mengurus pasien yang lain,” pamit ku seraya beranjak pergi, agar tidak berlanjut lebih dalam lagi.
Pertanyaan itu sering kudengar, tapi aku pun belum ingin memikirkan tentang hal itu.
“Dok, ada pasien darurat di UGD!” ucap suster padaku.
Aku pun bergegas melanjutkan pekerjaanku.
“Pasien kecelakaan, Dok!” ucap Suster padaku.
Setelah ku tangani, ternyata pasien itu membutuhkan banyak darah dan ada masalah di kaki nya karena benturan.
“Sudah dihubungi keluarga pasien?” tanyaku pada Suster.
“Sudah, Dok,” jawabnya.
Tak lama kemudian,
“Dok, bagaimana keadaan Adik saya?” tanya keluarga pasien itu, yang ternyata adalah kakak dari pasien.
“Bisa ke ruangan saya?!” ucapku padanya.
Di ruangan dr.Akeyla Kiyomi Kekira, Sp. B
“Bagaimana keadaan Adik saya, Dok?” tanyanya dengan panik.
“Adik Bapak, membutuhkan banyak darah dengan golongan O, yang kebetulan sedang tidak ada stok untuk golongan darah tersebut. Dan ada masalah di kaki nya yang mengalami cedera cukup serius,” jelas ku pada keluarga pasien.
“Dimana saya bisa menemukan golongan darah tersebut, Dok?” tanya nya dengan sangat khawatir.
“Bapak, tenang dulu. Rumah sakit telah mencarikan pendonor untuk Adik Bapak,” ucapku menenangkan bapak itu
“Nanti akan saya kabari jika sudah ada pendonor untuk Adik Bapak,” ucapku.
“Lakukan yang terbaik ya, Dok!!” ucapnya.
Aku selalu berusaha memberikan yang terbaik untuk pasienku. Walau begitu, aku pernah gagal menyelamatkan nyawa pasien ku. Bukan hanya keluarga yang merasakan terpukul, aku pun merasakan hal yang sama. Karena itu aku harus bisa melakukan yang terbaik untuk semua pasien karena, aku gak mau mengecewakan diriku.
Jam istirahat
“Dok, makan bareng yok!!” ajak dr.Izzam Adelart Dareen atau dikenal dengan dokter Izzam.
Banyak orang yang menjodohkan ku dengannya, karena ia tampan, baik, ramah, shalih dan menyukai kesederhanaan.
“Bareng dokter yang lainnya” ucapnya untuk membujuk ku.
“Iya, Dok. Nanti saya menyusul,” jawabku
“Ya udah, ditunggu ya Dok,” ucapnya yang kemudian pergi.
Aku sedang menunggu Danita Ayunindya, dia seorang perawat sekaligus sahabat aku.
“Kyomi!!” suara yang memanggilku dari kejauhan.
“Seperti ada yang memanggil?” ucapku dalam hati. Aku pun menoleh kebelakang. Ternyata, Danita ia melambaikan tangan agar aku menghampirinya. Aku pun menghampirinya.
“Ke caffe rumah sakit yok!! ” ajakku.
“Baru aja aku mau ngajakin kamu kesana, soalnya tadi yang lain ngajakin kesana,” ucap Danita.
“Ya udah, langsung yok!!! keburu jam istirahat habis,” ucapku yang kemudian kami berjalan menuju caffe
“Kamu udah dari tadi?” tanya Danita.
“Enggak, baru 10 menit aku nunggu kamu,” ucapku sambil berjalan.
“Siapa yang ngajak kamu tadi?” tanya Danita dengan sedikit penasaran dan memastikan tebakan nya.
“Dokter Izzam,” jawabku yang kemudian berjalan agak memberi jarak. Karena, aku tau kalau Danita bakal ngomong yang enggak enggak.
“Tuh kan, dokter Izzam tu ada rasa sama kamu Kyomi,” ucap Danita agak geram denganku karena, dia begitu yakin kalau dokter Izzam ada rasa untukku. Dan aku menganggapnya itu hal yang biasa.
“Udahlah! itu mah biasa, Nit,” ucapku dengan ragu.
“Tuh kan, kamu aja ragu dengan sikap dokter Izzam, Iyakan?” tanyanya yang kemudian menyusul langkahku.
“Ssstt, udah!!! jangan dibahas lagi!” ucapku menghentikan pembahasan.
“Hmmm, ya udah kalau kamu gak percaya,” ucap Danita yang kemudian meninggalkanku dan duduk bersama yang lainnya.
Di caffe
“Dok, ada pasien yang membutuhkan golongan darah O,” ucapku kepada yang lain, agar yang lain bisa membantu mencarikan golongan darah tersebut.
Sepertinya, ada golongan darah O dirumah sakit DAWAA', nanti coba saya konfirmasikan ke rumah sakitnya," jelas dokter Anathari yang langsung memberi konfirmasi ke rumah sakit DAWAA'.
“Teman-teman, InsyaAllah lusa aku mengadakan resepsi pernikahan. Aku minta kalian datang ya!!” ucap dokter Devi. Kami pun terkejut mendengar kabar gembira itu.
“Wow.., Selamat ya,” ucap dokter Anathari.
“Selamat ya, Dok,” ucapku.
“Setelah dokter Devi, dokter Izzam,” ucap Danita sambil merayu dan mengejek dengan niat bercanda.
“Masalah itu bisa diatur kalau jodoh sudah mengiyakan,” ucap dokter Izzam yang tertuju padaku
Aku pun beranjak pergi,
“Saya pergi dulu ya Dok, masih ada banyak pasien yang harus diurus.” ucapku tuk menghindari pembicaraan lebih lanjut lagi.
“Dok, nanti saya kabari kalau sudah tersedia golongan darahnya”ucap dokter Anathari.
“Baik, Dok” ucapku yang kemudian pergi.
Kemudian Danita pun menyusulku,
“Tuh kan, bener tadi dokter Izzam itu tertuju sama kamu dan terus mencuri pandangan waktu kamu ngobrol. Udah, jangan difikirin!” ucap Danita dengan mengejekku dan pergi begitu saja.
Di ruangan consult
“Dok, darah yang dibutuhkan sudah ada,” ucap perawat yang membuatku terkejut dari lamunan.
“Iya, saya datang,” ucapku yang bergegas ke ruang pasien.
“Gimana, Dok?” tanya keluarga.
“Kondisinya membaik Pak tapi, kakinya mengalami kelumpuhan sementara,” ucapku.
Keluarga syok mendengarkan penjelasan ku.
“Jangan khawatir Pak, hanya lumpuh sementara nanti pasien bisa pulih berjalan kembali,” ucapku menenangkan nya.
“Saya tinggal dulu ya, Pak,” ucapku.
“Terimakasih ya, Dok,” ucapnya.
Aku kembali keruangan dan menelpon Bunda.
“Assalamu'alaikum, Bun Keyla pulang terlambat, Bun. Soalnya ada pasien yang dirawat Di UGD,” ucapku.
[“Wa'alaikumussalam, iya Key, jangan lupa makan ya Key!!!”] ucap Bunda.
“Iya Bun, ya udah Keyla tutup dulu telponnya ya Bun. Assalamu'alaikum,”ucapku.
[“Wa'alaikumussalam,”] jawab Bunda.
Perlahan dr. Izzam mencoba meraih tangan ku untuk bergandeng dengannya. Lalu, Zarrah memukul tangan Izzam dan membuatnya tersipu malu saat aku menoleh ke arahnya. Zarrah pun mengejeknya,“Hayoo!? Tangan Kakak nakal!” seru Zarrah meledek dr. Izzam.dr.Izzam hanya tersipu malu, kemudian Zarrah menyatukan tangan ku dengan tangan dr. Izzam dan tersenyum padaku. Aku menoleh saling menatap wajah dengan dr. Izzam. Diwajahnya tampak cinta yang begitu besar nan tulus. Namun, di mataku terlihat realita yang bertolak belakang dengan realita cinta yang dimiliki oleh dr. Izzam.“Mau minum?” tanya dr. Izzam menawarkan ku. Aku menggelengkan kepala menolak tawaran dr. Izzam.“Kamu kok kelihatan pucat?” tanya dr. Izzam padaku.Muka ku terlihat pucat karena kelelahan mencari Savas kemarin, aku sampai lalai dengan kesehatanku sendiri. Lalu aku meminta izin kepada dr. Izzam untuk ke toilet sebentar. dr. Izzam memanggil Zarrah untuk menemaniku
November, bulan yang seharusnya menjadikan ku wanita paling bahagia didunia. Hari dalam bulan itu adalah hari spesial dalam sejarah hidupku. Hari pernikahanku dengan dr. Izzam, dress putih yang sudah tergantung di kamarku dan koper yang berisi pakaian telah tersusun rapih. Tapi, hari ini bukanlah hari terakhir namamu ada dalam sujud sepertiga malam ku. Rabbku juga tak akan melarang namamu tersebut oleh lisanku. Orang lain boleh menjadi imam ku tapi, orang lain tidak boleh menghentikan ku menyimpan mu dalam sepertiga malam ku.Danita sangat antusias mempersiapkan pernikahanku hari ini. Aku memilih Danita untuk merias ku di hari spesial ini.Aku duduk di meja rias, depan kaca dan memandangi wajahku yang sudah penuh dengan riasan make up.“Happy wedding, sayang,” ucap Bunda memelukku dari belakang.“Are you ready, Keyla?” tanya Danita yang ikut memelukku.Aku berbalik arah dan tersenyum kepada mereka. Aku sudah berjanji pada diriku untuk
"Assalamu'alaikum,” panggil seseorang dari depan pintu rumahku.“Wa'alaikumussalam?” jawab Ayah.Mendengar suara itu, aku bergegas membuka pintu dan ternyata sesuatu dengan harapan.“Masuk, Pak!” ucapku mempersilahkan tukang paket masuk.Akhirnya tukang paket itu datang ke rumah.“Ada apa ya, Dok?” tanya tukang paket.“Bapak mengantar paket untuk saya tadi pagi, kan?” tanyaku.“Iya, Dok,” jawabnya.“Bapak tahu siapa pengirim paket itu?” tanyaku lagi.“Wahhh.., saya gak tahu, Dok. Dipaket gak tertera nama pengirim,” jelasnya.“Ada masalah dengan paketnya, Dok?” tanyanya cemas terjadi kesalahan.“Bukan, Pak. Tapi, saya butuh nama pengirimnya,” jelas ku.“Maaf, Dok. Saya gak tahu,” tegasnya.“Ya sudah, terimakasih ya, Mbak,” ucapku.Dan tukang paket itu langsung pergi meninggalkan
"Assalamu'alaikum!! Permisi!!” teriakku dari pagar rumah di alamat yang diberikan Savas.Berharap ada yang menjawab dari dalam rumah tapi,“Mbaknya, cari siapa ya?” tanya tetangga yang lewat.“Penghuni rumah ini kemana ya, Bu?” tanyaku.“Rumah ini kosong, Mbak. Orangnya pindah sekitar tiga tahun yang lalu,” jawab Ibu itu.“Eumm, Ibu tahu pindahnya kemana?” tanyaku.“Kurang tahu jelasnya, Mbak,” jawabnya.“Coba mbaknya ke alamat ini!” ujar Ibu itu dengan memberikan alamat rumah Savas.Setelah Ibu itu menuliskan alamat rumahnya aku langsung pergi,“Terimakasih ya, Bu,” ucapku.“Iya, Mbak. Saya tinggal duluan ya, Mbak,” ucapnya.Aku langsung beranjak ke alamat rumah yang di tuliskan oleh Ibu itu.Namun, saat aku mengunjungi rumah itu hanya ada satpam yang berdiri didepan gerbang rumah.“Permisi, Pak,” ucapku.
"Kita ngeteh dulu, yuk!” ajak Umma saat mengantar Zarrah ke hotel penginapan dr. Izzam.“Iya, Umma. Kiyomi langsung pulang ke hotel Kiyomi aja,” tolak ku dengan canggung.“Ya udah, take care ya, Sayang,” ucap Umma.Jawabku dengan tersenyum dan,“Salam aja sama Ayah, dan orang tua Kiyomi ya, Umma,” pesanku.“Iya, nanti Umma sampaikan,” jawab Umma.Aku langsung kembali ke hotel. Saat aku sampai di depan hotel,“Kacan!!” teriak seseorang yang memanggilku. Sepertinya Syakira, pikirku dan tanpa berpikir panjang lagi aku menoleh kebelakang dan melihat Syakira yang berlari ke arahku.“Kacan, I yah pergi ke In do ne sia,” ucap Syakira terengah-engah setelah berlari-lari tadi.“Pergi?! Ke Indonesia?!” teriakku terkejut.Aku langsung berlari menuju kamar hotel melihat barang-barang Iyah. Aku memeriksa almari Iyah ternyata, barang-barang dan pakaian Iyah m
Lunch sederhana tapi, tak biasa. Dua keluarga yang terlihat sangat bahagia. Aku jadi tak sanggup menghancurkan suasana bahagia ini dengan wajah sedih ku ini. Aku mencoba tersenyum dan menghampiri meja makan keluarga.“Masyaallah datang juga calon mantu, Umma,” ucap Umma menyambut kedatanganku.Dan tawa bahagia yang ditunjukkan oleh keluarga untuk menyambut kedatanganku.“Ayo sayang, kemari!! Duduk di samping Bunda,” ujar Bunda padaku setelah aku bersalaman pada orang tua dr. Izzam.Dan tak lama kemudian Zarrah pun muncul dan,“Assalamu'alaikum,” ucap Zarrah.“Wa'alaikumussalam,” jawab serempak keluarga.“Cantik sekali Kakak aku,“ puji Zarrah padaku.Aku hanya tersenyum dan menjawab,“Zarrah juga cantik,” balik ku memuji Zarrah yang memang sangat cantik nan anggun.“Zarrah sudah lama di Istanbul sejak Zarrah pulang waktu kakak lamaran,“ ucap Zarrah pad
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Komen