Home / Romansa / Cinta Kedua Kami / Bab. 5 Rencana Dijalankan

Share

Bab. 5 Rencana Dijalankan

Author: Ambar_rawa
last update Huling Na-update: 2024-10-11 13:04:40

Senin adalah hari yang paling sibuk. Setelah kemarin libur, hari ini orang-orang sudah mulai beraktivitas untuk mengumpulkan pundi-pundi rupiah.

Ajeng sedang menggoreng telur setelah selesai membuat nasi goreng untuk sarapan pagi ini.

Kemarin, sebelum pulang, dia sempat membeli seperempat kilogram telur untuk sarapan karena belum sempat berbelanja.

Ajeng mendapat giliran masuk malam selama seminggu ini. Harusnya dia bisa sedikit santai, tapi tidak bagi Ajeng. Banyak hal yang harus ia lakukan hari ini.

"Dek, Mas berangkat dulu, ya?" Setelah menyelesaikan sarapan, Ardi segera bersiap berangkat kerja.

Ajeng mencium tangan suaminya, kemudian Ardi mendekati Kai, mencium pipi gembul anaknya. "Hati-hati, Mas," ujar Ajeng melepas kepergian suaminya.

Setelah menyelesaikan pekerjaan rumah, Ajeng bersiap untuk menemui petugas tempat ia menggadaikan ATM-nya.

Dia akan mengambil sisa gajinya sekaligus mengambil kembali kartu ATM karena hari ini adalah setoran terakhir dari jangka waktu yang diambilnya.

Setahun yang lalu, mereka menggadaikan ATM Ajeng sebesar tiga juta rupiah untuk membeli mesin cuci dan kulkas.

Ajeng tidak membawa Kaisar karena khawatir anaknya yang lucu itu akan bosan.

"Bu, Ajeng jalan dulu, ya. Mau ngambil gaji sekalian belanja. Titip Kai sebentar ya, Bu?" Ajeng berpamitan pada ibu mertuanya.

"Iya, hati-hati. Kai biar Ibu yang jaga," jawab ibu mertuanya.

Ajeng keluar dari rumah. Hal pertama yang ia lakukan adalah mendatangi tempat pegadaian.

Ia menerima gaji sebesar 2,3 juta rupiah yang dipotong angsuran terakhir sebesar 330 ribu, jadi masih tersisa 1.970.000 rupiah.

Lumayan, pikirnya.

Setelah mendapatkan uang, kartu ATM, dan surat-surat lainnya, Ajeng bergegas pergi ke toko emas untuk menjual perhiasannya.

Gelang dan kalungnya laku terjual seharga 8,5 juta rupiah.

Ajeng membawa total uang sebesar 12.470.000 rupiah dan menuju salah satu bank swasta untuk menabung uangnya menggunakan rekening sang mama.

Setahun yang lalu, sebelum menggadaikan ATM-nya, Ajeng memindahkan tabungannya ke dalam rekening mamanya.

Tabungan itu ia kumpulkan dari sisa gajinya untuk biaya pendidikan Kaisar kelak. Selama tiga tahun, Ajeng rutin menyisihkan uangnya.

Setelah semua uang masuk ke tabungan, Ajeng hanya menyisakan 1.200.000 rupiah untuk membeli kebutuhan dan uang bensin.

Ia sengaja hanya belanja sedikit dan tidak membayar angsuran rumah. Saat pulang, hari sudah sangat siang.

"Kok belanjanya sedikit banget, Jeng?" Bu Narsih merasa tidak biasanya menantunya belanja kebutuhan sesedikit ini.

"Kata Mas Ardi harus hemat, Bu, jadi Ajeng sengaja belanja sedikit," jawab Ajeng.

Setelah membereskan belanjaan, Ajeng berlalu ke kamar.

Di dalam kamar, Ajeng menghubungi Tio.

Tio: "Halo, siapa ini?"

Ajeng: "Halo, Mas Tio, ini Ajeng. Bisa bicara sebentar, nggak, Mas?"

Tio: "Oh, Ajeng. Ada apa, Jeng? Nyari Ardi, ya? Ardi-nya nggak ada. Dia tadi dicari Pak Handoko. Kalau ada pesan, nanti aku sampaikan."

Ajeng: "Ajeng ada perlu sama Mas Tio, tapi jangan bilang Mas Ardi kalau Ajeng hubungi Mas Tio, ya. Penting banget soalnya."

Tio: "Ada apa sih, Jeng? Bikin penasaran aja."

Ajeng: "Mas, bener nggak sih kalau Mas Ardi lagi dekat sama karyawan baru shift pagi ini, yang janda itu... siapa namanya, Mas?"

Tio: "Hmm..." (terdengar helaan napas dalam dari Tio). "Iya, Jeng. Bukannya aku mau ikut campur rumah tanggamu, ya, tapi aku cuma mau peringatkan kamu. Kamu awasin suamimu sebelum semuanya terlambat. Namanya Dian Novitasari, panggilannya Dian. Dia kos di sini, aslinya dari mana aku nggak tahu."

Ajeng: "Sudah berapa lama mereka dekat, Mas?"

Tio: "Dua bulan kayaknya, tapi aku nggak tahu pastinya."

Ajeng: "Sabtu kemarin lembur sampai jam berapa, Mas?"

Tio: "Jam 15.00 deh. Emang kenapa?"

Ajeng: "Nggak apa-apa, Mas, cuma nanya. Makasih ya, Mas. Jangan bilang Mas Ardi kalau Ajeng nanya-nanya, ya?"

Tio: "Iya, Jeng. Tenang aja. Kalau ada info, nanti aku kabari. Aku save nomor kamu, ya?"

Ajeng: "Iya, Mas, save aja. Makasih, Mas. Ajeng tutup dulu, ya."

Ajeng kembali mengingat Sabtu kemarin, saat Ardi pulang jam 21.00. Berarti, Ardi menghabiskan waktu dengan wanita itu.

Tanda merah di dada Ardi menjelaskan apa yang mereka lakukan.

****

Ardi di dalam pabrik gelisah karena tidak menemukan Dian. Sepertinya, wanita itu tidak bekerja dan masih sakit.

Ia berencana untuk menghubungi Dian saat istirahat. Ardi sibuk dengan pekerjaannya hari ini. Hari Senin benar-benar melelahkan.

Tepat saat jam istirahat, Ardi buru-buru menelepon Dian.

Dian: "Halo, Sayang."

Ardi: "Hai, Yang. Kenapa kamu nggak masuk? Masih pusing, ya?"

Dian: "Iya, Sayang, aku masih pusing. Tadi habis periksa dan minum obat. Sekarang mau istirahat. Kamu juga lagi istirahat, ya?"

Ardi: "Iya, Di. Ya sudah, kamu istirahat saja. Aku juga mau makan dulu. Nanti pulang kerja aku sempatkan ke tempatmu."

Dian: "Oke, Sayang. Selamat makan, ya. Aku tidur dulu. Muaaah."

Panggilan telepon berakhir. Ardi tiba di kantin dan memesan makanan. Ia duduk di dekat Tio, yang hanya memperhatikannya.

Dian tersenyum bahagia memikirkan langkah-langkah yang akan dia ambil untuk membuat Ardi menjadi miliknya.

Kecurigaannya terhadap gejala yang dialami ternyata benar.

Hal ini harus dia manfaatkan untuk segera menjerat Ardi agar mau menikahinya dan menceraikan istrinya.

Jika Ardi masih saja beralasan, terpaksa dia harus bertindak sendiri.

Siang nanti, ketika Ardi datang, dia berniat memberitahukan keadaannya pada kekasihnya itu.

Mimpinya untuk menikah dengan Ardi, lelaki tampan dan mapan, akan segera terwujud. Dian adalah seorang janda beranak satu. Anaknya tinggal di kampung bersama orang tuanya.

Mantan suaminya yang hanya bekerja sebagai buruh tani membuat hidup mereka serba kekurangan, dan Dian memutuskan untuk bercerai.

Dia pergi ke kota bersama temannya yang lebih dulu tinggal di sana, ikut mencari pekerjaan di kota yang sama.

"Aku harus segera menjalankan rencanaku untuk mendapatkan Mas Ardi, biar aku tidak kos terus dan bisa segera membawa Risa kemari," batin Dian.

Sore harinya, Ardi benar-benar mampir ke kosan Dian untuk memastikan wanita itu baik-baik saja.

Dian, yang mendengar suara motor Ardi, langsung membuka pintu kosnya dengan berbinar.

"Sayang, aku kangen banget!"

Dian menyambut kedatangan kekasihnya dengan nada manja dan bergelayut mesra di lengan Ardi. Mereka masuk ke kamar kos tersebut.

"Gimana keadaanmu, Sayang? Udah mendingan belum? Tadi apa kata dokter?"

"Aku baik, Yang. Sakitku ini cuma kalau pagi aja. Kalau sudah agak siang, sudah sembuh."

Ardi menyipitkan matanya, heran. "Aneh banget sih, sakit apaan itu? Emang ada sakit kalau cuma pagi hari?"

"Syukur deh. Ini aku beliin bakso, dimakan dulu mumpung masih hangat." Ardi memberikan bungkusan bakso pada Dian.

"Makasih, Sayangku. Perhatian banget sih kamu. Jadi makin cinta deh," jawab Dian dengan nada centil yang menggoda.

Dian makan bakso yang dibelikan Ardi dengan lahap. Setelah itu, dia memberitahu apa yang sebenarnya terjadi padanya akhir-akhir ini.

Dia menyerahkan hasil pemeriksaan dokter tadi siang, di mana tertulis bahwa ia sedang hamil empat minggu.

Kenyataan ini akan mengubah seluruh kehidupan Ardi, membuatnya harus memilihโ€”pilihan yang sangat sulit dan menentukan bagaimana kehidupannya ke depan.

___________________________

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Cinta Kedua Kamiย ย ย Bab. 64

    Kehamilan Ajeng mengalami fase sulit hanya sampai diusia empat bulan, dia hampir memuntahkan semua makanan yang masuk ke dalam perutnya.Usia dimana harusnya dia makan dengan baik dan bergizi harus tergantikan dengan cairan infus yang tertancap dipergelangan tangannya.Ya, Ajeng menjadi pasien hilir mudik dirumah sakit. Bagaimana tidak hilir mudik? kalau selama empat bulan di hanya tidur dirumah selama tiga Minggu saja.Dan setelah empat bulan yang menguras energi itu, akhirnya Ajeng bisa menelan semua makanan. Sehingga semua nutrisi untuknya dan anak dalam kandungannya terpenuhi.Hanya saja, pr untuknya adalah menaikkan berat badannya dan bayinya. Karena hasil USG terakhir mengatakan jika berat badan bayi dalam kandungannya kurang.Tugas Allard yang harus cerewet meminta istrinya untuk terus mengunyah. Dan hampir bisa dipastikan mulut Ajeng tidak berhenti bergerak, karena sang suami yang sebentar sebentar menyuapinya dengan banyak makanan."Sudah Mas, aku capek.." Ucap Ajeng yang ent

  • Cinta Kedua Kamiย ย ย Bab. 63

    Akhir pekan sudah tiba, saat ini Allard dan Ajeng sedang bersiap untuk mengunjungi Mansion mereka, hadiah dari sang nenek. Mereka akan berkumpul disana nantinya, dan kesempatan itu akan dipergunakan Allard untuk memberikan berita bahagia itu untuk keluarganya. Hanya membutuhkan waktu sekitar sepuluh menit untuk sampai disana. Allard segera menyiapkan pesta kejutan untuk keluarganya, mumpung semua keluarganya belum sampai. Dibantu beberapa Maid dan Kaisar, Allard menyiapkan pesta barbeque di halaman Mansion yang cukup luas. Satu jam kemudian Daddy, Mommy, Grany dan adiknya sudah tiba di Mansion. "Wah Al, kamu menyiapkan barbeque? spesial sekali?." Tanya Daddy William. "Yes Dad, kita akan berkumpul disini malam nanti." Ucap Allard. "Ayo Daddy bantu kalau begitu." Ucap Daddy William. " Opa, bantu Kai saja, Kai capek dari tadi nggak berhenti berhenti." Ucap Kaisar. " Memangnya Kai ngapain harus dibantu Opa?." "Ini, potong potongi kertas." "Kertas? untuk apa?." " Membuat tulis

  • Cinta Kedua Kamiย ย ย Bab 62

    Perbedaan waktu antara Indonesia dan Jerman membuat Ajeng harus bisa melihat sekiranya dia bisa menghubungi keluarganya.Ajeng segera mengambil ponselnya saat dirasa orang tuanya sedang memiliki waktu luang.Tut..Tut..Tut..["Hallo, Asalamualaikum."] Ucap Bu Maya, mamanya Ajeng diujung telpon sana." Wa'alaikumsalam, Mama." Ucap Ajeng.["Ajeng sayang, ada apa nak, kalian baik baik saja kan?."] Bu Maya."Alhamdulillah kami semua baik Mah, Mama dan Ayah apa kabar?." Tanya Ajeng.["Mama dan Ayah baik sayang, kalian kapan ke Indonesia?"] Bu Maya." Mas Al, sibuk Mah, banyak hal yang harus beliau lakukan, jadi mungkin agak lama kami bisa ke Indonesia. Oh ya Mah, Ajeng mau ngasih kabar, saat ini Ajeng sedang hamil, minta doanya Mama dan Ayah, semoga Ajeng dan dedek utun diberi kesehatan, dan nanti bisa lahir dengan selamat dan sehat ya Mah." Ucap Ajeng.[" Massa Allah, Alhamdulillah, selamat sayang, tentu Mama dan Ayah doakan yang terbaik untuk anak dan calon cucu Mama. Dijaga ya sayang kan

  • Cinta Kedua Kamiย ย ย Bab.61

    Allard dan Ajeng sudah meninggalkan rumah sakit, mereka jadinya tidak menuju apotek, tapi malah ke mobil, mereka meminta Theo untuk mengambil obat. Ajeng dan Allard menunggu di mobil dengan membawa makanan ringan dan minuman selama menunggu Theo. Setelah sampai dirumah, mereka disambut teriakan Kaisar yang tidak sabaran menunggu sejak tadi. "Mama, Papa!! bagaimana keadaan Mama? Mama sudah tidak sakit lagi kan?." Tanya Kaisar. " Hati hati Kai.. Jangan minta gendong Mama, sini biar Papa saja yang gendong, sekarang Kaisar harus bantuin Papa untuk menjaga Mama, karena didalam perut Mama ada adeknya Kaisar, bagaimana mau kan?." Tanya Allard pada Kaisar. "Benarkah Pah? ada adek Kai di perut Mama?." " Iya." " Yee.. Kai akan jagain Mama Pah, tenang saja." Ucap Kaisar. Para Maid yang mendengar pun segera mendekat dan memberi selamat untuk pasangan berbahagia itu. " Selamat Tuan, Herrin, semoga sehat ibu dan bayinya." Ucap Mereka serempak. " Terimakasih, untuk kalian semua, s

  • Cinta Kedua Kamiย ย ย Bab.60 Hamil

    " Benarkah? kamu tidak bercanda kan Ray?." Tanya Allard." Ngapain bercanda Al, tapi sebaiknya segera kamu periksakan ke Dokter kandungan untuk lebih jelasnya, kamu tau kan kalau aku hanya Dokter umum?." Ucap Raymond.Allard menoleh pada Theo yang masih ada diruangan itu."Theo, segera siapkan mobil, kita kerumah sakit sekarang!." Ucap Allard pada Theo."Baik Tuan."Theo segera pergi ke garasi untuk melaksanakan perintah sang Tuan."Bu Mirna, tolong jaga Kaisar, saya akan bawa Ajeng kerumah sakit." Ucap Allard pada salah satu Maid kepercayaannya."Baik Tuan." Ucap Bu Mirna.Dua puluh menit kemudian, mobil yang ditumpangi Allard sudah sampai di UGD rumah sakit.Allard memang sengaja membeli rumah yang dekat dengan pusat perbelanjaan, sekolah dan rumah sakit, itu dia lakukan untuk memfasilitasi keluarganya.Sekitar setengah jam setelah Ajeng diperiksa oleh seorang Dokter, keluar lah Dokter wanita yang tadi memeriksa Ajeng.Allard yang melihat itu, segera berjalan mendekat."Bagaimana kea

  • Cinta Kedua Kamiย ย ย Bab. 59 Apa yang harus Aku lakukan?

    Siang itu, Rania segera dimakamkan. Kepergian Rania diantar oleh orang tua dan tetangga tetangga rumah Ardi. Setelah tujuh hari kepergian Rania, Ardi bersiap untuk pergi ke pabrik tempatnya bekerja dulu, dia berniat untuk melamar kerja disana lagi. "Mas, mau kemana kok sudah rapi?." Tanya Dian. " Ke pabrik, mau melamar kerja disana lagi." Ucap Ardi. "Kok ke pabrik lagi sih Mas, kan aku sudah bilang, lebih baik bantu aku membuat ide ide konten, dari ngonten kita bisa melunasi rumah, dan aku sedang menabung untuk bisa membeli mobil lho." Ucap Dian. Memang Dian sedang menabung untuk bisa membeli mobil, hasil ngonten memang se menjanjikan itu. "Mau ngonten apa lagi? sedangkan Rania sudah pergi?." Ucap Ardi. "Makanya bantu aku mikir Mas, aku juga lagi nyari nyari ide!." Ucap Dian. "Aku nggak pernah ngerti soal hal hal kayak gitu Di, yang aku tau hanya kerja. Jadi lebih baik aku nyari kerja saja." Ucap Ardi. Ardi pergi meninggalkan rumah, kemarin dia sudah menyiapkan berkas berkas

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status