LOGINVanesa menatap pintu UGD sambil menangis....Davina telah meninggal.Dia meninggal pada hari putrinya lahir.Anak itu masih berada di inkubator dan tidak menyadari bahwa ibunya telah meninggal dunia.Seolah merasakan kepergian ibunya, anak itu mengalami demam tinggi malam itu.NICU menyatakan pasien kritis.Vanesa, mengabaikan rasa sedihnya, bergegas ke NICU untuk menandatangani sejumlah formulir persetujuan resusitasi.Kondisi putri Davina tidak stabil sampai dini hari.Saraf dan emosi Vanesa tetap tegang.Davina tidak memiliki keluarga yang tersisa, jadi jenazahnya disimpan sementara di kamar mayat rumah sakit.Vanesa pergi ke kamar mayat untuk menjenguknya.Tubuh Davina ditutupi kain putih.Vanesa mengangkat kain putih itu ....Davina berbaring di sana dengan tenang sambil memejamkan mata seolah-olah sedang tidur.Vanesa menangis dan berkata bahwa Davina tidak berperasaan. Bagaimana mungkin Davina tega meninggalkan putrinya yang masih begitu kecil?Davina bahkan tidak sempat meliri
Vanesa sontak terkejut, lalu berkata, "Aku akan menelepon Dokter Alex dan meminta sopir untuk mengantar kalian ke rumah sakit.""Oke.""Jangan lupa bawa tas rumah sakitnya. Aku akan langsung ke rumah sakit menemui kalian.""Oke, oke!"Setelah menutup telepon, Vanesa berbalik dan melaju menuju rumah sakit milik Grup Lorian.Jalanan macet di mana-mana karena hujan. Setelah menelepon Alex, Vanesa yang khawatir pun segera menelepon Bibi Yesi.Bibi Yesi menjawab dengan cepat dan mengatakan mereka sudah dalam perjalanan ke rumah sakit.Jeritan kesakitan Davina terdengar melalui telepon.Vanesa meminta Bibi Yesi untuk mengaktifkan mode pengeras suara. Vanesa pun mengemudikan mobil sambil menghibur Davina....Setibanya di rumah sakit, Vanesa memarkir mobil, lalu keluar dan bergegas berlari menuju poli kandungan.Davina telah didorong ke ruang bersalin, sementara Alex berada di luar pintu.Bibi Yesi berdiri di samping, pakaiannya berlumuran darah."Bagaimana kondisinya?"Ekspresi Alex terlihat
Tindakan ini membuat para pemegang saham veteran perusahaan menjadi sangat marah.Pada akhir bulan Maret, paman pertama dan paman ketiga Alya, bersama dengan beberapa pemegang saham veteran, mengadakan rapat pemegang saham.Mereka ingin menggunakan alasan bahwa "Alya mengaburkan batas antara urusan publik dan pribadi demi melindungi Steven" untuk memaksa Alya melepaskan jabatannya sebagai CEO Grup Valka.Steven juga menghadiri rapat pemegang saham.Dia tidak memiliki saham apa pun di Keluarga Nantar, jadi dia seharusnya tidak bisa menghadiri rapat pemegang saham.Namun, Steven segera memberikan bukti bahwa paman pertama dan paman ketiga Alya telah bersekongkol untuk menyewa orang dan melakukan pembunuhan delapan tahun lalu.Sasaran pembunuhan adalah putra tertua Keluarga Nantar dan mantan tunangan Alya.Kecelakaan mobil tersebut mengakibatkan satu orang meninggal dan satu orang terluka, tetapi dalangnya tetap bebas selama delapan tahun!Bukti itu menimbulkan sensasi.Polisi dari divisi
Karena ini menyangkut anak-anaknya, tentu saja Vanesa ingin tahu secara detail. "Apa itu?""Alya juga memiliki seorang putra berusia delapan tahun."Vanesa sedikit terkejut.Putra yang berusia delapan tahun ....Vanesa pun sedikit mengernyit. "Jadi, kamu akan berkedok menjadi ayah tiri anak itu?"Steven berdeham. "Begitulah yang akan ditunjukkan kepada semua orang."Vanesa mengatupkan bibirnya.Dia jadi teringat Regan.Anak itu pernah menjadi titik lemah dalam pernikahan Vanesa dengan Steven.Meskipun Regan kemudian diusir, Vanesa masih ingat dengan jelas serangkaian pertengkaran dan kesalahpahaman yang terjadi akibat kehadiran Regan."Steven, aku nggak peduli bagaimana kamu bersikap di depan orang luar, tapi kuharap kamu nggak melakukan apa pun yang akan mengecewakan kedua anak itu.""Tenang saja, nggak akan." Steven sepertinya teringat pertengkaran yang dulu terjadi akibat Regan sebelumnya, jadi dia tidak berani menyembunyikan apa pun dari Vanesa."Alya pernah memiliki tunangan yang
Namun, Steven tidak menyesalinya.Dia rela menghabiskan sepuluh tahun, bahkan seumur hidup.Steven pun melepaskan Vanesa dan mengangkat tangannya untuk mengusap air mata Vanesa."Vanesa, ini keputusanku sendiri. Aku menukar sepuluh tahun dengan keluarga yang utuh. Kurasa ini kesepakatan yang bagus."Vanesa merasa tidak berdaya. Dia dipaksa menerima hasil ini tanpa sepengetahuannya."Aku ingin menyelamatkanmu. Alya menginginkan suami yang layak untuk membantunya. Ini adalah hasil yang nggak terelakkan." Suara Steven terdengar pelan. "Vanesa, jangan merasa bersalah atau nggak tega. Aku tadinya nggak ingin kamu tahu, tapi sekarang setelah kamu tahu, anggap saja ini jalan buntu. Kalau ini Jake atau Emran, mereka pasti akan membuat keputusan yang sama denganku."Vanesa tertegun menatap Steven.Pria itu malah membandingkan dengan Jake dan Emran ….Masalahnya, mana mungkin mereka sama?Bagaimana mungkin Steven, Emran dan Jake bisa sama?Vanesa benar-benar merasa tidak berdaya.Saking tidak be
Vanesa menatap pria di depannya dan air mata mengalir di pipinya.Ketika dia mulai menangis, Steven pun menjadi panik."Vanesa, jangan menangis, aku ....""Kenapa kamu nggak memberitahuku?" Vanesa menatap Steven. "Steven, ini hidupku. Aku nggak butuh kamu menyelamatkanku seperti ini ...."Rasanya jantung Steven seperti berhenti berdetak selama sepersekian detik."Vanesa, hidupmu adalah hal yang paling penting."Steven mengulurkan tangan hendak mengusap air mata Vanesa, tetapi Vanesa menghindar dan berdiri.Vanesa menyeka air matanya sendiri, suaranya terdengar begitu dingin. "Kamu tukarkan sepuluh tahun menikah dengan hidupku! Steven, apa kamu pikir kamu sehebat itu?"Napas Steven tercekat. "Aku nggak terlalu memikirkan soal itu. Dalam situasi itu, yang kuinginkan hanyalah kamu selamat, Vanesa. Nggak ada yang lebih penting dari nyawa ...."Vanesa menatap Steven.Tiba-tiba, dia tertawa dan mengangguk. "Iya, kamu benar. Nggak ada yang lebih penting dari nyawa.""Vanesa, jangan berpikir m







