LOGIN"Oh, begitu?" Vanesa melirik tas Ava. "Nona Winda adalah aktris pendatang baru. Sebelum terjun ke industri ini, dia adalah konselor psikologis untuk anak-anak autis. Secara logika, orang yang bisa melakukan pekerjaan seperti itu seharusnya memiliki emosi yang sangat stabil."Ava sontak tertegun."Kurasa ada kesalahpahaman di antara kalian berdua." Vanesa tersenyum kecil. "Kalau begitu, ayo kita bicarakan secara tatap muka. Karena kita akan bekerja sama dalam kru produksi yang sama ke depannya, lebih baik kita selesaikan kesalahpahaman ini sesegera mungkin."Sebelum Ava sempat berbicara, Vanesa telah mendorong terbuka pintu kamar rawat.Di kamar rawat, Winda duduk di ranjang rumah sakit dengan salah satu lengannya dibalut kain kasa tebal.Winda agak terkejut saat melihat Vanesa. "Bu Vanesa."Dia hendak bangun dari tempat tidur, tetapi Vanesa menghentikannya dan berkata, "Duduklah. Jangan bergerak saat kamu lagi terluka."Winda berhenti bergerak, lalu menatap Vanesa dan merasa sedikit te
Steven meremas tangan Vanesa. "Aku punya solusi."Mereka berhenti di persimpangan karena lampu merah.Steven menoleh ke arah Vanesa dan berkata, "Sekarang, suruh orang untuk secara daring mengungkapkan bahwa Pak Blake selaku sutradara, mengkhianati Winda dengan selingkuh bersama Ava. Winda marah besar dan mereka berdua bertengkar. Winda terluka karena dipukuli oleh Ava dan sedang dirawat di rumah sakit. Beri Winda kesempatan untuk berperan sebagai korban. Lalu, kamu, yang mewakili Grup Angelic, akan turun tangan dan memanfaatkan situasi ini untuk merekrut Winda. Dengan begini, Winda akan terlindungi. Grup Angelic juga akan mendapatkan ketenaran dan keuntungan."Vanesa menatap Steven dengan saksama.Steven mengernyit. "Kenapa kamu menatapku begitu?""Steven, meskipun aku sudah lama tahu bahwa nggak ada yang bisa mengalahkan kelicikanmu, tapi setelah mendengar apa yang kamu katakan, aku merasa beruntung kamu masih punya perasaan padaku saat itu," kata Vanesa dengan sepenuh hati. "Kalau n
Setelah sarapan, Steven mengajak Vanesa dan kedua anak mereka keluar.Rumah sakit itu berjarak sekitar 40 menit dari hotel.Dalam perjalanan, Vanesa menerima telepon dari Cici.Vanesa menyalakan mode pengeras suara ...."Winda yang memulainya, tapi aku sudah bicara dengan kru dan mereka bilang ada aktris bernama Ava Clavano yang menyebarkan rumor perselingkuhan Winda dan Sutradara. Ava mengatakan hal-hal yang sangat menyakitkan dan Winda nggak tahan, jadi Winda menampar Ava. Ava lalu mengambil properti dari lokasi syuting dan memukul Winda dengan properti itu."Vanesa mengernyit. "Bagaimana kondisi Winda sekarang?""Winda baru saja selesai difoto rontgen, lengannya retak.""Ava itu siapa?""Dia adalah artis di bawah naungan Baclea Media. Manajernya adalah seorang kenalan lama di industri ini, Avery Utomo."Sebelum Grup Angelic menjadi terkenal, Baclea Media bisa dibilang merupakan perusahaan hiburan terkemuka di dalam negeri.Meskipun pengaruh Baclea Media tidak sebesar sebelumnya sete
"Mau kugendong?""Tunggu ...." Vanesa tiba-tiba membuka matanya, matanya yang indah dan mengantuk menatap Steven. "Aku nggak memakai baju apa pun ...."Steven terkekeh, jakunnya bergerak-gerak karena ditatap Vanesa. "Vanesa, jangan menatapku seperti itu."Vanesa tersedak. Begitu menyadari maksud Steven, pipinya sontak memerah. "Steven!"Steven merasa Vanesa begitu menggemaskan, lalu menundukkan kepalanya dan mengecup bibir Vanesa dengan lembut. "Iya, aku yang salah. Sini kuambilkan bajumu."Steven bangun dan mengambil piyama Vanesa.Vanesa mengenakan piyamanya, menyibakkan selimut dan turun dari tempat tidur. Tepat saat dia berdiri, kakinya terasa lemas ....Sebelum dia terjatuh, Steven menangkap pinggangnya dengan sigap.Detik berikutnya, Vanesa digendong Steven ala tuan putri.Vanesa memelototi Steven. "Ini semua salahmu."Steven merasa bersalah.Melihat betapa lelahnya Vanesa sekarang, Steven jadi merasa menyesal.Vanesa baru saja pulih dari penyakit, jadi lebih baik jangan terlalu
"Ayah ….""Ssst."Steven keluar dari kamar dan menutup pintu."Ibu masih tidur." Steven menggendong putrinya dan pergi ke kamar sebelah.Alfredo sudah bangun dan anak laki-laki sedang menggosok giginya sendiri di kamar mandi.Steven membaringkan Bella di tempat tidur. "Ayah akan mengambilkanmu gaun. Ganti bajumu, lalu sikat gigi dan cuci muka. Nanti, Ayah akan mengantarmu dan kakakmu ke bawah untuk sarapan."Bella duduk di tempat tidur, kakinya menjuntai. Dia mengerjap-ngerjapkan matanya yang cerah. "Ibu bagaimana?"Steven mengusap kepala putrinya. "Ibu bekerja terlalu larut tadi malam dan perlu tidur nyenyak hari ini. Ayo kita turun untuk sarapan, lalu kita siapkan bekal untuk dibawa pulang.""Ayah, bagaimana bisa Ayah membiarkan Ibu bekerja selarut itu?" Anak perempuan itu mengernyit pada Steven. "Ibu seharusnya nggak bekerja sekeras itu!"Steven tersenyum tidak berdaya. "Iya, Ayah yang salah. Ayah akan menjaga Ibu dengan baik mulai sekarang dan nggak akan membiarkannya bekerja selar
Vanesa bertanya lagi, "Kamu sudah mandi?""Aku mandi di kamar sebelah."Steven pun segera melepas pakaiannya ....Vanesa sontak terkesiap dan dia segera mengalihkan pandangannya.Steven melangkah ke dalam bak mandi dan memeluk Vanesa.Air memercik ke mana-mana, disertai desahan lembut seorang wanita ...."Steven .... Umph!"Steven mencengkeram pinggang ramping Vanesa dengan tangan besarnya dan menciumnya dengan penuh gairah.Suara Vanesa benar-benar tertelan oleh ciuman Steven. Keduanya berpelukan erat, suhu tubuh mereka bahkan lebih panas daripada air di bak mandi."Vanesa, sekarang giliran kita."Steven menindih Vanesa ke tepi bak mandi dan memeluknya dari belakang.Dada Steven yang terasa panas membara itu menekan punggung Vanesa yang ramping dan indah, napasnya yang panas menyapu telinga wanita itu. "Malam ini aku akan membuktikan kekuatanku padamu, oke?"Vanesa menggigit bibirnya erat-erat, matanya yang setengah tertutup dipenuhi air mata.Steven menundukkan kepalanya, melumat bib







