Share

6. Perkelahian Alfa Dan Eza

"Baru calon kan? Kamu belum jadi suaminya," kata Alfa pelan namun mengejek.

"Sialan!"

Bugh!

Eza melayangkan pukulannya dan mendarat pada rahang Alfa tepat. Seketika Eza merasa kebas karena pukulan yang luar biasa itu. Pukulan Eza yang tengah dipenuhi amarah itu seakan dirasuki setan sehingg bisa membuat Alfa terhuyung karena saking kuatnya. Dan lagi, Alfa memang tidak siap karena ia tidak menyangka Eza akan memukulnya.

"Kamu boleh bersikap arogan pada siapapun, tapi kalau sampai kamu memaksakan kehendakmu pada Naura maka aku nggak akan segan-segan menghabisimu!" ancam Eza serius.

"Kamu kenal Naura udah berapa tahun, hm? Kenapa aku merasa kamu nggak mengenal Naura sama sekali, ck," cibir Alfa sinis.

"Apa maksudmu?" tanya Eza tajam.

Alfa kembali berlajan mendekati Eza setelah tadi terhuyung ke belakang beberapa langkah. Kini Alfa berdiri persis di hadapan Eza.

"Dengar, Naura adalah orang yang sangat terbuka tapi dia nggak menceritakan tentang aku padamu, itu mungkin kamu tidaklah penting bagi Naura. Karena Naura akan menceritakan segala apapun pada orang yang ia anggap penting, termasuk perihal semut mati yang sama sekali nggak penting sekalipun." Alfa kembali memancing amarah Eza. Ia tak peduli jika Eza akan memukulnya lagi.

"Bung, sebaiknya kamu kenali Naura lebih dalam lagi, dekatkan hati kalian lagi atau kamu akan kehilangan Naura," lanjut Alfa.

"Aku nggak akan kehilangan Naura, begitupun sebaliknya. Kamu dengar baik-baik, kami akan segera menikah dalam waktu dekat ini—"

"Dan dalam waktu dekat ini aku akan mengambil kembali apa yang seharusnya menjadi milikku," potong Alfa.

"Brengsek! Kamu nggak akan mendapatkan apa yang kamu inginkan, aku nggak akan membiarkan kamu merebut Naura dariku!"

"Aku nggak berniat merebut Naura dari kamu, Eza, karena Naura bukan sesutu yang bisa diperebutkan. Naura sendiri yang akan datang padaku dan kembali padaku," ucap Alfa penuh percaya diri.

"Itu nggak akan pernah terjadi!"

Bugh!

Bugh!

Eza menghujani Alfa dengan tinjunya. Sudut bibir Alfa mengeluarkan darah segar.

Alfa menyapu darah yang ada di sudut bibirnya, sambil menatap nyalang ke arah Eza.

Alfa menatap tajam ke arah Eza dan membalas pukulan Eza.

Bugh!

Tak segan Alfa memukul Eza dengan keras pada bagian rahangnya, bahkan Eza sampai berkunang-kunang untuk beberapa saat.

"Itu untuk balasan atas pukulanmu!" seru Alfa.

Bugh!

Alfa memukul Eza lagi, kini di bagian perutnya.

"Itu sebagai peringatan bahwa aku nggak main-main. Aku dan Naura pasti akan kembali bersatu."

Alfa berbalik badan, masuk ke dalam mobilnya lalu melajukan mobilnya kencang, meninggalkan Eza yang tengah memegangi perutnya yang keram akibat pukulan yang dilancarkan oleh Alfa.

Eza memperhatikan kepergian Alfa dengan mobilnya, dendamnya semakin menjadi dan Eza bertekad untuk bisa membujuk Naura agar mau diajaknya menikah. Mungkin Eza akan menemui orang tua Naura untuk membantunya membujuk putri mereka. Eza tidak mau kalah dari Alfa. Sebelum Alfa memiliki kesempatan untuk merebut Naura, Eza akan pastikan Naura lebih dulu menjadi istrinya.

***

Naura masuk ke kamarnya setelah makan malam dengan ayah ibunya usai. Malam ini Naura jadi pendiam, tak banyak bicara. Orang tuanya mengherankan hal itu, tapi ketika ditanya kenapa Naura hanya menjawab tidak apa-apa.

Naura berjalan mendekati meja kecil yang ada di dalam kamarnya, ia memegang gagang pintu laci yang masih ragu apakah akan ia buka atau tidak. Di dalam laci itu ada tersimpan banyak kenangan yang beberapa tahun terakhir ini tidak pernah berani ia sentuh.

Naura memejamkan matanya yang memanas. Ia menghela napas dan membulatkan tekad. Dan akhirnya Naura memberanikan diri untuk membuka laci tersebut.

Hal pertama yang dapat terlihat ketika laci itu dibuka adalah foto dirinya bersama Alfa yang diambil saat mereka mendaki. Foto itu diambil oleh Vano, sahabat mereka.

Air mata langsung menetes membasahi pipi Naura. Ia tak kuasa membendungnya lagi. Kerinduan pada Alfa masih selalu ia rasakan setiap malam tanpa sepengetahuan siapapun, termasuk orang tuanya.

Hubungan orang tua Naura dengan orang tua Alfa sangat baik. Orang tua Naura tahu jika Naura pernah memiliki hubungan namun tidak tahu bagaimana hubungan mereka berakhir. Naura pun tidak menceritakan apapun pada orang tuanya karena sejak Naura memutuskan tinggal bersama orang tuanya, saat itu juga Naura memutuskan untuk memutus hubungannya dengan Alfa. Ya, setidaknya itulah anggapan Naura terhadap hubungannya dan Alfa.

Namun seiring berjalannya waktu, Naura akhirnya menceritakan kisah asmaranya kepada ibunya.

Dalam sekejap Naura seolah ditarik pada beberapa tahun silam, pada kenangan saat ia masih berbahagia menjalani hubungan asmaranya bersama Alfa. Mengingat lagu yang selalu ia nyanyikan bersama pada setiap kesempatan, lagu yang bisa dikatakan menjadi lagi favorit keduanya.

Bila di depan nanti

Banyak cobaan untuk kisah cinta kita

Jangan cepat menyerah

Kau punya aku

Ku punya kamu

Selamanya akan begitu...

Tetaplah bersamaku

Jadi teman hidupku

Berdua kita hadapi dunia

Kau milikku ku milikmu

Kita satukan tuju

Bersama arungi derasnya waktu

Kau jiwa yang selalu aku puja...

Penggalan lagu itu langsung terngiang di kepala Naura ketika ia meraih sebuah syal couple yang mereka miliki.

"Apa aku menyerah? Apa aku yang tidak mempertahankan hubungan ini? Apa aku yang mengingkari janji kita, Alfa?" gumam Naura lirih.

"Tidak tidak, bukan aku yang menyerah, tapi kamu yang berkhianat, Alfa. Kamu yang lebih dulu mengundang wanita lain ke dalam hubungan kita, aku nggak bisa menjalani hubungan yang seperti itu."

Drrtt ... drrtt ....

Ponsel Naura berdering, Naura cepat-cepat menutup kembali lacinya dan ia mengusap sisa air matanya sebelum ia mengangkat telepon masuk.

"Hallo, Eza,—"

"Aku ada di teras rumahmu, bisakah kamu keluar sebentar?" kata Eza cepat.

'Mungkin Eza sudah tenang dan mau mengobrol baik-baik denganku,' batin Naura.

"Tentu saja, Eza, aku keluar sekarang."

"Iya."

Tut.

Telepon langsung terputus. Naura meletakkan ponselnya ke tempat semua lalu ia keluar dari kamarnya untuk menemui Eza.

Ceklek.

Naura membuka pintu dan mendapati Eza yang berdiri membelakangi pintu.

"Eza," panggil Naura.

Eza pun berbalik badan dan Naura langsung melotot terkejut.

"Eza, ada apa denganmu? Ini-ini kenapa wajahmu terluka?" tanya Naura sangat panik.

Eza sama sekali bukan pria yang suka berkelahi, itu sama sekali bukan dirinya selama Naura kenal. Tapi sekarang ia babak belur, dengan siapa ia berkelahi? Naura pun bertanya-tanya.

Eza mendekati Naura dan meraih kedua tangan Naura untuk ia genggam.

"Naura, tolong pikirkan baik-baik. Aku ingin kita segera menikah. Aku takut kamu akan pergi ninggalin aku, Naura, aku takut. Aku nggak bisa hidup tanpamu. Aku sangat mencintai kamu. Tolong, Naura, tolong mengertilah aku." Eza meminta dan memohon pada Naura dengan sangat tulus.

Naura menelan ludahnya susah payah.

"Eza, pernikahan tidak bisa dilakukan dengan terburu-buru. Pernikahan dilakukan dengan hati yang yakin. Dan aku udah bilang aku nggak akan kemana-mana kan? Aku nggak akan ninggalin kamu, pria yang selalu ada untukku, bahkan disaat-saat aku terjatuh."

"Jadi, apa kamu nggak yakin? Naura, baru saja aku beremu dengan Alfa. Dan kamu tahu apa yang dia katakan? Dia bilang aku sama sekali nggak mengenal kamu, dialah orang yang terpenting dalam hidupmu, dan dia mengancamku akan merebutmu dariku. Bagaimana aku akan bisa tenang setelah mendengar semua itu dari mulutnya, Naura? Aku hanya nggak mau kita berpisah. Aku berpikir kalau kita menikah Alfa nggak akan mengganggumu lagi, itu saja."

"Tapi, Za—"

"Tapi apa? Apa kamu masih mencintai Alfa?"

***

Comments (1)
goodnovel comment avatar
SetyaAiWidi
Kasian Eza, udah babak belur tapi dibela²in buat datengin Naura. Kenapa juga Naura masih nunda² menikah sama Eza? Apa emang cinta dia buat Alfa masih ada? Hmmm 🤔
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status