"Serapuh ini hatiku, 5 tahun bukanlah waktu yang sebentar untuk move on tetapi selama itu juga aku memupuk cintaku, suatu saat pasti akan mekar tapi sayang, cintaku overdosis." bathin Nauma
"Tes.." tidak terasa air mata jatuh dipipi mulusnya dengan susah payah menata hati sekarang disirami asam lagi,mengetahui Saka sudah bertunangan dan melihat kemesraan nya membuat Nauma sakit menyaksikan nya. "Jika saja kata pelakor bisa ku katakan untuk perempuan itu, tapi hubungan kami sudah lama tampa kepastian, rasanya tidak pantas aku menyimpan rasa untuk nya" Nauma berucap dalam hatinya "Drtt..drtt.." dering telfon membuyarkan angan Nauma, disana tertera nama Rendi, laki-laki yang selalu ditolak kehadirannya namun masih gigih mendekati Nauma. "Jika tidak bisa menjadi cinta menjadi sahabat pun tak apa" kata Rendi saat itu Nauma mengusap ganggang hijau di hp nya dengan menetralkan suara nya. "Hallo assalamualaikum Ren." "Waa'alaikumsalam, coba tebak aku lagi dimana?" cerocos setelah menjawab salam Nauma "Sudah pasti kamu lagi di depan pintu, masuk saja." dasar Rendi sudah tau dia yang membantu memasang cctv di setiap sudut Aruna Caffe, gumam Nauma gelengkan kepala melihat tingkah konyol Rendi sedikit mengobati hatinya, Cara tepat melupakan seseorang adalah dengan membuka kembali hati untuk seseorang. "Buahahaha..." Rendi tertawa lepas,Rendi orang yang sangat ceria kadang Nauma kesulitan membedakan bercanda dan seriusnya. "Konyol, kenapa kamu ga ngabarin pulang dari luar negeri?" ucap Nauma kesal dengan melempar kan balpoin ke arah Rendi, beruntung dia berhasil mengelak. "Masih saja galak, kamu kangen ya?" Rendi mengerlingkan mata nya nakal, dari postur tubuh Rendi dia tidak kalah tampan dari Saka, dilihat secara detil mereka seperti memiliki kesamaan,mata elangya , hidung bangirnya, dan bibir nya. "Apa kamu menggodaku? ga mempan tau." Nauma membuat wajah manyun dan mengejek dengan mencibirkan bibirnya yang tipis ke pink an. "Hahaha..." bukan nya sewot dia tambah kesenangan dasar Rendi. "Tunggu, berhenti disitu." perita Nauma saat Rendi akan mendekat "Ada apa?" Rendi mengernyitkan dahi dan mematung ditempat "Apa yang kamu sembunyikan dibelakang punggung mu?" melihat tangan rendi selalu dibelakang Nauma tau dia menyembunyikan sesuatu. "Hahaha apa cctv mu hanya bisa melihat ku saja?" ejek Rendi dan kembali tertawa terbahak "Tidak cctv ku juga bisa melihat isi hatimu." jawab Nauma asal dan tersenyum mengejek "Serius?" tanya nya menaik turunkan alis. "Tentu saja,hatimu sedang berbunga-bunga siap melihat gadis seksi diluar caffe barusan." jawab Nauma mengejeknya balik "Hahaha apa kamu cemburu?" "Ia, dengan lelaki yang disampingnya." ucap Nauma keceplosan beruntung Rendi tidak mengerti dia malah menganggap itu hanya lelucon. "Ayolah Ren, apa yang kamu sembunyikan aku mau melihat nya?" Nauma mendekati nya dan ingin merebut yang disembunyikan nya , namun dengan mudah nya Rendi mengelak. "Ops tunggu dulu dong , ga sabaran kali kamu." "Ish Rendi mah." Rajuk Nauma memanyunkan bibir nya karena kesal. "Ga sopan manggil Rendi terus, aku lebih tua darimu empat tahun ya." ucapnya dan menjitak dahi Nauma dengan sebelah tangannya,dan sebelah lagi tetap setia dibelakang punggung nya. "Hehehe ,mas rendi bawa apa tuh buat dek Uma?" tanya Nauma dengan manis sekali, padahal mbuh geli kali perut nya karena ngomong kayak gitu. "Ga gitu juga kali Ma, itumah sama saja kamu menggodaku, tampa digoda pun hatiku pun udah untukmu." cerocosnya dan giliran dia yang manyun "Hahaha." Nauma terbahak melihat nya seperti itu "Iya deh, mas Rendi." tukas Nauma "Coba tebak.." "Stop ga ada tebak-tebakan, aku mau lihat sekarang " Nauma mengangkat tangan dengan jari telunjuk lurus menempel dibibir nya dan memotong ucapan Rendi. "Iya deh, tara aku bawakan kamu buku cerita horor terbaru." serunya seraya menyodorkan buku kehadapan Nauma "Waaww, makasih ya Rendi kamu memang yang terbaik." rendi selalu bisa membuat mood Nauma membaik "Rendi lagi Rendi lagi, apa susahnya sih Uma panggil Mas gitu?" "Harus gitu ya?" tanya Nauma yang mulai membuka halaman buku yang dibawa Rendi dan Rendi merebut kembali buku nya "Ish rese deh,aku mau baca dikit kaya nya seru." ucap Nauma mencoba merebut nya kembali dan terjadilah aksi saling rebutan. Sebelum pamit pulang Rendi mengajak makan malam bersama keluarganya , Nauma ingin menolak tapi kalian tau Rendi, tidak menerima penolakan mau tidak mau Nauma harus ikut. Setelah menyelesaikan semua pekerjaan, Nauma segera pulang saat masuk kedalam apartemen dia mendengar seperti ada yang menangis,Nauma mendekati kamarnya dan suara tangis itu semakin jelas itu suara Arumi menangis terisak, Nauma mengurungkan langkah untuk memasuki kamar "Dion, kamu kan tau aku sama Nauma sudah seperti saudara jika kita menikah sekarang, aku tidak bisa meninggalkannya sendirian ,bukan kah kita sudah sepakat setelah Nauma menikah baru kita.." sepertinya Arumi sadar atas kedatangan Nauma dan menghentikan ucapannya "Dion, nanti aku telfon lagi bye." Arumi memutuskan telfon dari kekasih nya. "Nauma sejak kapan datang?" tanya Arumi memaksakan untuk tersenyum dan menghapus bulir bening yang mengalir di pipinya, Nauma melangkah masuk perlahan dah duduk disampingnya, "Ternyata aku sungguh egois selama ini hanya memikirkan perasaan ku dan tidak pernah bertanya bagaimana dengan perasaan Arumi" Kata Nauma dalam hatinya,Dion lelaki yang baik sudah 5 tahun menjalin hubungan dengan Arumi dan tidak sekalipun dia membuat Arumi menangis tapi hari ini batas kesabaran nya mulai goyah apalagi keluarga nya sudah menanyakan kapan dia akan berkomitmen. "Umi , menikahlah dengan Dion sudah terlalu lama kalian menjagaku aku baik-baik saja." "Tidak usah difikirkan Uma, jika Dion tidak bisa menunggu ku biarkan saja." dia tersenyum namun bulir bening di dalam matanya mengatakan dia tidak baik-baik saja. "Baiklah, aku akan menikah dan kita akan menikah dihari yang sama." tukas Nauma "Apa, bagaimana mungkin? dengan siapa? Saka?" Arumi kaget dan melemparkan banyak pertanyaan dengan ekspresi wajah kaget, bagaimana mungkin tiba-tiba sahabatnya yang susah move on dan tidak pernah dengan laki-laki manapun menikah. "Jika kalian bisa berkorban untukku,aku juga ingin melihat kalian bahagia." Jelas Nauma menggenggam tangan Arumi dengan senyum tipis di bibirnya. "Uma jangan main-main dengan pernikahan, kamu akan terjerat seumur hidup." tukas Arumi tidak terima keputusan Nauma yang tidak masuk diakal baginya "Apa tadi Saka menemuimu?" Nauma mengangguk kan kepala "Apa dia melamar mu juga?" "Haha jangan konyol mi, Saka sudah bertunangan." jawa Nauma menggelengkan kepala "Lalu dengan siapa Uma? aku tidak mau kamu menikah dengan orang yang tidak kamu cintai." "Rendi." jawab Nauma dengan tersenyum meyakinkan sahabatnya "Tapi.." "Tidak ada kata tapi, telfon Dion dan jadwal kan tanggal pernikahan dan tempat terbaik untuk kita." ujar Nauma dan berlalu mengganti pakaian Mungkin ini keputusan terumit dalam hidup Nauma, tapi Nauma tidak ingin menjadi orang yang egois dengan merebut kebahagiaan sahabat nya, dia berhak bahagia dengan hidupnya dia berhak bahagia dengan cinta nya. Rendi bukan orang yang buruk dia mencintai Nauma dan tidak ada yang salah menikah dengan orang yang mencintai kita. mungkin Nauma belum bisa lupa dengan Saka tapi Nauma mulai sedikit membencinya disaat melihat cincin yang melingkar di jari manisnya.Saka bekerja dengan semangat, semua pekerjaan nya hari ini berjalan lancar, perusahaan nya kembali berjalan normal setelah teman Tante Melly menanamkan saham yang begitu besar, Saka belum sempat berterimakasih karena kondisi Nauma yang tidak mungkin dia tinggalkan sendiri."Bagaimana kalau aku undang mereka makan malam diluar bersama, Nauma pasti senang," fikirnya yang sedang duduk dikursi kebesarannya, semua pekerjaan nya telah selesai."Hallo, assalamualaikum!" "Waa'alaikumsalam, tumben telfon papa gimana kabarmu?" "Aku baik, nanti malam aku mau mengundang papa sama istri papa makan malam apa bisa?" Saka enggan menyebutkan nama Tante Melly meski dia sudah tahu kebenaran mengapa papa nya memilih bercerai dan menikahi Tante Melly."Kamu serius, tentu papa bersedia," terdengar suara bahagia diseberang telfon, anak satu-satunya yang dia rindukan"Baiklah nanti aku kirim lokasi nya!" Jawab Saka datar"Ia, papa tunggu!""Assalamualaikum,""Waa'alai
Saka ketakutan tubuhnya gemetar, melihat Nauma kembali tidak sadarkan diri, dia mondar mandir di depan ruangan Nauma diperiksa, dia selalu menyalahkan dirinya seandainya dia tidak meninggalkan Nauma sendiri semua ini tidak akan terjadi,selalu itu yang ada dalam pikiran nya. ini semua ulah Melisa dia harus diberi sedikit pelajaran agar jera, tapi sebagai anak orang yang berkuasa dia selalu bisa berlaku semena-mena."Bagaimana keadaan istri saya Dok?" Tanya Saka melihat dokter yang memakai jas putih keluar dari ruangan Nauma "Banyak luka lebam ditubuhnya, kami sudah memberikan pertolongan dan Ibu Nauma sudah siuman namun sepertinya dia trauma atas kejadian yang menimpanya," dokter menjelaskan keadaan Nauma yang trauma atas kejadian penculikan nya"Tapi bapak tidak usah khawatir tidak ada luka serius, semoga ibu Nauma lekas sembuh." dokter melihat rasa khawatir diraut wajah Saka "Terimakasih Dok," Dokter tersenyum mengganggukan kepala dan meninggalkan nya sendiri, Sak
Nauma memegang gagang pintu hendak keluar dan kejadian hari itu terulang kembali, pintunya terkunci Nauma panik campur ketakutan"Tolong Anda jangan macam-macam dengan saya!" Teriak Nauma mengeluarkan keringat dingin"Hahaha sekarang tidak ada yang bisa membantumu Nona cantik," tawa sopir taksi kumisnya naik turun mengimbangi tawanya"Tolong!" Nauma berteriak sopir taksi semakin menambah kecepatanNauma mencoba melawan dengan memukuli sopir taksi tetapi itu tidak berpengaruh apa-apa hanya membuat tenaga Nauma semakin habis."Saya mohon lepas kan saya pak!" Nauma putus asa disaat dia memukul handphone nya terjatuh kedepan dia tidak bisa meminta pertolongan lagi"Saya akan memberikan berapapun uang yang bapak minta tapi tolong lepaskan saya," Nauma bernegosiasi dengan terisak namun sopir taksi tetap fokus mengemudi jauh kedalam jalanan yang sepi kearah pemakaman umum.Ditempat lain Saka sudah pulang ke apartemen dia merasa bersalah meninggalkan Nauma sendir
"Kenapa tidak terima, apa kata penghulu waktu itu kamu ingat? Badai akan selalu datang, saling menggenggam dan saling mempercayai tapi bagaimana sekarang aku bisa mempercayai kamu? Saka terlihat bimbang, dia tidak yakin Nauma akan tetap bertahan melalui badai ini bersama"Kamu tidak mempercayai ku?" Nauma memicingkan matanya seakan dia tau apa yang difikirkan Saka "Biarlah apa yang dalam fikiranmu itu menjadi benar," jawab Saka tetap memilih bungkam"Ini yang membuat kamu mudah dimanfaatkan Melisa, membiarkan orang memandang buruk tentang mu!" Seru Nauma membuat langkah Saka kembali terhenti, namun dia kembali berjalan tampa menoleh kebelakang, dia tidak sanggup mengungkapkan kebenaran nya.Nauma sudah berusaha membuat Saka menceritakan masalahnya yang mengancam biduk rumah tangga mereka, namun Saka tetap bungkam membuat Nauma dilanda kecewa.Kadang pilihan untuk diam itu tepat, tetapi setelah menikah kita sudah memiliki partner, jadi setiap masalah harusnya ki
"Kenapa wajah kamu ditekuk begitu?" Tanya Saka mengemudikan mobil nya, Nauma hanya melongos tidak mau menjawab"Maaf tadi aku membentakmu," Saka melirik Nauma yang membuang muka keluar jendela"Bagaimana kalau kita jalan-jalan." Nauma tetap diam, Saka menghela nafas panjangSampai di apartemen Nauma langsung masuk kamar dan merebahkan tubuhnya, Saka mengikutinya dan duduk disisi ranjang."Bicaralah, jangan diamkan aku seperti ini!" Lirih Saka menatap punggung Nauma yang membelakangi nya.Satu menit,dua menit,tiga menit, tidak ada respon, yang ada terdengar dengkuran halus, Saka tersenyum melihat Nauma tertidur dalam keadaan marah, dia membetulkan posisi tidur Nauma dan mengecup keningnya."Maafkan aku sayang!" Saka menatap setiap inci dari wajah Nauma yang terlihat sangat cantik, ingin rasanya meminta hak sebagai seorang suami tapi Saka tidak ingin meminta melainkan Nauma juga menginginkan."Kita berjuang sama-sama ya!" Lirihnya membelai pelan wajah Nauma
Ditengah jalan raya yang ramai, Saka memacu kecepatan mobilnya menuju ke perusahaan nya, wajah tegang dan fikiran berkecamuk memenuhi kepalanya, tidak semudah itu lepas dari Melisa dan masa lalu nya, Saka memarkirkan mobil dan memasuki perusahaan yang telah didirikan kakeknya, karyawan disana menunduk menghormati nya."Bapak sudah ditunggu Bapak Bian didalam," ujar sekretaris nya, Saka menganggukkan kepala dan memutar handle pintu.Disana terlihat seorang laki-laki duduk dikursi kebesaran Saka."Akhirnya kamu datang juga!" Om Bian tersenyum sinis, Saka berdiri tegap menghadapnya"Kamu tahu kan maksud kedatangan saya, ehm sebelumnya sudah saya beritahu untuk tidak bermain-main dengan saya!" Ucapnya lantang"Menikahi Melisa dan ceraikan istri atau calon istri yang ditinggalkan Rendi, terserah apa namanya itu jika ingin tetap aku mendanai perusahaan kecil mu ini." Imbuhnya lagi dengan sombong"Saya tidak akan menceraikan nya atau pun menikahi Melisa." Jawab Saka