Share

Cinta Manis Masa Sekolah
Cinta Manis Masa Sekolah
Penulis: Widia

AKU TERASINGKAN

Penulis: Widia
last update Terakhir Diperbarui: 2024-07-31 10:05:15

"Kamu yakin mau titipin Dinda di keluargamu, pah?"

"Mau bagaimana lagi, itu pilihan yang terbaik untuk masa depan Dinda supaya dia bisa tetap sekolah!"

Aku dengan jelas mendengar percakapan mereka (mama dan papa) di ruang keluarga membuat piala yang ada di tanganku tiba-tiba terlepas begitu saja.

Sore itu, aku baru tiba di rumah setelah merayakan perpisahan sekolah bersama teman-temanku.

Lulus dengan nilai terbaik tentu sebuah kebanggaan. Apalagi, selama ini prestasiku di SMP selalu stabil. Menjadi kebanggaan guru-guru gak semua orang bisa mendapatkannya. Itu adalah usahaku untuk membuat kedua orang tuaku bangga.

Tadi, aku sudah berjanji pada teman-temanku, untuk melanjutkan pendidikan ke sekolah yang sama, tapi ternyata tuhan sudah mempersiapkan hal lain yang belum pernah terfikirkan olehku sebelumnya.

Ternyata kebahagiaan itu, hanya sebatas angan-angan dan yang ku capai selama ini sia-sia saja.

"Dinda!" Sontak Mama terkejut melihat keberadaanku.

Aku menatap mama dengan sedih, "Mah, Dinda gak mau tinggal di sana, Dinda udah janji sama teman-teman dinda buat sekolah bareng lagi" ucapku putus asa.

Mama ikut sedih mendengar ucapanku, "bagaimana pah? Mama juga gak siap pisah sama Dinda" Mama menoleh ke Papa.

"Mau bagaimana lagi Din" Papa menatapku dengan raut wajah yang gak kalah sedih "sekarang Papa sudah gak ada pekerjaan, belum mampu biayain kamu lanjut sekolah. Kakekmu sudah mau bantu agar kamu tetap sekolah, jadi kamu disana dulu ya untuk sementara, sampai Papa dapat pekerjaan lagi!"

"Tapi Dinda gak mau disana, Pah! Dinda mau tetap sama Mama & Papa aja" Kataku mulai merengek.

"Papa janji sama Dinda, ini gak akan lama. Papa akan segera jemput Dinda lagi, kita sama-sama lagi!" Kata papa membujukku.

"Tadi Dinda juga janji sama Leni dan Yulia, tapi Dinda gak bisa nepatin janji itu. Gimana kalau Papa juga gak bisa nepatin?" Aku terisak.

Mama memelukku "Mama yang akan jemput dinda lebih cepat. Dinda percaya kan sama janji Mama?" Tanya Mama, ia mengusap air mataku.

Aku mengangguk dan semakin terisak dipelukan Mama. Aku benar-benar gak ingin pisah dengan Mama. Aku gak siap jauh dari Mama dan aku juga gak siap untuk tinggal dirumah kakek nenek dari papaku.

Bertemu dengan kakek dan nenek bisa dihitung jari olehku. Itu yang membuat aku gak akrab dengan mereka dan juga keluarga dari papa. Mereka nyaris asing dengan kepribadianku yang terlalu introvert. Aku gak tau harus bagaimana cara menyesuaikan diri dengan keluarga itu, yang bahkan belum pernah memelukku dengan hangat.

"Sekarang Dinda istirahat dulu ya, biar badannya enakan nanti buat siapin barang-barang yang mau dibawa ke rumah nenek" Mama melepas pelukannya dan kembali menghapus sisa-sisa air mata yang masih ada dipipiku.

"Mah, Dinda bolehkan ketemu temen-temen Dinda sekali lagi, buat yang terakhir?" Tanyaku membuat mama semakin sedih.

"Boleh sayang" mama mengelus rambutku  dengan penuh kasih.

***

Keesokannya, aku mengemasi barang-barangku. Mulai dari pakaian sampai buku-buku pengetahuan dan buku novel kesukaanku.

Baru kemarin rasanya, buku-buku ini aku kumpulkan dari sisa uang saku yang mama beri untukku. Ternyata, sekarang buku-buku itu sudah memenuhi rak sampai aku bingung bagaimana cara mengemasnya.

Aku memang lebih senang berdiam dikamar dengan membaca buku, menulis diary, dan juga mendengarkan musik daripada nongkrong di mall atau cafe-cafe seperti yang anak-anak lain lakukan.

Bagiku menulis dapat menghilangkan penat dan unek-unek yang gak bisa disampaikan pada orang lain, apalagi aku ini tipikal orang yang sulit percaya meskipun dengan teman sendiri. Tapi jangan salah, meskipun begini aku dapat menampung banyak curhatan teman-temanku, bahkan terkadang aku dapat memberi solusi pada mereka.

"Dinda, sudah berkemas ya?" Tanya mama mendekatiku yang masih sibuk menurunkan buku-buku dari tempatnya.

Aku menoleh "iya Mah!" Jawabku tenang.

Sebenarnya sedih itu masih terasa, namun rasanya gak sesedih hari kemarin. Jauh dari orang tua adalah hal baru bagiku. Mungkin akan sangat sulit, tapi aku harus bisa.

"Sini mama bantu!" Tawarnya sembari duduk dan menyusun buku-bukuku yang sudah berserakan untuk dimasukkan dalam box.

"Makasih ma"

"Eh ini ada foto kamu waktu masih kecil" Mama menemukan sebuah foto yang terselip diantara buku-bukuku.

Aku hanya melirik sebentar, kemudian mengabaikan foto tersebut, tak tertarik.

"Kamu ingat gak waktu acara ini Din?" Tanya mama sambil memperhatikan foto itu.

"Nggak" jawabku datar.

Usiaku saat itu masih sekitar 4 tahun, jelas aku gak ingat apa yang terjadi saat itu. Lagipula, meskipun aku ingat, aku gak ingin mengenangnya. Hal apapun tentang papa, aku sama sekali gak ingin mengingatnya. Apalagi setelah harapan bahagiaku dirusak oleh papa. Rasanya aku bahkan mulai membencinya.

Mama tersenyum melihat reaksiku "Dulu tuh kamu kalau kemana-mana maunya digendong papa terus, gak mau sama yang lain. Sampe orang-orang bilang kamu cuma anaknya papa"

"Dinda gak tau!" Jawabku masih datar.

"Semakin besar, kamu malah gak mau digendong-gendong lagi sama papa, jadi mama bisa ajak kamu pergi-pergi tanpa papa. Mama seneng banget waktu itu"

"Mungkin Dinda mulai sadar kali kalo papa jahat" jawabku sekenanya.

"Eh Dinda ga boleh begitu, papa itu sayang banget sama kamu. Papa rela lho lakuin apa aja buat Dinda. Ya meski mungkin sekarang keadaannya sedikit sulit. Dinda harus mengerti ya"

Aku menghela nafas. Untuk memahami suatu keadaan yang tiba-tiba berubah, nyatanya gak semudah itu. Sebaik apapun dan sebesar apapun jasa papa dihidupku, aku tetap masih gak bisa terima dengan yang terjadi kali ini.

"Beresinnya lanjut nanti lagi ya Dinda, sekarang kita makan dulu aja!" Kata mama mengalihkan pembahasan.

Mama pasti tahu kalau aku masih kesal dengan keadaan terutama pada papa.

"Mama masak ayam goreng kesukaan kamu lho!" Sambungnya lagi, lalu mama mengajakku keluar meninggalkan kamarku yang masih berantakan.

Tok... tok... tok...

Suara pintu diketuk bersamaan dengan seruan seseorang dibalik pintu.

"Dinda!" Panggilnya.

"Siapa yang ketuk pintu, Din?" Tanya mama

Mendengar dari suaranya, aku seperti gak asing dan akrab dengan suara itu.

"Dinda bukain dulu mah" jawabku meminta ijin.

"Mama tunggu di meja makan ya!" Kata mama, kemudian berlalu menuju ruang makan.

Aku membuka pintu, dan benar saja...

"Dindaaa!" Teriak Leni dan Yulia berbarengan setelah pintu terbuka, mereka langsung memelukku.

"Akhirnya kalian datang juga!" Jawabku senang.

"Loe beneran mau ninggalin kita?" Tanya Leni sambil melepas pelukannya.

Aku mengangguk pelan,

"Ah..teganya" Ucap Leni kecewa.

"Emang gak bisa dibatalin aja din? Kan kita udah janji mau sekolah bareng lagi" bujuk Yulia padaku.

Aku menggeleng sedih, "tapi aku janji kapan-kapan bakal nemuin kalian lagi!"

"Ada siapa Dinda?" Teriak mama dari ruang makan.

"Leni sama Yulia, mah!" Sahutku.

"Oh kebetulan kalau begitu, sini aja mereka makan bareng!"

"Iya mah!" Jawabku pada mama.

Aku meraih tangan Leni dan Yulia, "Ayo!" Ajakku membawa mereka masuk dan makan bersama kami.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Vindi Cori
Sedih bnget...
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Cinta Manis Masa Sekolah   EPILOG

    Perpisahan itu nyata adanya. Kehilangan orang - orang dalam hidup adalah kebiasaan yang tidak pernah membuatku terbiasa.Aku hanya orang biasa yang tidak mampu menahan beban kerinduan dari sebuah kata yaitu PERPISAHAN.Aku menulis buku ini sebagai sebuah penghormatan juga pengenang untuk orang - orang yang pernah hadir dengan baik dihidupku.Memberiku suka dan duka, tawa dan tangis yang sampai 16 tahun ini masih aku ingat dengan baik.Alur ceritanya memang tidak semuanya sama. Karena aku hanya mencoba mengulang yang ada dalam ingatanku yang sudah tidak terlalu baik ini.Mungkin bagi yang lain, di sepanjang hidup mereka, Tuhan masih menyisakan beberapa sahabat terbaik untuk bersama mendampingi hingga akhir usia. Berbeda denganku yang benar - benar harus kehilangan semuanya tanpa tersisa.Aku harap dengan buku ini, aku dapat mengingat semua orang - orang terbaik dalam hidupku terutama saat aku berada di masa peralihan dari anak - anak menuju dewasa.Sejujurnya dari masa SMK lah semua ke

  • Cinta Manis Masa Sekolah   63

    Malam itu setelah aku kembali dari tahlilan 40 harian mendiang kak wito, aku baru ingat kalau malam ini ada janji bertemu dengan Gugun. Begitu sampai rumah aku kembali berpamitan kepada mama untuk pergi menemui Gugun yang mungkin sudah menungguku di halte.Aku sedikit berlari agar dapat cepat sampai di halte. Aku melirik pada jam tanganku dan waktu sudah menunjukkan pukul 21.00. Sedikit gak yakin jika Gugun masih menungguku di halte bis yang aku janjikan.Nafasku terengah - engah karena sudah berlari cukup jauh, tetapi usahaku gak sia - sia karena ternyata Gugun memang masih menungguku di sana."Maaf gue baru datang, udah lama nunggunya?" Tanyaku begitu sampai di halte."Saya nunggu kakak dari jam 7 malam di sini. Saya kira kakak gak akan datang""Loe gila nungguin gue sampai 2 jam? Kenapa loe gak pulang aja sih?""Saya takut saat saya pulang kakak malah datang dan ngira saya bohong karna gak menemukan saya di sini. Jadi saya tunggu, saya fikir saya akan tetap menunggu sampai jam 12 m

  • Cinta Manis Masa Sekolah   62

    "Loe bener - bener ya, masa minta mantan gue buat traktir kita" aku mendumel kesal begitu kami berjalan kembali masuk ke sekolah."Ya biarin aja sih lagian Esha juga ikhlas kok traktir kita. Kali aja loe jadi bisa mempertimbangkan buat dia jadi pacar loe lagi" jawab Eka santai."Gak ya klo harus balikan lagi sama mantan. Kecuali....""Zendra? Ah bosen gue dengernya""Perasaan gue masih banyak banget buat dia, Ka""Udahlah lupain soal dia. Mending loe pacarin tuh adik - adik kelas biar loe makin populer" Eka menjeda ucapannya sebentar, membuatku penasaran "Populer dengan total mantan terbanyak haha" Eka terbahak meledekku."Sialan loe" Aku mengeplak lengan Eka.Memang dia pikir semudah itu aku bisa berganti hati, meskipun aku memang bisa melakukannya apa bisa menjamin dengan memacari sembarang orang sebagai pelampiasan bisa membuatku cepat move on."Oh iya loe nanti ikut kegiatan pramuka enggak?" Tanyaku teringat bahwa hari ini sudah hari jumat dan sekolah kami rutin mengadakan kegiata

  • Cinta Manis Masa Sekolah   61

    Matahari siang cukup terik membakar tubuhku. Perjalanan dari sekolah menuju rumahku gak melulu dipayungi oleh pepohonan. Terkadang aku juga melewati lapang gersang dan trotoar yang banyak kios tanpa ada satu pun pohon yang tumbuh di sana.Hari itu aku pulang bersama Eka dan beberapa teman lain. Dan otakku hampir mendidih karena mereka yang terus membahas masalah Gugun yang dihukum berkeliling kelas untuk meminta maaf."Menurut gue parah sih si hendrik. Dia udah kelas XII pikirannya masih aja lemot" Ucap Nina yang saat itu berjalan bersama kami. Dia adalah siswi dari kelas akutansi."Iya jahat banget si Hendrik apalagi ya ampun gue gak tega liat cowok ganteng dihukum begitu" Sahut Eka dengan nada manja."Tapi menurut gue ada benernya juga kok Hendri hukum adik kelas begitu biar gak ngelunjak" Mira malah mengompori."Gak bisa gue gak terima kalau hukumannya dengan cara begitu. Dulu aja waktu angkatan kita gak ada tuh kakak kelas yang menghukum adik kelasnya begitu" Balas Nina.Aku yang

  • Cinta Manis Masa Sekolah   60

    Aku menuju kantin dan memesan sesuatu di sana. Sejak kelulusan Kak Febri, aku gak kesulitan memesan makanan di kantin meskipun kondisi kantin dalam keadaan penuh sesak. Pelayan kantin selalu mendahulukan pesananku untuk tiba lebih dulu. Kemudahan yang aku dapat itu, aku yakin gak lepas dari campur tangan kak Febri, karena hanya dia yang selalu didahulukan oleh penjaga kantin saat memesan sesuatu. Sambil menunggu aku duduk di kursi tempat biasa kak Febri duduk di sana. Ajaibnya sejak dia gak ada di sekolah ini pun kursi itu selalu kosong gak ada yang berani menempati."Hai kak... akhirnya kita dipertemukan lagi" Gugun berdiri di depanku."Eh... iya...kita udah beberapa kali ketemu yaa hari ini""Tiga kali kak, mungkin sampai kita pulang nanti akan bertambah" Katanya tersenyum padaku."Mm mungkin. Gue sering mondar - mandir di sekolah ini jadi wajar kalau loe bakal sering ketemu gue. Siap - siap aja buat bosen ngeliat muka gue""Saya gak mungkin bosen lihat wajah kakak, justru sebalikn

  • Cinta Manis Masa Sekolah   59

    Angin di awal bulan juli berhembus dengan sejuk. Desirannya menggoyahkan dedaunan dan pepohonan yang tumbuh di sekitar gerbang sekolahku. Sinar mentari hadir ke permukaan bumi dengan leluasa tanpa penghalang, membentuk bayang - bayang di atas jalan berbatu tempat yang aku pijak kini.Aku berdiri di sini, di atas jalan berbatu beberapa meter di depan gerbang sekolah. Melihat beberapa motor melintas memasuki gerbang sekolah. Beberapa hari yang lalu, tempat ini menjadi tempat untuk saling berucap sampai jumpa dan salam perpisahan dengan orang - orang yang pernah dekat denganku. Di sini tempat pertama kali aku bertemu dengan Kak Wito dan di tempat ini pula lah kami mengakhiri pertemuan kami untuk selama - lamanya.Hari perpisahan memang hari paling menyakitkan sedunia. Satu hari yang amat berharga dari 365 yang ada dalam setahun. Beberapa jam yang mewakili keakraban yang terjalin selama ini dan sekarang mereka sudah benar - benar pergi.Aku berdiri di sini, berusaha mengingat segala hal y

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status