“Jadi lo pikir gue akan menghujat lo kalau tau hamidun. Ya ampun Shea, lo itu sahabat gue. Mau lo jungkir balik jadi bandar judol pun gue nggak akan menghakimi, yang bisa gue lakuin cuma memberi nasihat, tapi ini bukan salah lo. Ini bukan karena lo kegatelan sama lakik terus akhirnya kebobolan.”
Beginilah yang Shea tidak sanggup, mendengar reaksi Alisa. Dia mulai mondar-mandir di kamar kosan, menyumpah-nyumpah selama Shea bercerita tapi tidak menyela. Dan ketika cerita itu selesai dipaparkan, Alisa mulai meledak, kehilangan kendali.“Dari awal gue udah curiga, gue memang kurang suka sama Adimas. Tapi gue pikir itu cuma perasaan iri karena lo berhasil dekat sama most wanted kampus. Ternyata dia memang brengsek!”Shea sudah notice ini, di antara teman-temanya, Alisa-lah yang kelihatan kurang antusias. Dia sudah mengenal Shea sejak masa sekolah. Sudah menjadi kebiasannya setiap Shea dekat dengan seseorang, Alisa langsung menilai. Tapi Shea tidak pernah menden“Sudah enam belas minggu.” Kata-kata perempuan itu seperti kembali menggema di kepala Shea. Sadar bahwa Shea akan menolak pergi, dia berbicara cepat tanpa melepaskan masker. “Saya sudah nggak punya apa-apa lagi. Pekerjaan hilang, nama saya diblacklist banyak perusahaan. Keluarga saya nggak mau menerima saya, karena berpikir ini anak hasil yang dilakukan suka sama suka sesuai tuduhan yang disebarkan pengacara Ricky. Dan kamu jelas tahu, siapa orang yang saya maksud.” Rasanya seperti Shea sedang melihat dirinya sendiri saat pertama kali berbicara pada Adimas tentang apa yang terjadi. Berdiri tegar tanpa gentar, meski seluruh tubuh terasa gemetar. “Saya nggak minta apa-apa, saya hanya berusaha memperjuangkan hak saya sebagai korban. Tapi apa yang dilakukan Jerikho membuat saya merasa nggak pantas untuk mendapat keadilan.” Tanpa sadar Shea mengusap perutnya, Merasa tiba-tiba terkoneksi dengan apa yang dirasakan perempuan itu. “I really sorry for what happen to you. Tapi aku nggak bis
Kantor hari itu lumayan lengang, Jerikho sedang mengecek laporan ketika pintu ruangannya mendadak terbuka.“Gimana Jerikho?”Jerikho mengangkat pandangan dari layar macbook dan melihat Pak Brody menjatuhkan diri di hadapannya.“Saya belum bisa memutuskan.”“Kamu tahu ini kesempatan yang nggak akan datang dua kali?” tanya beliau, mencondongkan tubuh lebih dekat. “Mr. Lenox itu bukan orang sembarangan. Dia juga nggak akan menunjuk pengacara secara random. Kalau kamu bisa bekerja sama dengan dia di kasus ini dan berhasil, itu akan membuka peluang di kasus-kasus serta masalah legal beliau lainnya.”Sambil bersandar, kursi Jerikho berputar pelan, kebiasannya ketika berpikir, Jerikho justru tidak bisa diam. Jemarinya yang panjang mengetuk sisi kursi dalam gerakan konstan.“Berapa lama targetnya?”“Enam bulan selesai.”Itu waktu yang cenderung cepat untuk sebuah kasus yang melibatkan hukum Internasional. Dan resikonya
“Itu nggak mungkin, Bang.”“Cuma seminggu, aku ada kerjaan di sana dan aku mau kamu juga ikut. Kita bisa extend seminggu lagi buat liburan.”Oke, jadi beginilah cara anti mainstream suami mengabarkan ada pekerjaan di Aussie, dan ingin membawa sang istri.Shea sebenarnya tidak masalah, justru merasa terhormat diikutsertakan, tapi waktunya benar-benar menyebalkan.“Kapan?”“Jumat ini, Shea.”Tuh kan.Melintasi ruangan setelah sampai di apartemen, Shea langsung menuju pantry, meletakkan kotak brownies, meneguk segelas air dan menatap sang suami. “Kenapa nggak bilang lebih awal?”Jerikho melempar jasnya ke sofa. “Aku juga baru dapat kabarnya hari ini. Kamu masih punya waktu buat packing.”Lalu, dia masuk begitu saja ke kamar. Kamar Shea. Harap dicatat setelah berhari-hari tidur bersama. Jerikho makin santai saja keluar masuk kamar itu seakan sudah menjadi milik berdua.Shea membuntutinya,
Shea berusaha menerapkan tiga C yang selalu diajarkan Jerikho setiap kali akan masuk ruang sidang. Calm, collected, confident. Berusaha tidak terpancing dengan konfrontasi Kalina, Shea mengumpulkan bukti-bukti yang dibutuhkan. Walaupun dalam hati jengkel dan perutnya mual. “Kesabaran manusia juga ada batasnya, tuduhan pertama aku nggak ambil pusing, tuduhan kedua, aku nggak mau ribet, tuduhan ketiga, udah keterlaluan, jadi sebenarnya kamu maunya apa, She?” Bukankah harusnya Shea yang mengatakan itu? Tapi sekali lagi, Shea memilih untuk menhela napas panjang. Kemudian menatap Adimas setenang yang diharapkan terlihat. “Apa urusannya sama kamu Dim? Kan, bukan kamu yang terlibat kasus plagiat? Aku juga cuma mengutarakan apa yang ada di dalam desain aku, bukannya semua orang bebas berpendapat ya?” “Pendapat kamu disertai klaim sepihak, kasian Kalina udah pontang-panting bikin desain itu sampai nggak
“Kamu paham betul Shea, nggak harus terinspirasi dari tema yang sama untuk menghasilkan karya yang sama. Bahkan ada yang mengambil tema pernikahan tahun 50-an seperti kamu tapi hasilnya berbeda jauh. Fashion itu luas, kamu nggak bisa mengkotak-kotakan mereka hanya dari satu tema atau inspirasi saja.”Shea mengerti apa yang dikatakan Bu Winda, tapi ini menyangkut tugas akhirnya. Sesuatu yang dia buat dengan keringat dan insomnia. Rasanya terlalu naif kalau berharap Shea hanya akan diam saat melihat ada yang memplagiat karyanya.“Dan kamu bukan satu-satunya mahasiswa dengan masalah serupa, dalam minggu ini aja, sudah ada tiga orang yang datang ke Ibu dan mengaku-ngaku desainnya dicontek. Makanya Ibu katakan berulang kali, kalian perlu detail yang unik yang menjadi identitas. Kalau seperti ini, Ibu juga nggak bisa membantu.”Yah, ini adalah kenyataan pahit. Hukum fashion copyright lemah dan terbatas. Karena pada dasarnya fashion adalah ekspresi yang sering me
“Kayaknya kita memang yang paling lambat di antara mahasiswa lain. Orang-orang udah pada preview collection, kita masih stuck gini-gini aja.”“Lo kenapa ditolak?”“Konsepnya belum pakem.”Shea manggut-manggut saja memilih celingukan mencari stand minuman.“Nggak ada yang jual minum?” tanyanya menatap sekeliling yang penuh orang.Mereka sedang berada di tengah lautan pengunjung yang memenuhi pelataran Museum Mode Jakarta, Shea dan Alisa berdiri di antara kerumunan.Alisa sengaja mengajaknya ke sana, acara ini menampilkan preview collection untuk tugas akhir yang dikurasi dan dipilih ketat oleh panitia kampus dan pihak museum.Desain mereka tidak termasuk di antara yang terpilih. Tapi mereka bisa menonton mahasiswa yang terpilih sebagai bentuk dukungan sekaligus mencari inspirasi.Shea nurut saja, toh, dia pun tidak ada kesibukan setelah Mama dan Papa berangkat kondangan, dan kemungkinan akan pulang sore. Sementar