Share

CHAPTER III

           

Pertanyaan Karin tentang pertemanan kami memang benar-benar membuatku kaget, karena kuakui terkadang aku juga ragu apakah kami memang sedekat itu hingga bisa dikatakan sebagai teman atau bahkan sahabat.

“Apa maksudmu , kenapa kamu sampai berpikir seperti itu ?” jawabku sambil menoleh dan menatap lurus ke arahnya.

“Aku merasa sepertinya yang kita lakukan bersama selama ini tidak ada artinya bagimu.” Katanya lagi masih sambil menatap lurus kedepan “Apa aku harus melihatnya sendiri agar tahu kalau kamu lagi dekat dengan seseorang seperti sekarang , apa begitu susahnya buat kamu untuk menceritakan kepada kami.”

“Bukan begitu , hanya saja …” kataku sambil menatap kebawah dan bingung harus menjawab seperti apa agar tidak makin menyinggung perasaan nya

“Kamu takut bagaimana penilaian kami kepadamu ?” tanyanya lagi sebelum aku sempat melanjutkan , aku hanya terdiam mendengar pertanyaanya karena sebenarnya itu memang benar. “kami akan bahagia jika kamu juga merasakan kebahagiaan , bukankah itu artinya teman.” Katanya kemudian.

“maafkan aku Karin, apa menurutmu Sabrina juga berpikiran seperti itu ?” tanyaku padanya sambil memikirkan bagaimana pandangan Sabrina saat ini kepadaku.

“Entahlah , aku tidak bisa membaca pikiran orang lain” jawabnya kali ini sambil menatap ke arahku “Tapi yang jelas bagiku , aku selalu ingin kamu lebih leluasa kepada ku , menceritakan apa yang kamu rasakan apapun itu bahagia dan sedih sekalipun.” Katanya lagi membuatku terdiam sesaat , hingga akhirnya kita sampai di depan rumah ku

“Ah, aku sudah sampai , aku masuk dulu ya , sampai jumpa besok.” Kataku sambil tersenyum tipis sambil memutar tubuhku untuk berjalan melangkah ke rumah.

“Tunggu…” kata Karin kemudian sesaat setelah aku membalikkan badan ku membelakangi nya dan membuat ku memutar tubuh ku lagi menghadap nya , kami pun berhadapan saat ini. “Aya , kau tahu kan , aku hanya ingin kita berteman lagi seperti sebelumnya.” Kata nya kemudian setelah terdiam sesaat “Sampai jumpa besok di sekolah.” Lanjutnya kemudian setelah menunggu jawabanku yang tidak kuucapkan. Karin melangkah menjauh dan memutar badannya setelah tersenyum kepadaku lalu melanjutkan perjalanan pulang nya. Aku pun masuk ke dalam rumah setelah melihatnya makin jauh. Rumah nya tidak begitu jauh dari rumahku , kita memang beda RT tapi masih satu RW , begitulah.

         Di dalam kamar , setelah berganti dengan pakaian yang lebih nyaman aku mulai berbaring di atas kasurku , dan mulai memikirkan Karin , bagaimana kami makin jauh setelah masuk SMP dan bagaimana kenangan ku tentang nya yang telah ku kubur sampai hari ini aku teringat kembali. Saat itu waktu para orang tua kami berkumpul dalam sebuah reuni tanpa sengaja aku mendengar beberapa orang tua membanding-bandingkan kami berdua dan ada Karin disana dengan tertawa bangga seakan menunjukkan kalau sebenarnya dia berteman dengan ku hanya agar diakui dia memang lebih baik dari siapapun. Itu sebabnya ketika hari kelulusan aku memutuskan memilih sekolah yang berbeda dari nya meskipun kita sudah berjanji untuk masuk sekolah yang sama saat itu. Aku terus menatap langit-langit kamar sambil mengingatnya lagi sampai akhirnya mata ku mulai berat dan jatuh tertidur pulas.

***

         Trrrt trrrt trrrt , trrrt trrrt trrrt , aku terbangun merasakan ada sesuatu yang bergetar di samping ranjang tempat tidur ku. Aku langsung mengangkat telepon tanpa membuka mata sambil melap liur di mulut ku dan menjawab telepon “Hallo …” kataku masih sambil memejamkan mata

“Hallo Aya, kamu lagi tidur ya , apa aku bangunin kamu?” kata suara di seberang telepon, suara yang begitu familiar di telingaku. Bahkan mendengar suaranya saja sudah mampu menyadarkan ku dari rasa kantuk ku. Aku langsung bangun dengan kesadaran sepenuhnya

“Ah kak Bima, Halo kak, kakak lagi apa?” jawabku kemudian.

“Mungkin aku hanya lagi ingin ngobrol sama kamu, apa aku ganggu?”

“No , no , mana mungkin kakak ganggu aku.” Jawabku sambil tertunduk malu-malu , padahal kami juga cuma bicara lewat telepon , kenapa aku harus seperti ini sih.

“Baguslah, ngomong-ngomong kamu baru bangun ya, apa kamu tau jam berapa sekarang?”

“Oh , ini sudah sangat sore, aku harus berangkat kursus jam 6.” Jawabku panik , aku mendengar suara kak bima terkekeh di seberang sana

“Baiklah, kamu belum terlambat ini masih jam setengah 6 kok, segeralah mandi, jangan bilang kamu mau berangkat seperti itu.” Katanya yang terdengar sambil menahan tawa.

“Ooh , maaf ya kak , padahal kak Bima udah sempetin telepon aku , tapi malah mau aku tinggal.”

“Relax , tenanglah , jangan minta maaf tapi berterima kasihlah karena aku melepon jadi kamu bisa bangun sebelum terlambat.”

“iya kak , terima kasih banget, banget, banget, nanti aku hubungi lagi ya kak kalo udah pulang.”

“Baiklah, dadah.” Katanya kemudian lalu terdengar suara telepon ditutup.

***

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status