Pertanyaan Karin tentang pertemanan kami memang benar-benar membuatku kaget, karena kuakui terkadang aku juga ragu apakah kami memang sedekat itu hingga bisa dikatakan sebagai teman atau bahkan sahabat.
“Apa maksudmu , kenapa kamu sampai berpikir seperti itu ?” jawabku sambil menoleh dan menatap lurus ke arahnya.
“Aku merasa sepertinya yang kita lakukan bersama selama ini tidak ada artinya bagimu.” Katanya lagi masih sambil menatap lurus kedepan “Apa aku harus melihatnya sendiri agar tahu kalau kamu lagi dekat dengan seseorang seperti sekarang , apa begitu susahnya buat kamu untuk menceritakan kepada kami.”
“Bukan begitu , hanya saja …” kataku sambil menatap kebawah dan bingung harus menjawab seperti apa agar tidak makin menyinggung perasaan nya
“Kamu takut bagaimana penilaian kami kepadamu ?” tanyanya lagi sebelum aku sempat melanjutkan , aku hanya terdiam mendengar pertanyaanya karena sebenarnya itu memang benar. “kami akan bahagia jika kamu juga merasakan kebahagiaan , bukankah itu artinya teman.” Katanya kemudian.
“maafkan aku Karin, apa menurutmu Sabrina juga berpikiran seperti itu ?” tanyaku padanya sambil memikirkan bagaimana pandangan Sabrina saat ini kepadaku.
“Entahlah , aku tidak bisa membaca pikiran orang lain” jawabnya kali ini sambil menatap ke arahku “Tapi yang jelas bagiku , aku selalu ingin kamu lebih leluasa kepada ku , menceritakan apa yang kamu rasakan apapun itu bahagia dan sedih sekalipun.” Katanya lagi membuatku terdiam sesaat , hingga akhirnya kita sampai di depan rumah ku
“Ah, aku sudah sampai , aku masuk dulu ya , sampai jumpa besok.” Kataku sambil tersenyum tipis sambil memutar tubuhku untuk berjalan melangkah ke rumah.
“Tunggu…” kata Karin kemudian sesaat setelah aku membalikkan badan ku membelakangi nya dan membuat ku memutar tubuh ku lagi menghadap nya , kami pun berhadapan saat ini. “Aya , kau tahu kan , aku hanya ingin kita berteman lagi seperti sebelumnya.” Kata nya kemudian setelah terdiam sesaat “Sampai jumpa besok di sekolah.” Lanjutnya kemudian setelah menunggu jawabanku yang tidak kuucapkan. Karin melangkah menjauh dan memutar badannya setelah tersenyum kepadaku lalu melanjutkan perjalanan pulang nya. Aku pun masuk ke dalam rumah setelah melihatnya makin jauh. Rumah nya tidak begitu jauh dari rumahku , kita memang beda RT tapi masih satu RW , begitulah.
Di dalam kamar , setelah berganti dengan pakaian yang lebih nyaman aku mulai berbaring di atas kasurku , dan mulai memikirkan Karin , bagaimana kami makin jauh setelah masuk SMP dan bagaimana kenangan ku tentang nya yang telah ku kubur sampai hari ini aku teringat kembali. Saat itu waktu para orang tua kami berkumpul dalam sebuah reuni tanpa sengaja aku mendengar beberapa orang tua membanding-bandingkan kami berdua dan ada Karin disana dengan tertawa bangga seakan menunjukkan kalau sebenarnya dia berteman dengan ku hanya agar diakui dia memang lebih baik dari siapapun. Itu sebabnya ketika hari kelulusan aku memutuskan memilih sekolah yang berbeda dari nya meskipun kita sudah berjanji untuk masuk sekolah yang sama saat itu. Aku terus menatap langit-langit kamar sambil mengingatnya lagi sampai akhirnya mata ku mulai berat dan jatuh tertidur pulas.
***
Trrrt trrrt trrrt , trrrt trrrt trrrt , aku terbangun merasakan ada sesuatu yang bergetar di samping ranjang tempat tidur ku. Aku langsung mengangkat telepon tanpa membuka mata sambil melap liur di mulut ku dan menjawab telepon “Hallo …” kataku masih sambil memejamkan mata
“Hallo Aya, kamu lagi tidur ya , apa aku bangunin kamu?” kata suara di seberang telepon, suara yang begitu familiar di telingaku. Bahkan mendengar suaranya saja sudah mampu menyadarkan ku dari rasa kantuk ku. Aku langsung bangun dengan kesadaran sepenuhnya
“Ah kak Bima, Halo kak, kakak lagi apa?” jawabku kemudian.
“Mungkin aku hanya lagi ingin ngobrol sama kamu, apa aku ganggu?”
“No , no , mana mungkin kakak ganggu aku.” Jawabku sambil tertunduk malu-malu , padahal kami juga cuma bicara lewat telepon , kenapa aku harus seperti ini sih.
“Baguslah, ngomong-ngomong kamu baru bangun ya, apa kamu tau jam berapa sekarang?”
“Oh , ini sudah sangat sore, aku harus berangkat kursus jam 6.” Jawabku panik , aku mendengar suara kak bima terkekeh di seberang sana
“Baiklah, kamu belum terlambat ini masih jam setengah 6 kok, segeralah mandi, jangan bilang kamu mau berangkat seperti itu.” Katanya yang terdengar sambil menahan tawa.
“Ooh , maaf ya kak , padahal kak Bima udah sempetin telepon aku , tapi malah mau aku tinggal.”
“Relax , tenanglah , jangan minta maaf tapi berterima kasihlah karena aku melepon jadi kamu bisa bangun sebelum terlambat.”
“iya kak , terima kasih banget, banget, banget, nanti aku hubungi lagi ya kak kalo udah pulang.”
“Baiklah, dadah.” Katanya kemudian lalu terdengar suara telepon ditutup.
***
Ini benar-benar membuat ku gila , entah berapa lama aku tertidur dan kenapa ibu tidak membangunkan aku sih. Aku langsung berlari ke kamar mandi , membasuh muka dan menyiram tubuhku seadanya lalu berpakaian seadanya pula. Aku berlari turun ke ruang makan sambil berteriak “Bu, Kenapa nggak bangunin aku sih” Ibu yang lagi berada di dapur tetap fokus dengan kesibukannya tanpa menengok sedikitpun “Kamu mengunci pintu kamarmu, ketukan kencang di pintu seribu kali pun nggak akan bisa membangunkan mu.” Jawab ibu membela diri “Aku telat nih berangkat kursus nya.” Jawabku menggerutu “Sana minta antar kakakmu , mumpung dia barusan datang.” Ibu benar-benar seperti cenayang , karena benar aj
Karena sudah hampir jam 6 malam , langit pun hanya menyisakan sedikit cahaya matahari , Lendra langsung menuju ke arah motor nya yang terparkir rapi di samping motor kakak ku , setelah mengenakan helm dia mulai menyalakan motornya dan tanpa di komando , aku pun langsung memasang helm ku lalu naik ke motor nya. Mungkin karena dia terburu-buru menarik gas di sepeda motor nya sebab ketika kita mulai berjalan aku kaget hingga tanpa bisa kutolak tubuhku terdorong ke depan sehingga membuat kedua tanganku tanpa sadar memeluk pinggangnya , meskipun agak canggung aku benar-benar tidak berani melepaskan pelukan ku karena takut terjatuh. Beruntung aku tidak terlambat hari ini, gedung tempat kursus ku memang tidak begitu jauh dari rumah tapi juga tidak dekat, bisa dibilang jarak yang nanggung , jika harus naik
Karena kesiangan, pagi ini aku gagal bertemu dengan kak Bima , beberapa ini keadaan cukup tenang entah kenapa Sabrina juga tidak pernah lagi bertanya-tanya lagi tentang orang yang dekat dengan ku. Hanya saja setiap kita makan siang bersama atau lagi ngobrol bersama sebisa mungkin aku tidak melihat handphone untuk membalas chat dengan kak Bima karena jika begitu , mereka pasti akan ricuh lagi. Aku juga sudah menceritakan ke kak Bima tentang bagaimana penasarannya teman-teman ku padanya , dia hanya tertawa dan menawarkan akan mentraktir kami suatu saat nanti. Kak Bima benar-benar baik, bagaimana dia bisa terpikir akan mentraktir kami , hati ku selalu senang dan tanpa sadar mulutku mengambang menjadi sebuah senyuman ketika memikirkannya. “lagi-lagi kamu melamun sambil tersenyum sendiri.” Kata Sabrina menyadarkanku “segitu bahagianya ya.” Katanya lagi sambil menaruh nampan berisi
Berbelanja bersama mereka memang selalu menyenangkan, sepulang sekolah sekitar jam 6 sore kami janjian bertemu di department store terdekat. Setelah berkeliling dengan beberapa kericuhan seperti biasanya akhirnya kami sepakan menentukan pakaian apa yang cocok untuk ku kenakan besok. Baju terusan sepanjang lutut berwarna merah muda dan putih , dengan lengan yang memperlihatkan sedikit bahu jika dikenakan , menurut mereka aku akan terlihat manis memakainya. Sekarang kami sedang duduk di sebuah café di pinggir jalan , sepertinya café ini memang cukup populer karena instagramable dan karena ini hari jum’at malam suasana di café pun sedikit lebih rame dari biasanya kurasa. Karena kami bertiga jadi kami memilih untuk duduk di meja dengan 4 kursi saling berhadapan, sebenar nya Sabrina
Hari telah berganti, pagi ini begitu cerah , matahari tanpa tertutup awan terasa begitu hangat , aku bangun pagi-pagi sekali dengan begitu bersemangat. Kucuci muka ku tiga kali , ku gosok gigiku dua kali dan tidak lupa kumur dengan penyegar agar nafasku benar- benar fresh , kucuci rambutku tiga kali , bahkan Ayah memuji betapa wanginya aku ketika baru keluar dari kamar mandi. Setelah ku keringkan rambutku , ku keriting rambutku sehingga membuat rambutku yang lurus sedikit bergelombang. Kukenakan make up tipis dengan lipstik berwarna merah muda lalu kukenakan baju baru yang baru saja ku setrika dengan rapi. Setelah kusemprotkan perfume , sekali lagi kupandangi cermin dengan pantulan bayangan ku di dalam kamar , kupikir penampilan ku kali ini sudah cukup lumayan , atau malah berlebihan , aku takut jika dianggap terlalu berlebihan jadi aku coba video call Lendra setidaknya dia teman cowok ku satu-satu nya yang mungkin
Kak bima membukakan pintu untuk ku dan membiarkan aku masuk terlebih dahulu , lalu kami memilih meja dengan empat kursi. Kak Bima juga menarik kursi untuk ku sehingga aku bisa duduk dengan nyaman sebelum dia memilih untuk duduk di kursi yang berada tepat di hadapan ku. Aku mulai membuka menu yang berada di atas meja waktu seorang pelayan datang sambil memberikan segelas air putih kepada kami. “kamu mau pesan apa?” Tanya kak Bima padaku “Ehm , kamu bilang suka spaghetti kan.” “Iya kak aku suka.” “Baiklah, pesanlah itu , lalu kamu juga suka es krim ?” Tanya nya lagi , kali ini aku menjawab dengan anggukan dan senyuman paling manis yang pernah aku tunjukan “Oke , kamu imut sekali.” Kata nya kemudian membuat ku makin berdebar “Permisi, kami mau pesan Spaghetti Saus Tomat , Linguine
Sudah seminggu sejak kencan terakhir kami dan sampai sekarang aku sama sekali belum bertemu dengan kak Bima. Dia susah dihubungi dan sudah 3 hari ini tidak masuk sekolah sedangkan aku tidak tahu dimana rumahnya , membuatku makin mengkhawatirkannya. Siang ini pun aku sengaja datang ke lapangan basket tempat dia biasa Latihan dan aku sama sekali tidak melihatnya. “Kamu ngapain?” terdengar suara Karin menyadarkan lamunanku “Aku ga bisa menemukan kak Bima , bahkan disini dia nggak ada.” “udah kamu hubungi hp nya ?” “Hp nya mati , membuatku khawatir , 3 hari ini dia ga masuk sekolah katanya ada urusan , tapi aku ga tahu urusan apa itu.” Jawabku sambil melihat ke Hp yang ada di genggaman ku
Sudah beberapa hari ini sejak kejadian waktu itu setiap pagi aku tidak lagi bertemu dengan kak Bima , aku masih memikirkan tentang bagaimana hubungan mereka sebenarnya tapi tetap saja tidak berani bertanya pada mereka. Mungkin , karena aku takut jika ternyata mereka punya hubungan spesial yang tidak aku ketahui atau bisa juga karena aku memang seorang pengecut dan memilih untuk memendamnya sendiri , meskipun ini terasa tidak benar. Aku merasa malas dan tidak bertenaga untuk ke sekolah tapi meskipun begitu mungkin karena sudah terbiasa aku tetap datang sepagi ini. Ruangan kelas masih setengah kosong waktu aku datang tapi kulihat sudah ada Karin dan Sabrina disana , sepertinya mereka lagi ngobrolin hal yang serius karena mereka ga sadar aku datang. “jadi sampai sekarang kam