Share

Ikut ke Hotel

last update Terakhir Diperbarui: 2024-09-05 18:43:02

Sementara, Emery masih memandangi dirinya dalam cermin. Dia merasa bersalah sekali pagi ini karena sudah tidur dengan Ruben semalam. Tanpa sepengetahuan Sienna. Seandainya saja Sienna tahu, habislah dia.

Siang itu, Emery sudah berdandan rapi dan hendak menemui Sienna di tempat yang sudah dijanjikan. Namun, ketika keluar dari rumah kosannya, seseorang membunyikan klakson mobil tepat di belakang Emery. Sontak saja, Emery terkejut melihat Ruben yang tengah duduk di jok kemudi memanggil Emery untuk segera masuk ke mobilnya.

“Astaga! Mau ngapain lagi dia?” gumam Emery. Dia terpaksa berjalan ke arah Ruben, membuka pintu mobilnya. Lalu, duduk di sebelahnya.

“Ada apa?” tanya Emery. Dia masih sebal dengan sikap Ruben tadi pagi.

“Kamu masih marah, ya?” Ruben memastikannya lagi. Dia melihat raut wajah Emery yang sedari tadi tidak mau memandang ke arahnya.

“Jelas saya marah! Di dunia ini mana ada wanita yang dengan sukarela menyerahkan seluruh harta berharganya untuk pria yang tidak dicintainya,” Emery sewot.

“Jadi, kamu membenciku sekarang? Kamu tidak takut? Aku ini, kan, seniormu,” goda Ruben. Dia berusaha mengembalikan lagi mood Emery yang ambyar.

“Ancaman Anda itu tidak akan mempan lagi untuk saya. Sebaiknya, simpan saja semua bujuk rayu Anda untuk wanita lain. Saya bukan tipe wanita yang sembarangan tidur dengan seorang pria.” Emery menegaskannya pada Ruben. Namun, pria itu hanya tersenyum sekilas menanggapi Emery.

“Baiklah! Kalau itu maumu. Jangan salahkan aku! Jika terjadi sesuatu sama kamu, terus aku nyuekin kamu saat itu.” Ruben lepas tanggung jawab. Sudah dibaikin malah ngelunjak, pikirnya sembari menatap wajah Emery yang masih menahan kesal kepadanya.

Emery menoleh. “Jika terjadi sesuatu yang mengerikan dalam hidup saya, Anda tentunya harus bertanggung jawab. Saya tidak peduli, Anda senior atau atasan saya nantinya. Saya hanya akan berjuang meraih keadilan. Paham?” tegasnya.

Ruben tersenyum lagi mendengar semangat juniornya yang membara bak seorang pejuang kemerdekaan saat ini. Dia juga menyimpan kekagumannya pada Emery. Wanita itu penuh ambisi. Semangatnya membuat Ruben mengacungkan dua jempol.

Ruben segera melajukan kendaraannya dan pergi meninggalkan rumah kos-kosan yang ditempati Emery. Tunggu sebentar! Emery kaget. Ruben hendak membawanya ke mana? Saat ini, Emery, kan, sudah ada janji dengan Sienna.

“Kita mau ke mana?” tanya Emery agak cemas. Dia melihat-lihat sekitarnya.

“Ke hotel,” sahut Ruben.

“A-apa? Ke hotel? Mau ngapain?” Emery terlonjak kaget setelah mengetahui Ruben akan membawanya ke hotel.

“Kenapa kamu sekaget itu? Santai dan bersikaplah biasa saja saat menanggapinya. Lebay banget.” Ekspresi datar ditunjukkan Ruben saat dia menoleh ke arah Emery.

“Maaf, saya tidak mau ikut Anda ke hotel. Cari wanita lain aja! Yang open BO banyak kok di aplikasi,” tolak Emery dengan tegas.

Ruben mengerutkan keningnya. Rupanya Emery salah persepsi. Wanita itu tidak tahu maksud Ruben membawanya ke hotel. Pria itu jadi ingin ketawa. Buruk sekali pemikiran Emery saat ini. Apa dia salah makan? Atau otaknya sedang koslet gara-gara semalam? pikir Ruben.

“Kamu ngomong apa sih? Memangnya kamu pikir aku mau ngajakin kamu ke sana? Otakmu ngeres banget, Emery,” cibir Ruben.

“Trus, ngapain dong kalau bukan untuk itu .…” Emery jadi kikuk dan salah tingkah. Dia grogi sekali di depan Ruben.

“Aku bawa kamu ke hotel untuk menemaniku menghadiri acara lain di sana. Bukan untuk melakukan sesuatu yang tidak-tidak di sana. Ngaco kamu!” jelas Ruben.

“Acara lain itu apa?” ulang Emery. Dia harus tahu dulu maksud dan tujuan Ruben membawanya.

“Acara seminar kedokteran,” terang Ruben.

Oh, begitu rupanya. Sekarang, Emery tahu maksud Ruben mengajaknya pergi ke hotel. Tapi, kan! Dia sudah ada janji lain dengan Sienna. Dia baru menyadarinya sekarang.

Berhenti! Stop! Stop! Emery menghentikan Ruben sesegera mungkin. Saat itu, Ruben kaget dan menepikan kendaraannya di pinggir jalan.

“Aaaahhh! Sial! Kenapa kamu menyuruhku berhenti di tengah jalan? Kalau aku nggak ngerem mendadak bisa-bisa .…” Ruben sewot. Kalimatnya terhenti beberapa saat. Emery langsung menyela pembicaraannya.

“Saya sudah ada janji lain. Jadi, saya tidak bisa menemani Anda ke sana. Maafkan saya,” sesal Emery. Dia bergegas turun dari mobil Ruben. Namun, pria itu tidak mengizinkannya.

“Tunggu! Kamu mau ke mana?” cegah Ruben sembari memegangi tangan Emery dengan erat. “Suruh siapa kamu bisa pergi?”

“Saya udah ada janji makan siang dengan teman,” Emery memberitahu.

“Temanmu? Yang mana?” Ruben curiga. Matanya menyipit dan dia menyudutkan Emery. “Apa temanmu itu seorang pria?” tanyanya lagi.

“Bukan. Maafkan saya sekali lagi. Saya tidak punya banyak waktu lagi. Sudah telat,” Emery langsung turun dari mobil. Lalu, dia naik bus kota.

Emery meninggalkan Ruben begitu saja. Pria itu tersenyum sinis menanggapinya. Sepertinya dia diabaikan oleh juniornya.

“Kurang ajar!” gerutu Ruben sembari memukul stir kemudinya karena gusar.

‘Awas kamu, Emery!’ ancamnya dalam hati. Tiba-tiba, dia kepikiran ide untuk mengerjainya. Senyum licik pun mengembang di sudut bibirnya.

***

Sesampainya Emery di kafe, tempatnya janji temu dengan Sienna, dia terkejut melihat Sienna tergesa-gesa keluar dari kafe. Gawat!

“Emery, syukurlah kamu sudah datang! Kita harus segera pergi,” kata Sienna memberitahunya.

“Ada apa?” Emery ikut panik. Tangannya digandeng Sienna dan tidak lama kemudian taksi online menghampiri mereka di depan kafe.

Sienna belum menjelaskan apa-apa pada Emery. Wanita itu sibuk sekali menelpon. Sampai-sampai, dia melupakan Emery yang berada di sampingnya. Apa hanya Emery yang tidak tahu apa-apa saat ini?

Usai Sienna menelpon, Emery bertanya pada sahabatnya itu. Apa yang terjadi dan mau ke mana mereka pergi? Dua pertanyaan itu yang sedari tadi mengganjal dalam benak Emery. Sejak keduanya keluar dari kafe tanpa sempat makan siang bersama seperti yang sudah dijanjikan.

“Sebenarnya kita mau ke mana sih?” tanya Emery. Sienna menoleh.

“Emangnya kamu nggak tahu? Sekarang ini kita harus menghadiri seminar di hotel,” Sienna memberitahu.

“Oh ya? Haruskah kita juga ikut ke sana? Bukannya ini hari libur kita?” pikir Emery. Kenapa tujuannya sekarang sama seperti Ruben?

“Dokter Ruben memerintahkan koas yang libur hari ini untuk pergi ke sana. Katanya penting sekali untuk koas seperti kita,” terang Sienna.

Emery tidak habis pikir saja. Kenapa jatah liburnya harus diisi dengan mengikuti kegiatan seminar? Tadinya, kan, Emery dan Sienna mau jalan-jalan, ngafe, dan hangout ke mall. Sekarang semua rencananya gagal. Hanya wacana. Gagal total semuanya. Makanan enak yang sudah terbayang di pelupuk mata musnah sudah.

“Dia sengaja kayaknya,” gumam Emery. Sienna memerhatikannya dari tadi.

“Sengaja gimana maksud kamu, Mer?” Sienna tidak mengerti.

Emery menggeleng. Dia segera menyangkalnya. Jangan sampai Sienna tahu, kalau Emery sebelumnya bertemu dengan Ruben dan menyuruhnya menemani di acara seminar kedokteran.

Berbeda dengan Emery, Sienna justru menaruh curiga pada Emery. Sejak kapan Emery bersikap seperti itu di depan sahabatnya sendiri? Ada banyak hal yang Emery sembunyikan dari Sienna akhir-akhir ini. Sienna jadi berburuk sangka pada Emery.

Beberapa menit kemudian, Emery dan Sienna tiba di hotel. Keduanya masuk ke sebuah ballroom hotel untuk menghadiri seminar kedokteran. Astaga! Kenapa harus ke tempat itu sih? Rasanya Emery ingin sekali menyembunyikan wajahnya saat berada di ruangan elit itu. Dia malu sekali ketika harus bertemu dengan Ruben.

“Itu dokter Ruben!” tunjuk Sienna. Emery langsung memalingkan wajahnya.

“Ya ampun! Mau ngapain dia ke sini?” Emery jadi kikuk sendiri ketika Ruben mendekati mereka.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Cinta Rahasia Sang Dokter   Akhir yang Manis di Kota Cinta

    Hujan mulai turun perlahan, rintik-rintiknya membasahi wajah Sienna yang masih terpaku menatap Sean. Cahaya dari lampu-lampu kecil di sekitar mereka memantul di butir-butir air yang jatuh, menciptakan suasana magis yang tak terduga.“Apa yang dia lakukan?” Sienna terkejut dengan sikap Sean.Sean, meski basah kuyup, tetap bertahan dalam posisinya, berlutut di tanah dengan kotak kecil berisi cincin yang terbuka di tangannya.“Sienna,” kata Sean dengan suara yang serak namun penuh ketulusan, “aku tidak pernah ragu tentang kita. Aku hanya ingin momen ini menjadi sesuatu yang tak akan pernah kamu lupakan. Kamu adalah bagian terbaik dari hidupku, dan aku ingin menghabiskan sisa waktuku bersamamu.”Sienna merasakan hatinya mencair seperti es yang tersentuh sinar matahari. Padahal saat itu sedang turun hujan deras. Air matanya bercampur dengan rintik hujan, tetapi senyumnya mulai merekah, meskipun bibirnya gemetar.&ldqu

  • Cinta Rahasia Sang Dokter   Awal Baru di Kota Cinta

    Di Paris, Emery dan Ruben memulai kehidupan baru mereka sebagai keluarga kecil yang bahagia. Mereka tinggal di sebuah apartemen mewah yang menghadap ke arah Menara Eiffel, tempat yang menjadi simbol awal cinta dan harapan baru.“Mommy ….” ucap Ben kecil yang mulai belajar bicara dan berjalan. Emery terkejut dengan pertumbuhan Ben yang berkembang pesat.Ben, yang kini semakin tumbuh ceria dan sehat, membawa warna ke dalam hari-hari mereka.Emery melanjutkan kariernya sebagai dokter di salah satu rumah sakit ternama di Paris bersama suaminya, Ruben. Setiap akhir pekan, jika tidak sibuk menangani pasien di rumah sakit, mereka menghabiskan waktu bersama-sama dengan Ben dan mendokumentasikan semua kegiatannya di sana.Di sela-sela kesibukan mereka, Ruben sering mengajak Emery berjalan-jalan di sepanjang Seine atau menikmati makan malam romantis di bistro kecil. Dalam satu momen manis, mereka duduk di kursi taman, memandangi lampu-lampu kota

  • Cinta Rahasia Sang Dokter   Menerima dan Melepaskan

    Adrian akhirnya memberanikan diri untuk menemui Sean di rumah sakit. Saat dia masuk ke kamar, Sean sedang berbincang ringan dengan Emery.‘Sial! Kenapa Emery ada di sini?’ Adrian jadi segan dan ingin segera mengurungkan niatnya.Ketika melihat Adrian berdiri di pintu, Sean memintanya masuk. Suasana di kamar inap pun menjadi canggung. Adrian dengan raut wajah penuh penyesalan, menyerahkan surat yang dia tulis untuk Sean. Dia meletakkannya di atas meja kecil dekat ranjang pasien.“Emery ….”Emery membuang muka saat Adrian menoleh ke arahnya. Dia masih kesal pada sang direktur. Adrian tahu, perbuatannya mungkin tidak akan pernah bisa termaafkan oleh Emery."Saya tahu permintaan maaf saya tidak cukup," ucap Adrian dengan suara berat. "Tapi, saya ingin kalian tahu, saya benar-benar menyesal atas semua yang terjadi waktu itu."Emery dan Sean kompak terdiam menanggapi permintaan maaf Adrian. Mereka masih tak berkutik

  • Cinta Rahasia Sang Dokter   Babak Baru, Luka Lama

    Setelah operasi yang memakan waktu cukup panjang dan kritis, Sean berhasil melewati masa-masa kritisnya. Dokter menyampaikan kabar baik kepada Emery, Ruben, dan Sienna, bahwa kondisi Sean mulai stabil. Namun, dia tetap membutuhkan pemulihan intensif di rumah sakit.“Syukurlah kalau begitu,” ucap Ruben.“Terima kasih, Tuhan.” Emery pun mengucap syukur pada Sang Maha Kuasa atas karunianya, operasi Sean berjalan lancar.“Aku akan memberitahu Sienna,” kata Ruben.“Biar aku saja yang menghubunginya,” tawar Emery.“Baiklah, kalau begitu. Aku akan mengurus kamar inapnya dulu. Jangan lupa, bayi kita,” pesan Ruben dengan tergesa-gesa.Emery mengangguk mantap. Dia mengerti dan bergegas melaksanakan perintah Ruben.Setelah menghubungi Sienna, Emery pun merasa lega. Dia hanya berharap, semoga saja Sean lekas pulih dari luka tembaknya. Dia teringat pesan Sienna untuk Sean.“E

  • Cinta Rahasia Sang Dokter   Sean Berlumuran Darah

    Di guest house tempat Adrian menyembunyikan bayi Ben, ketegangan pun memuncak ketika Sean berhasil menemukan Ben di kamar terkunci. Emery yang menyusul masuk, memeluk putranya dengan penuh emosi. Emery tak kuasa menahan tangisnya setelah menemukan sang putra.Sean menyuruh Emery untuk segera melarikan diri. Berbahaya sekali bagi Emery dan bayi Ben. Namun, usaha mereka untuk melarikan diri terganggu oleh anak buah Adrian, yang membawa senjata dan mengepung mereka.Dalam kekacauan itu, Sean terluka parah akibat sebuah tembakan yang tidak disengaja ketika dia berusaha melindungi Emery dan Ben dari musuh.“Suara itu … siapa yang terluka?” Ruben membelalak kaget.Ruben, yang terlibat perkelahian sengit dengan Adrian di ruang utama, mendengar suara tembakan dan segera berlari ke arah Emery.“Kamu tidak apa-apa?” Ruben memastikan Emery dan putranya tidak kenapa-kenapa.Emery sesenggukkan. “Aku tidak apa-apa. Tap

  • Cinta Rahasia Sang Dokter   Sisi Gelap Adrian Terkuak

    “Adrian,” desis Laura. Wanita itu datang menghampiri Adrian perlahan-lahan.Adrian hanya sekilas meliriknya. Tanpa berbasa-basi, pria itu memilih untuk meninggalkannya di tengah-tengah pesta yang sedang berlangsung. Dia buru-buru pergi ke suatu tempat untuk menenangkan diri.Adrian tidak mengira bahwa dirinya terjebak dalam perjodohan yang dirancang oleh ayahnya sendiri, Tuan Milano dengan Laura, putri dari seorang wali kota. Perasaannya begitu hancur. Hatinya masih terpaut pada Emery, wanita yang kini berada di sisi Ruben.Meski menerima perjodohan demi menjaga reputasi keluarga, Adrian tidak bisa melepaskan obsesinya terhadap Emery. Sikapnya yang dingin dan egois membuat Laura merasa diabaikan malam itu, meski dia berusaha sebaik mungkin, menjalankan perannya sebagai tunangan yang sempurna di mata tamu undangan yang datang.“Sial!” rutuk Adrian. Dia tancap gas maksimal dan membuat kendaraannya mengebut di jalan raya pada malam ha

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status