Share

Perasaan Menyesal

last update Terakhir Diperbarui: 2024-09-05 18:41:56

“Dasar pengganggu! Mau tahu aja urusan orang lain,” ucap Ruben agak ketus.

Ruben kesal sekali lantaran Sean masih saja mengganggunya. Tidak hanya di rumah sakit, di rumahnya pun pemuda tengil itu masih saja mengusiknya.

Sean menoleh sebentar ke arah Ruben. Kemudian, dia menerobos masuk untuk melihat-lihat keadaan⸺seisi rumah sepupunya itu. Siapa tahu dia menemukan sesuatu yang aneh dan mencurigakan di sana. Apalagi setelah tahu Emery buru-buru meninggalkan rumah Ruben. Ish! Kepo sekali dia.

Sean pergi ke kamar Ruben. Dia penasaran sekali. Benar saja. Seperti dugaannya. Rupanya mereka sudah menghabiskan malam bersama, pikir Sean sok tahu.

“Kamu sama koas itu ada hubungan apa?” tanya Sean. Nada bicaranya langsung berubah dan agak santai. Tidak seperti waktu di rumah sakit yang harus bicara dengan gaya formal. Karena Ruben adalah atasan Sean di tempatnya bekerja.

“Ah, apa jangan-jangan kalian udah tidur bareng? Iya, kan?” tuduh Sean mantap.

Ruben menoleh ke arahnya dengan tatapan mata sebal. “Kamu datang ke sini hanya untuk mencari tahu tentang hal itu?” cibirnya. “Buang-buang waktu aja kalau gitu.”

“Nggak juga,” sangkal Sean.

“Terus? Masalah buat kamu sekarang?” Ruben makin menunjukkan kekesalannya.

“Aku jadi ingin tahu, apa yang kamu lakukan dengannya semalaman?” Sean makin kepo.

“Bukan urusanmu!” sahut Ruben. Sean tersenyum agak sinis menanggapinya.

Usai dari kamarnya Ruben, Sean duduk di ruang tengah, di sofa panjang warna abu-abu sambil menekan remot tv.

Akhir pekan ini, katanya Sean tidak ada kerjaan dan tidak ada rencana untuk bepergian. Jadi, dia akan menghabiskan waktunya seharian bersama sepupu tercintanya, Ruben.

“Ogah! Pergi sana!” Ruben menolaknya dengan tegas. Setelah tahu niat Sean sebenarnya. Dia masih memiliki kegiatan lain yang lebih berfaedah. Dibandingkan harus menemani Sean seharian di rumahnya.

“Aku masih ada urusan. Jadi, kamu pergi sekarang juga!” usir Ruben sambil menunjuk ke arah pintu keluar.

“Ya ampun! Galak banget sepupuku satu ini. Ckckck,” Sean berdecak.

“Mendingan kamu pergi dari sini, Sean. Kehadiranmu itu tidak pernah diharapkan di rumah ini. Paham?” usir Ruben lagi.

“Sabar, Bro! Aku ke sini, kan, ada niat baik. Silaturahmi dengan keluarga. Kalau kamu bukan keluargaku, malas banget aku berkunjung ke rumah ini,” kata Sean beralasan. Dia sedang membela dirinya sendiri.

Ruben tidak begitu menanggapi pernyataan Sean. Dia berjalan ke dapur dan membuat kopinya sendiri. Saat dia menyeduh kopi, tiba-tiba dia teringat kejadian kemarin siang. Ketika Emery tak sengaja menumpahkan kopi panas ke celananya.

“Gadis bodoh!” gumam Ruben. Dia senyum-senyum sendiri memikirkannya sambil mengaduk-aduk kopi dengan sendok kecil di gelas kopinya.

“Siapa gadis bodoh itu, Bro?” Sean muncul di belakang Ruben dan mengejutkannya secara tiba-tiba. Hampir saja Ruben menumpahkan kopinya ke Sean.

“Cepat kamu menyingkir dariku!” perintah Ruben. Sean tidak peduli. Dia masih memburu Ruben dengan pertanyaan konyolnya, saking penasaran dengan sosok juniornya itu.

“Apa gadis bodoh yang kamu maksud itu … Emery?” terka Sean sembari menggoda sepupunya itu. Ruben tidak menjawab pertanyaannya. Alias bodo amat.

Ruben langsung menghindar dari pertanyaan Sean. Dia merasa tidak wajib menjawabnya. Abaikan saja kalau begitu, pikirnya. Itu tidak penting sama sekali.

“Jadi, kamu suka sama dia, ya?” tebak Sean. Pertanyaan Sean membuat Ruben hampir menyemburkan kopi panas di depan wajahnya.

“Jangan gila, Sean! Aku sedang minum kopi panas dan kamu terus aja ngoceh kayak bocah. Bawel banget sih jadi orang,” Ruben sewot.

“Kalem, Bro! Kamu nggak harus semarah itu sama aku. Aku, kan, nanyanya baik-baik,” kilah Sean. “Nggak usah sewot gitu,” tambahnya.

Padahal, dari lubuk hatinya yang terdalam, Sean memang sengaja ingin memprovokasi Ruben. Untuk mendapatkan informasi penting, sedekat apa sih sepupunya itu dengan koas bernama Emery.

“Kalau kalian nggak saling suka, lantas kenapa kalian tidur bersama semalam? Iya, nggak? Apa aku salah bertanya hal itu langsung ke kamu?” Sedari tadi Sean ternyata memikirkan hal itu.

“Aku memang menyukainya. Tapi, sebagai juniorku. Tidak lebih,” balas Ruben.

“Kamu yakin nggak cinlok sama dia?” Sean memicingkan kedua matanya. Dia tidak percaya dengan ucapan Ruben.

Ah, mana mungkin. Ruben hanya menyukai Emery sebagai juniornya. Pernyataan Ruben sangatlah tidak meyakinkan. Justru, Sean makin penasaran dengan kelanjutan kisah romansa Ruben dengan Emery.

***

“Emery, kamu di mana?” tanya Sienna ketika menghubungi sahabatnya via ponsel.

Emery masih tertidur nyenyak di ranjangnya. Dia kelihatan lelah sekali setelah pulang ke rumah. Menjawab telepon dari sahabatnya saja masih terdengar ogah-ogahan.

“Ada apa? Aku masih ngantuk, Sienna,” jawab Emery sambil menguap panjang. Dia berhasil meyakinkan Sienna jika dirinya sedang tidur di kamarnya.

“Tadi subuh kutelepon, lho. Tapi, malah seseorang yang menjawabnya. Aku takut terjadi sesuatu sama kamu, Emery,” Sienna memberitahu.

Seketika, Emery membelalakkan matanya. Sienna bilang, seseorang menjawab teleponnya? Siapa? Jangan-jangan itu Ruben, pikir Emery. Dia agak ketakutan mendengar pengakuan Sienna.

“Emery, kamu punya pacar ya akhir-akhir ini? Kok, kamu nggak ngasih tahu aku sih?” protes Sienna di ujung sana.

“Pa-pacar apa?” Emery terlonjak kaget. “Aku … Aku nggak punya pacar,” sangkalnya.

“Terus cowok itu siapa dong? Hantu?” Sienna memastikannya. Jawaban Emery membuatnya ragu-ragu sekarang.

“Bukan siapa-siapa. Memangnya aku ada waktu untuk pacaran? Sementara, pekerjaanku di rumah sakit aja seabrek dan begitu melelahkan kayak gini.” Emery beralasan dan berhasil menutup-nutupinya dari Sienna.

“Kamu yakin?”

“Yakin! Udah deh, percaya aja sama aku. Aku belum punya pacar kok,” Emery meyakinkan sahabatnya sekali lagi. kali ini, Sienna percaya saja.

Emery segera beranjak dari tempat tidurnya. Lalu, dia melihat dirinya sendiri di depan cermin. Tampak kacau sekali. Penampilannya masih sangat berantakan apalagi ditambah kejadian tadi malam. Astaga! Penampilannya yang sekarang terlihat suram dan buruk sekali. Semrawut. Semoganya saja masa depannya tidak ikut-ikutan suram seperti dandanannya saat ini.

“Syukurlah. Kupikir kamu udah punya pacar dan malas bicara denganku lagi,” keluh Sienna.

Emery tersenyum agak dipaksakan. “Ya, enggaklah! Aku masih jadi sahabatmu, kok,” kata Emery meyakinkan Sienna lagi. Hingga sahabatnya itu kembali terhibur oleh kata-katanya.

“Tapi, yang tadi itu … aku benar-benar mendengarnya jelas banget, lho. Yang menjawab teleponmu itu seorang pria. Kupikir itu pacarmu. Karena setahuku, kakakmu berada di luar kota, kan? Dan tidak mungkin kakakmu tidur seranjang denganmu,” Sienna dengan detail menjelaskannya.

Kembali, Emery menampilkan senyum terpaksa di depan cermin. Itu karena Sienna menginterogasi kegiatannya secara terperinci.

“Oh, mungkin itu … suaraku yang lagi dalam penyamaran. Kamu tahu, kan, kalau aku senang bercanda,” sangkal Emery lagi. Dia berusaha melawak meskipun kedengarannya sangat tidak lucu.

Garing sih. Tapi, mau bagaimana lagi. Itu cara terakhir Emery untuk menyangkalnya. Jika tidak begitu, bisa gawat. Mungkin Sienna mulai mencurigainya.

Sienna tidak boleh tahu, jika semalam Emery menghabiskan waktunya bersama Ruben, senior mereka. Jangan sampai ketahuan juga jika kedua muda-mudi itu sudah melakukan hubungan terlarang di luar nikah. Astaga! Itu kesalahan fatal yang sudah Emery lakukan. Dia dan Ruben dalam keadaan khilaf semalam. Sekarang, dia begitu menyesalinya.

“Emery, kita ketemuan sekarang. Kita makan siang bareng yuk! Di kafe biasa aja. Setelah itu kita hang out ke mall,” ajak Sienna dengan antusias.

“Kenapa? Kamu lagi bete, ya?” tebak Emery. Sienna terdiam cukup lama. Emery berhasil menebaknya kalau begitu.

Emery tahu, kalau sahabatnya itu sering kali bermasalah dengan Ruben, seniornya. Dia sampai hapal betul. Semua keluhan dan unek-unek yang akan disampaikan Sienna tak jauh dari Ruben.

“Aku tunggu kamu jam 1 siang, ya. Kita ketemu di sana,” putus Sienna. Dia menutup teleponnya duluan.

“Jam 1?” Emery membelalak kaget. Sekarang saja sudah jam 12.45 WIB. Kok mendadak sih janjiannya? Aish! Emery harus bergegas sekarang juga.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Cinta Rahasia Sang Dokter   Akhir yang Manis di Kota Cinta

    Hujan mulai turun perlahan, rintik-rintiknya membasahi wajah Sienna yang masih terpaku menatap Sean. Cahaya dari lampu-lampu kecil di sekitar mereka memantul di butir-butir air yang jatuh, menciptakan suasana magis yang tak terduga.“Apa yang dia lakukan?” Sienna terkejut dengan sikap Sean.Sean, meski basah kuyup, tetap bertahan dalam posisinya, berlutut di tanah dengan kotak kecil berisi cincin yang terbuka di tangannya.“Sienna,” kata Sean dengan suara yang serak namun penuh ketulusan, “aku tidak pernah ragu tentang kita. Aku hanya ingin momen ini menjadi sesuatu yang tak akan pernah kamu lupakan. Kamu adalah bagian terbaik dari hidupku, dan aku ingin menghabiskan sisa waktuku bersamamu.”Sienna merasakan hatinya mencair seperti es yang tersentuh sinar matahari. Padahal saat itu sedang turun hujan deras. Air matanya bercampur dengan rintik hujan, tetapi senyumnya mulai merekah, meskipun bibirnya gemetar.&ldqu

  • Cinta Rahasia Sang Dokter   Awal Baru di Kota Cinta

    Di Paris, Emery dan Ruben memulai kehidupan baru mereka sebagai keluarga kecil yang bahagia. Mereka tinggal di sebuah apartemen mewah yang menghadap ke arah Menara Eiffel, tempat yang menjadi simbol awal cinta dan harapan baru.“Mommy ….” ucap Ben kecil yang mulai belajar bicara dan berjalan. Emery terkejut dengan pertumbuhan Ben yang berkembang pesat.Ben, yang kini semakin tumbuh ceria dan sehat, membawa warna ke dalam hari-hari mereka.Emery melanjutkan kariernya sebagai dokter di salah satu rumah sakit ternama di Paris bersama suaminya, Ruben. Setiap akhir pekan, jika tidak sibuk menangani pasien di rumah sakit, mereka menghabiskan waktu bersama-sama dengan Ben dan mendokumentasikan semua kegiatannya di sana.Di sela-sela kesibukan mereka, Ruben sering mengajak Emery berjalan-jalan di sepanjang Seine atau menikmati makan malam romantis di bistro kecil. Dalam satu momen manis, mereka duduk di kursi taman, memandangi lampu-lampu kota

  • Cinta Rahasia Sang Dokter   Menerima dan Melepaskan

    Adrian akhirnya memberanikan diri untuk menemui Sean di rumah sakit. Saat dia masuk ke kamar, Sean sedang berbincang ringan dengan Emery.‘Sial! Kenapa Emery ada di sini?’ Adrian jadi segan dan ingin segera mengurungkan niatnya.Ketika melihat Adrian berdiri di pintu, Sean memintanya masuk. Suasana di kamar inap pun menjadi canggung. Adrian dengan raut wajah penuh penyesalan, menyerahkan surat yang dia tulis untuk Sean. Dia meletakkannya di atas meja kecil dekat ranjang pasien.“Emery ….”Emery membuang muka saat Adrian menoleh ke arahnya. Dia masih kesal pada sang direktur. Adrian tahu, perbuatannya mungkin tidak akan pernah bisa termaafkan oleh Emery."Saya tahu permintaan maaf saya tidak cukup," ucap Adrian dengan suara berat. "Tapi, saya ingin kalian tahu, saya benar-benar menyesal atas semua yang terjadi waktu itu."Emery dan Sean kompak terdiam menanggapi permintaan maaf Adrian. Mereka masih tak berkutik

  • Cinta Rahasia Sang Dokter   Babak Baru, Luka Lama

    Setelah operasi yang memakan waktu cukup panjang dan kritis, Sean berhasil melewati masa-masa kritisnya. Dokter menyampaikan kabar baik kepada Emery, Ruben, dan Sienna, bahwa kondisi Sean mulai stabil. Namun, dia tetap membutuhkan pemulihan intensif di rumah sakit.“Syukurlah kalau begitu,” ucap Ruben.“Terima kasih, Tuhan.” Emery pun mengucap syukur pada Sang Maha Kuasa atas karunianya, operasi Sean berjalan lancar.“Aku akan memberitahu Sienna,” kata Ruben.“Biar aku saja yang menghubunginya,” tawar Emery.“Baiklah, kalau begitu. Aku akan mengurus kamar inapnya dulu. Jangan lupa, bayi kita,” pesan Ruben dengan tergesa-gesa.Emery mengangguk mantap. Dia mengerti dan bergegas melaksanakan perintah Ruben.Setelah menghubungi Sienna, Emery pun merasa lega. Dia hanya berharap, semoga saja Sean lekas pulih dari luka tembaknya. Dia teringat pesan Sienna untuk Sean.“E

  • Cinta Rahasia Sang Dokter   Sean Berlumuran Darah

    Di guest house tempat Adrian menyembunyikan bayi Ben, ketegangan pun memuncak ketika Sean berhasil menemukan Ben di kamar terkunci. Emery yang menyusul masuk, memeluk putranya dengan penuh emosi. Emery tak kuasa menahan tangisnya setelah menemukan sang putra.Sean menyuruh Emery untuk segera melarikan diri. Berbahaya sekali bagi Emery dan bayi Ben. Namun, usaha mereka untuk melarikan diri terganggu oleh anak buah Adrian, yang membawa senjata dan mengepung mereka.Dalam kekacauan itu, Sean terluka parah akibat sebuah tembakan yang tidak disengaja ketika dia berusaha melindungi Emery dan Ben dari musuh.“Suara itu … siapa yang terluka?” Ruben membelalak kaget.Ruben, yang terlibat perkelahian sengit dengan Adrian di ruang utama, mendengar suara tembakan dan segera berlari ke arah Emery.“Kamu tidak apa-apa?” Ruben memastikan Emery dan putranya tidak kenapa-kenapa.Emery sesenggukkan. “Aku tidak apa-apa. Tap

  • Cinta Rahasia Sang Dokter   Sisi Gelap Adrian Terkuak

    “Adrian,” desis Laura. Wanita itu datang menghampiri Adrian perlahan-lahan.Adrian hanya sekilas meliriknya. Tanpa berbasa-basi, pria itu memilih untuk meninggalkannya di tengah-tengah pesta yang sedang berlangsung. Dia buru-buru pergi ke suatu tempat untuk menenangkan diri.Adrian tidak mengira bahwa dirinya terjebak dalam perjodohan yang dirancang oleh ayahnya sendiri, Tuan Milano dengan Laura, putri dari seorang wali kota. Perasaannya begitu hancur. Hatinya masih terpaut pada Emery, wanita yang kini berada di sisi Ruben.Meski menerima perjodohan demi menjaga reputasi keluarga, Adrian tidak bisa melepaskan obsesinya terhadap Emery. Sikapnya yang dingin dan egois membuat Laura merasa diabaikan malam itu, meski dia berusaha sebaik mungkin, menjalankan perannya sebagai tunangan yang sempurna di mata tamu undangan yang datang.“Sial!” rutuk Adrian. Dia tancap gas maksimal dan membuat kendaraannya mengebut di jalan raya pada malam ha

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status