Share

Bab 2

Penulis: Fazluna
“Sudah kulepas.”

“Itu buatanku sendiri, bukti cinta kita, kenapa dilepas?”

Chinta dengan tidak serius berkata: “Belakangan ini gendutan, ukurannya sudah tidak cocok.”

Muka Ravi baru baikan dan kembali senyum: “Kalau gitu, lain hari aku bawain ke toko perhiasan untuk perbaiki ukuran.”

“Nanti lihat lagi aja.”

“Oh iya, atas meja itu apa?”

Ravi menunjuk ke kotak perhiasan yang di atas meja, sedikit terkejut: “Chinta, ini kado yang kamu kasih ke aku?”

Chinta mengangguk kepalanya: “Iya.”

Dalam itu adalah perak kecil.

Chinta meleburkan cincin nikah mereka dan meletakkannya di sana.

Ravi malah sangat senang: “Hari ini hari apa? Chinta menyiapkan hadiah untukku?”

Hati Chinta makin dingin.

“Hari ini...adalah hari anniversary pernikahan kita.”

Muka Ravi seketika muram.

Dia membujuknya untuk senang: “Maaf Chinta, belakangan ini terlalu sibuk kerja, gimana kalau malam ini kita keluar makan? Aku sekarang langsung pesan resto...”

“Nggak perlu, aku sudah makan.”

“Kalau gitu, aku bawa kamu lihat pemadangan malam? jalan santai di samping sungai?”

“Aku sudah capek, mau tidur.”

Ravi membujuknya terus dengan memeluk pinggangnya dari belakang: “Ayo lah Chinta, kita sudah lama tidak jalan santai. Aku ngerasa belakangan ini kamu cuek denganku, ginian tetus aku akan curiga kamu sudah berubah hati.”

Aku yang berubah hati?

Dalam hatimu yang duluan ada orang lain.

Hatimu yang duluan ninggalin aku.

Kali ini, aku akan simpan hatiku selamanya, orangku juga, semua kusimpan.

Di perjalanan, Riva sambil menyetir menceritakan hal-hal yang dia dengar belakangan ini.

Chinta duduk di kursi depan dan melihat bagian luar mengabaikannya.

Karena tadi saat pakai sabuk pengaman, di sela-sela kursi ke pegang stoking wanita.

Jelas-jelas itu sudah ke pakai.

Chinta mengembalikannya lagi.

Anggap tidak terjadi apa-apa.

Sudah niat untuk pergi, maka dia juga tidak mau debat dengan Ravi lagi.

Selain mendengar kebohongan yang tidak berguna, apapun tidak bisa didapatinnya.

Tidak bisa didapatin, maka dia nggak mau lagi.

Sampai di tepi sungai, Riva turun terlebih dahulu dan bantu Chinta buka pintu: “Chinta, sudah sampai.”

Chinta sebenarnnya tidak mau datang, tapi sungai ini adalah tempat yang sering mereka datangi saat baru jadian.

Bermulai dari sini, maka berakhirlah di sini.

“Wah, ini bukannya Pak Ravi yang hari ini di TV! yang buatin cincin nikah sendiri!”

“Aku ingat. pria idaman ini!”

“Dia bantu istrinya halangi atasan pintu mobil, takut istrinya kena kepala, ahhhhh perhatian sekali!”

Saat ngomong, handphone Riva berbunyi.

Ravi dengan maaf berkata: “Maaf ya Chinta, kamu tunggu sebentar, masalah kerja, aku akan segera kembali.”

“Pergilah.”

“Kamu tuggu aku di sini, jangan kemana-mana.”

Orang sekitar berseru lagi.

“Pak Ravi ini menganggap istrinya kayak putrinya, takut istrinya tersesat.”

“Sayang banget sama istrinya!”

Hanya Chinta yang selalu tenang, berdiri di tepi sungai melihat permukaan sungai yang berkilau di malam hari.

Tadi saat Ravi lihat panggilan masuk, senyumannya tidak bisa ditahannya.

Manja, manis dan sedikit nakal.

Mana mungkin itu kerja?

Tapi Chinta juga malas membongkarnya.

Di tepi sungai sedikit dingin, jadi Chinta menunggu di dalam mobil.

Di layar mobil, akun sosial media Ravi masih login, dan terkoneksi dengan handphonenya.

Obrolan chatnya masih masuk terus.

Namanya “Kucing Kecil Ngemil”.

Ravi Kaden: Rindu aku?

Kucing Kecil Ngemil: Malam yang nggak ada kamu sedikit kesepian.

Ravi Kaden: Kucing genit, pagi ini sudah 7 kali masih nggak cukup?

Kucing Kecil Ngemil: Nggak cukup, aku masih mau lagi bang.

Ravi Kaden: Baik, tunggu besok kerja, di kantor aku puasin kamu.

Kucing Kecil Ngemil: Hihihihi, kalau gitu aku besok kerja pakai stoking hitam.

Obrolan chat makin belakang makin nggak bisa dilihat.

Penuh dengan kata-kata genit dan godaan.

Chinta cuman kerasa tubuhnya makin dingin, langsung matikan layarnya.

Tubuhnya gemetar terus, tidak tahu karena dingin atau karena emosi, kukunya menancap ke dalam daging.

Ravi sangat cepat sudah balik, kurang lebih 15 menit.

Saat duduk di mobil, dia memegang jantungnya dan membuang nafas besar: “Tadi selesai telepon tidak melihatmu, menakutiku aja, untungnya kamu nggak papa.”

Chinta sudah tidak mau lagi melihat mukanya yang pura-pura baik, hanya menunduk melihat tangannya sendiri.

“Luar dingin, jadi tunggu di dalam mobil.”

“Iya baik, lihat kamu suka di mana.”

Chinta tiba-tiba mengangkat kepalanya.

Melihat obrolan chat mereka, kalimat ini membuat Chinta mempunyai pengertian yang berbeda.

Lihat kamu suka di mana.

Stoking yang di sela kursi.

Jangan-jangan, mereka pernah melakukannya di tempat kursi ini?

Chinta seketika merasa mual, mendorong pintu langsung muntah.
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Chantiqa Chiqa
kelamaan pergi, pergi secepatnya sana
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Cinta Romantis Bagaikan Buih   Bab 21

    Harus diakui, penampilan Ravi di dalam video sangat mempengaruhi, walaupun orang luar negeri yang tidak mengerti bahasanya juga bisa merasakan keputusasaannya dari ekspresinya dan teks.“Tidak.” Chinta memeluk kucing kecil dengan matanya melihat ke bawah dan bilang, “Setiap orang itu individu mandiri, tidak ada yang harus bergantung pada siapa baru bisa hidup. Kalau dengan begini dia menyerah, itu juga hal yang nggak bisa di apa-apain, nggak mungkin mengorbankan orang lain untuk kebahagiaan dia.”Dia sudah nekad, walaupun Ravi berdiri di depannya menangis separah apapun, dia juga tidak akan balik.Lisa hanya senyum: “Baiklah, kamu dengan tenang tinggal di sini saja. Belakangan ini dalam hutan sering turun salju lebat, jalan menuju kota terdekat pada ditutup, walaupun ada orang yang mengira kalian orang yang sama, juga nggak ada kesempatan untuk hubungi mereka.”Hati Chinta kerasa hangat, dia mencoba mencicipi kue kering yang barusan dibuat, dengan mata merah berkata: “Makasih, kuenya s

  • Cinta Romantis Bagaikan Buih   Bab 20

    Rasionalitasnya sudah dihancurkan sama keputusasaannya, sampai orang tersebut menyebutkan alamat di dalam negeri dengan nggak jelas, Ravi baru dengan senyum pahit menutupkan teleponnya. Di dalam dugaan, orang tersebut membohonginya.Tapi Ravi tidak mempermasalahkannya, karena hatinya sudah capek.Sesudah hari itu, panggilan yang sama tiada henti meneleponnya terus.Pada bilang di tempat mana melihat Chinta, lalu meminta bayaran sama Ravi.Dia tahu di antara mereka banyak penipu, tetapi tetap mentransfernya hanya untuk menangkap harapan yang sangat kecil.Bayarannya seperti batu yang tenggelam di dalam laut, bahkan tidak ada gelombangnya.Tapi Ravi tidak memedulikannya, dia sekarang hanya bisa bertahan hidup dengan harapan kecil itu. Bahkan jika ada yang meminta untuk bertemu langsung, dia juga pergi menemuinya.Kondisi ini biasanya adalah wanita, semuanya pada berpenampilan sangat menggoda dan memiliki niat lain, dengan terus terang berkata: “Pak Ravi, aku masih punya banyak teman, kal

  • Cinta Romantis Bagaikan Buih   Bab 19

    Kualitas kertas yang di lantai sama dengan surat yang ditinggalkan Chinta. Ravi memindahkan buku yang tersisa di ruang baca ke kamar tidur dan menulisnya terus selama beberapa hari.Saat ini, kehilangan makna waktu.Ibu Ravi dengan menangis berkata: “Chinta tidak mau menemuimu, apa gunanya kamu menulis surat minta maaf serumah? Kamu harus bilang langsung ke dia.”Ravi merenungkannya dan mengakui yang dibilang ibunya itu benar, tapi dia sudah terjebak dalam pikirannya tidak bisa keluar. Dia mengangkat matanya yang sudah merah dan bersikeras berkata: “Dia akan tahu, asalkan aku menulisnya sampai habis dia akan maafin aku, iya benar, aku harus dengan sungguh-sungguh......”Suaranya serak, tapi terkesan begitu semangat, bahkan matanya terlihat sangat teguh sampai aneh. Ucapannya sampai setengah, tibaa-tiba dia berdiri dan merebut bukunya, terus menulis dengan tangannya yang gemetar, sambil menulis dan bicara tanpa henti.“Chinta, aku bersalah, kamu pasti akan maafin aku kan? Asal aku tulis

  • Cinta Romantis Bagaikan Buih   Bab 18

    Dia sangat gelisah, tapi visa dan tiket pesawat tidak bisa diselesaikan dengan cepat.Tunggu dia sampai di Norwegia, menghubungi kedutaan dan kantor polisi setempat untuk mencari keberadaan Chinta sudah 3 hari berlalu.Ravi mengetuk pintu apartemen, memanggil Chinta dan berusaha masuk, tapi dihalangin sama pemilik apartemen yang sedang membereskan kamar, dengan penuh waspada: “Kamu siapa?”“Aku mencari Chinta Luna.” Begitu selesai ngomong, takut orangnya nggak ngerti jelasin lagi, “Dia istriku, kami ada salah paham, jadi aku mau menjelaskannya.”Pemilik apartemen langsung melambaikan tangannya dan berkata: “Sini nggak ada orang yang kamu cariin.”“Namanya Chinta Luna.”Pemilik apartemen bilang: “Penyewaku namanya Cahya Arjuna, bukan orang yang kamu sebutin, kamu salah orang.”Cahya Arjuna?Ravi terdiam sejenak dan bingung.“Anda nggak salah ingat?”Pemilik apartemen tidak senang: “Kalau kamu nggak percaya ya sudah.”Sambil ngomong mau menutupin pintunya.Ravi tidak rela membiarkan petu

  • Cinta Romantis Bagaikan Buih   Bab 17

    Seorang tante yang nggak lama ini baru cerai dengan suaminya yang selingkuh, maju menghalangi jalannya dan memarahinya: “Kamu masih muda bisa kerja yang lain, kenapa mesti jadi pelakor merusak hubungan orang lain? Benaran, dasar pelakor!”Nanda melihat orang asing juga memarahinya, membalasnya dengan keras: “Tante, dengan mukamu gini mau jadi pelakor juga nggak bisa, bilang aku pelakor, apa jangan-jangan kamu di buang karena tidak bisa mendapatkan hati cowok?”“Dasar, itu juga lebih baik dari kamu telanjang gini dan dikeluarin!” Tante emosi sampai mau menariknya.Seketika situasi jadi sangat berantakan.Tante tinggal di sekitar sini, sangat cepat sudah memanggil sekelompok temannya untuk datang memarahi Nanda pelakor yang nggak tahu malu, dan orang yang melihat keributan ini juga menyuruh teman-temannya datang melihat, dengan cepat sudah dikerumunin banyak orang.Keributannya sampai di dalam villa pun kedengaran, tapi Ravi mengabaikannya dan fokus dalam dunia sendiri tidak mau keluar.

  • Cinta Romantis Bagaikan Buih   Bab 16

    “Kamu tidak ada hak untuk menilai Chinta, lagi pula kalau fotonya tersebar bukannya impianmu? Kamu fotoin aku dengan jelas, tapi kamu sendiri malah nggak masuk ke kamera, jangan kira aku nggak tahu, kamu dari awal sudah mau dengan cara ini memaksa Chinta untuk pergi kan?”Ravi sekarang sangat sadar, tapi sudah terlambat.Nanda masih ingin beralasan, tapi Ravi sudah sangat benci dengannya, tidak memberikan kesempatan langsung menelepon ke satpam villa dan memberi perintah: “Keluarkan orang yang seharusnya nggak di sini.”Satpam villa selalu siap dalam 24 jam, setelah menerima perintah langsung datang.Nanda tidak mau pergi dengan mereka, masih berusaha melawan: “Ravi, kamu yang suruh aku datang, sekarang kamu mau aku pergi, aku akan langsung pergi, tapi kamu tidak bisa memperlakukan aku seperti ini......”Ravi membalikkan badannya dan jalan menuju dalam rumah, bahkan tidak menoleh sedikitpun berkata: “Jangan sampai aku melihatmu lagi.”“Ravi......”Dengan begitulah Nanda diseret keluar

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status