Share

Bab 6

Penulis: Ayu Azalea
Wenny akhirnya berhasil pulih dengan susah payah. Dia bersandar di dinding, memegang obat di tangannya dengan erat sambil menutupi wajahnya untuk menghalangi serbuk bunga masuk lagi.

Belum sempat beristirahat sejenak, terdengar suara Yoga yang bertanya padanya.

Apa kamu benar-benar membenci Hana? Dia baru saja memberikan bunga-bunga ini kepada kita, tapi kamu langsung menghancurkannya!

Tak lama kemudian, suara Sandro yang penuh dengan kemarahan juga menyusul.

Wenny, aku merasa kamu makin susah dipahami belakangan ini, bagaimana kamu bisa berubah seperti ini!

Mendengar kata-kata itu, Wenny menarik napas dalam-dalam.

Seluruh tubuhnya bergetar, marah dan kesal. Ada banyak kemarahan yang ingin diungkapkan, tetapi pada akhirnya, hanya menjadi suara yang terisak dengan mata berair.

Aku yang berubah? Atau sebenarnya kalian yang berubah?

Aku menderita asma dan alergi terhadap serbuk bunga, apa kalian nggak tahu?

Suaranya lemah, tidak ada semangat sedikit pun.

Setiap kata dan kalimatnya seperti petir, meledak dengan keras di telinga Yoga dan Sandro.

Dulu mereka yang paling peduli terhadap Wenny.

Setiap kali Wenny mengalami serangan asma, yang paling cemas adalah kedua orang ini. Meskipun harus memanjat tembok untuk bolos kelas, mereka tetap pulang. Mereka menunggu di depan tempat tidur Wenny dengan mata merah, menyuguhkan teh dan air, tidak ada yang bisa mengusir kedua orang ini.

Namun, sekarang mereka bahkan melupakan hal yang begitu penting ini.

Entah apakah mereka sadar akan kesalahan mereka, ekspresi wajah Yoga berubah setelah beberapa saat, menunjukkan sedikit penyesalan.

"Maaf."

Sandro mengernyitkan alisnya, mengingat kembali bagaimana mereka selalu menemani Wenny saat dia sakit. Mereka tahu betul betapa sakitnya dia. Akhirnya Sandro tidak tahan dan melangkah maju. "Kamu, tadi baik-baik saja, 'kan? Maafkan aku, bunga ini adalah hasil kerja keras Hana yang memetiknya sendiri di alam liar, jadi aku terlalu terburu-buru tadi."

Wenny diam saja dan tidak menjawab.

Melihat dia telah menggunakan obat dan wajahnya perlahan-lahan kembali normal, Yoga dan Sandro segera membawa bunga itu keluar.

Beberapa hari setelah itu, Yoga dan Sandro tidak pulang ke rumah.

Lampu di kamar mereka tidak pernah menyala.

Wenny juga tidak peduli dengan mereka, dia sibuk mengemas barang-barangnya.

Setelah hampir selesai mengemas barang, barulah dia mulai mengamati rumah ini.

Awalnya dia yang membeli rumah ini, kemudian Yoga dan Sandro membeli rumah di sebelah kiri dan kanannya agar bisa lebih dekat dengannya. Setelah digabungkan, barulah terbentuk rumah yang ada sekarang.

Jadi, sekarang hanya sepertiga bangunan ini yang menjadi miliknya.

Jika dia ingin menjualnya, agak sedikit rumit.

Hari itu, Yoga dan Sandro akhirnya pulang, dan kebetulan bertemu agen properti yang datang untuk membicarakan penjualan rumah dengan Wenny.

Melihat pria asing masuk ke dalam rumah, wajah Yoga langsung berubah dingin. "Siapa kamu? Mau apa di sini?"

Menghadapi dua pasang mata yang sangat mengintimidasi, agen properti itu sangat gugup, tetapi segera menjelaskan.

Selamat siang, Pak. Saya agen properti, katanya pemilik rumah ini mau menjual rumah ini.

Menjual rumah?

Yoga dan Sandro saling berpandangan, keduanya jelas terkejut.

Wajah keduanya langsung berubah, siap untuk menyuruh agen ini pergi, tetapi sesaat kemudian, Wenny turun dari tangga.

Aku yang mau menjual rumah ini, aku sudah berencana untuk membicarakannya dengan kalian.

Mendengar itu, hati Yoga dan Sandro langsung tegang. Serentak mereka bertanya, "Kenapa mau dijual? Bukankah kita baik-baik saja tinggal di sini?"

Sandro teringat kejadian beberapa hari lalu dan mulai mengerti alasannya, langsung bertanya dengan tegas, "Apa kamu masih marah karena kejadian beberapa hari lalu?"

Dia jelas panik, bahkan sampai meminta maaf, hal yang jarang dilakukannya. "Kami nggak sengaja lupa kalau kamu alergi serbuk bunga, apa kamu benar-benar harus sampai sejauh ini?"

Wenny menggelengkan kepala dengan santai. "Itu nggak ada hubungannya dengan kejadian sebelumnya … "

"Tapi, ada hubungannya dengan kalian."

"Aku nggak mau lagi ada hubungan dengan kalian."

Walau dalam hati berpikir begitu, dia tidak mengatakannya. Dia hanya berkata, "Kalian juga tahu kalau aku sudah berhenti kerja, dan nantinya harus mencari pekerjaan baru. Jadi memang nggak cocok lagi tinggal di sini. Apalagi sudah bertahun-tahun kita tinggal bersama, nggak perlu terus-terusan bersama."

Yoga mengerutkan wajah, masih belum mau menyerah.

Kalau soal pekerjaan, kami 'kan bisa mengantar jemput kamu, kamu nggak perlu khawatir. Apalagi, kamu juga bilang kita sudah tinggal bersama bertahun-tahun, kita sama-sama sudah terbiasa, kenapa harus berpisah?

"Ya, aku dan Yoga ada kok, kalaupun nggak bisa, kami bisa siapkan sopir untuk antar jemput kamu. Aku nggak setuju kita berpisah." Sandro juga keberatan.

Melihat bahwa mereka masih tidak bisa diyakinkan, Wenny memijat dahinya, tidak mengerti kenapa mereka begitu keras kepala.

Akhirnya, dia mengeluarkan senjatanya. "Kalau begitu, jual saja rumah ini, beli yang lebih besar, nanti bisa ajak Hana tinggal bersama."

Mendengar nama Hana, mata keduanya langsung berbinar, tetapi ada keraguan sejenak.

Akhirnya Sandro tak bisa menolak dan berkata, "Kalau memang begitu, nggak masalah."

Sementara Yoga tampak lebih berpikir dalam-dalam, tatapannya penuh tanda tanya. "Kamu benar-benar mau … ajak Hana tinggal di sini?"

Entah kenapa, dia merasa ada yang tidak beres dengan semuanya.

Namun, belum sempat dia berpikir lebih lanjut, Wenny tertawa pelan. "Tentu, kenapa nggak mau? Kita semua 'kan teman."

Dengan tegas dia segera mengambil keputusan.

Oke, jadi begini saja, jual rumah ini, lalu beli yang baru.

Setelah itu, Yoga dan Sandro terdiam, tidak lagi membantah.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Cinta Rumit Tiga Sekawan   Bab 29

    Yoga melihat pernikahan megah Wenny di berbagai berita.Dia menatap foto Cakra di ponselnya dengan penuh kemarahan yang terus bergolak dalam hati."Pasti ini ulah Cakra, 'kan?"Pasti begitu!Setelah memikirkan itu, tanpa peduli pada larangan Bu Fanny dan Bu Shinta, dia bergegas keluar dari rumah sakit.Di kediaman Keluarga Gunawan.Hari ini adalah hari pertama pernikahan Cakra dan Wenny.Cakra, yang jarang bersantai, memeluk Wenny di ranjang, menikmati momen kebersamaan.Cahaya matahari lembut dan udara segar di luar jendela tidak lagi menarik perhatian mereka.Namun, suasana tenang itu tiba-tiba pecah oleh dering bel pintu yang keras.Cakra mengernyit, tidak menyangka ada yang mengganggu mereka di saat seperti ini.Dia mengenakan pakaian tidur seadanya dan berjalan ke pintu.Begitu pintu dibuka, tinju Yoga langsung melayang ke arahnya.Cakra dengan gesit menghindar ke samping dan menangkap tangan Yoga dengan erat."Kenapa kamu begitu gila?"Yoga kini tampak kacau dengan mata yang gela

  • Cinta Rumit Tiga Sekawan   Bab 28

    Setelah tayangan ucapan selamat selesai, dilanjutkan dengan siaran langsung pernikahan sesungguhnya antara Wenny dan Cakra.Saat itu juga, mereka berada di bekas kediaman pangeran di Kota Jintara, mengadakan pernikahan dengan gaya tradisional.Seluruh istana dengan ukiran indah di kediaman itu dihiasi kain sutra. Suara seruling dan musik perayaan menyelimuti hati setiap orang yang hadir.Di bawah tatapan semua orang, Cakra mengenakan pakaian pengantin tradisional, menunggang kuda gagah, diikuti tandu pernikahan di belakangnya.Dengan iringan suara tabuhan gong dan gendang, rombongan pengantin melemparkan koin emas murni dan berbagai permen serta makanan ringan perayaan ke arah kerumunan.Banyak orang berbondong-bondong mengumpulkan koin emas dan permen itu sambil mengucapkan berbagai doa selamat.Di saat yang sama, para tamu di dalam taman juga menerima hadiah berupa emas batangan kecil dan aneka permen serta kue.Kemewahan pernikahan ini membuat semua orang tertegun.Yoga dan Sandro m

  • Cinta Rumit Tiga Sekawan   Bab 27

    Jika menyerah begitu saja, lalu apa arti cinta yang mereka pertahankan selama bertahun-tahun ini?Apa sebenarnya arti dua puluh tahun lebih kebersamaan ini?Apakah cinta yang terjalin selama bertahun-tahun itu kalah dengan seseorang yang baru dikenal selama dua puluh hari?Mata Yoga dan Sandro dipenuhi dengan kobaran tekad.Mereka serempak berkata pada satu sama lain, "Kita bekerja sama. Setelah itu, kita bertindak sesuai kemampuan masing-masing!"Hampir tanpa perlu berkomunikasi, mereka segera mengatur rencana masing-masing.Sandro meminta foto-foto lama yang tersisa di rumah dari Bu Fanny dan Bu Shinta, yang mencatat masa lalu mereka selama lebih dari dua puluh tahun.Sayangnya, tidak banyak foto bersama yang tersisa, sebagian besar telah dibakar oleh Wenny.Foto yang bisa ditemukan kebanyakan hanya foto mereka saat masih kecil, seorang diri.Meski begitu, mereka merasa cukup puas.Setidaknya, itu lebih baik daripada tidak ada sama sekali.Sementara itu, Yoga menyusupkan orang ke dal

  • Cinta Rumit Tiga Sekawan   Bab 26

    Mata Sandro memerah hingga terlihat seperti penuh darah, kedua tangannya mengepal erat, lalu dengan keras dia melayangkan pukulan ke arah Cakra."Kenapa harus dia? Aku nggak terima! Wenny, asalkan kamu nggak menikah, aku akan membawamu kabur! Ke luar negeri, atau kembali ke Kota Hanis, ke mana pun yang kamu mau, akan kuturuti!"Namun, Cakra bisa dengan mudah menghindari pukulan Sandro, dia hanya memiringkan wajahnya sedikit, membiarkan tinju itu meleset dan hanya menyapu wajahnya.Lukanya tidak terlalu parah, tetapi tetap meninggalkan bekas merah yang mencolok."Sss … "Cakra menutupi pipinya yang sedikit terluka, menarik napas pelan, dan wajahnya meringis karena kesakitan.Meski begitu, ketampanannya sama sekali tidak luntur.Melihat Cakra terluka, Wenny merasa sangat kasihan. Dia memegang tangan Cakra, berusaha untuk melihat lukanya lebih dekat."Nggak apa-apa, aku nggak terluka, nggak sakit kok."Cakra berpura-pura santai dan tersenyum.Namun, makin dia berusaha tersenyum, makin Wen

  • Cinta Rumit Tiga Sekawan   Bab 25

    Wenny dan Cakra saling menggenggam tangan, menatap Yoga dan Sandro dengan agak waspada.Melihat tatapan itu, Sandro merasa sangat terluka."Wenny, kita ini sahabat sejak kecil. Kenapa kamu memandangku seperti itu?"Wenny mengerutkan alisnya, tidak ingin membuang waktu membahas hal-hal tidak berguna.Lagi pula, bukankah mereka sendiri yang memutuskan hubungan bertahun-tahun itu sejak awal?Dengan pandangan datar, dia menatap kedua pria itu dan berkata dengan tenang."Nggak perlu mengatakan hal-hal seperti itu. Aku harus pulang. Kalau ada yang mau kalian katakan, cepatlah."Mendengar itu, Sandro ingin bicara, tetapi Yoga segera memotongnya.Yoga berdiri di depan Wenny dengan tatapan penuh tekad di mata dinginnya."Wenny, dulu kami memang salah. Kami nggak pernah benar-benar menyukai Hana. Kami hanya memanfaatkan dia untuk membuatmu cemburu, agar kamu sadar siapa yang sebenarnya ada di hatimu. Kami nggak menyangka … "Dia pun menjelaskan nasib Hana dan alasan mereka memperlakukan Wenny se

  • Cinta Rumit Tiga Sekawan   Bab 24

    Cakra sengaja memberi instruksi kepada anak buahnya untuk mengendurkan pengawasan terhadap Yoga dan Sandro.Bukan berarti dia lengah, melainkan dia sengaja memberikan peluang agar mereka masuk jebakan. Dengan begitu, dia bisa bersiap lebih dulu.Setelah menerima perintah itu, anak-anak buahnya segera melaksanakan tugas.Pada saat yang sama, Cakra sengaja memberitahukan kabar kedatangan Yoga dan Sandro ke Kota Jintara kepada orang tua Wenny, Pak Haris dan Bu Maya."Apa? Mereka sudah memperlakukan Wenny seperti itu, tapi masih berani datang ke pernikahannya?"Bu Maya langsung naik pitam begitu mendengar kabar itu.Dulu, dia selalu memuji Yoga dan Sandro.Dia bahkan menganggap mereka calon menantu yang ideal.Namun kini, mereka benar-benar tidak seharusnya bermain-main dengan nyawa Wenny!Waktu Hana menyakiti Wenny, bagaimana perasaan Wenny saat itu?Terlebih lagi, sahabat masa kecilnya yang selalu berada di sisinya sejak kecil justru bersikap dingin hanya karena bunga yang diberikan wani

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status