***
Isa terbangun dan mengelus wajahnya pelan. Marco berbaring di samping dan memandangnya tanpa berkedip.
"Kau mengerikan. Memandangku seperti penguntit rahasia." Isa terkikik dengan setengah wajah yang masih menempel di dasar bantal.
Marco meraihnya. Tangannya diselipkan ke balik gaun tidur gadisnya. Ia terus membelai hingga tiba di balik punggungnya yang polos. Isa mencondongkan tubuhnya ke atas dada telanjang Marco. Mengecup bibirnya.
Marco mendorong lidahnya dan menyerangnya dengan panas. Protes Isa tertelan di balik mulutnya dan membuatnya semakin mendesak lebih dalam. Jarinya dengan lembut menyurai rambut Marco di belakang lehernya.
"Selamat pagi, manis." Marco mengakhiri ciuman paginya. Meniup ujung hidungnya. Is
***Isa terbangun dan berada di ruang gelap. Satu hal yang ia ingat hanya riuh gemuruh suara helikopter dengan putaran angin kencang saat alat transportasi udara itu bahkan tidak menjejak di rumput. Sepasang tangan kekar menariknya dari jangkauan Marco.Andai ada sesuatu yang bisa dilakukannya untuk menghentikan waktu. Berlari menggapai dan memeluk Marco saat itu juga. Menuntaskan janjinya semalam bahwa ia akan baik-baik saja dan rencana mereka berhasil dengan gemilang!Sepasang matanya memastikan ruang gelap yang melingkupinya. Sebuah gudang. Lagi. Andai saja si-bodoh-Rage yang akan keluar dari balik pintu itu. Sial!Posisi duduknya juga tidak menguntungkan. Kedua tangan dan kakinya terikat temali. Semua pen
Karakter Utama:1. Isa Reyes Rivera/24 tahunSeorang yatim piatu yang berprofesi sebagai kindergarten photographer atau fotografer anak-anak. Saat ini dalam proses merintis bisnis fotografinya. Bekerja dengan anak-anak dan memotret mereka dalam satu frame adalah passionnya. Situasi ini cukup menarik karena sebetulnya Isa adalah pewaris tunggal Kartel Rivera yang terkenal dan berbahaya di pesisir barat Amerika dan Amerika Selatan. Ancaman penculikan dan pembunuhan pada Isa membuatnya terjebak dalam pengawasan Marco Fox, seorang pengawal handal yang diutus tante sekaligus ibu asuhnya.2. Marco Fox/32 tahunSeorang mantan tentara yang memutuskan bergabung dalam perusahaan keamanan milih ayahnya. Terkenal karena keahliannya menyusun strategi juga jitu dalam melumpuhkan musuh dengan mematikan. Marco menguasa beberapa teknik bela diri, selain teknik yang dikuasainya di militer, ia sangat han
***"Ini sudah lebih dari sepuluh jam, Ash. Kau sudah bisa pastikan dimana Vargas menyembunyikan Isa?" Marco bertanya dengan tidak sabar pada salah satu anak buahnya."Marco." Ash menampilkan titik area perbukitan. Memperbesarnya. Terlihat compound house yang berada di tengah area perbukitan dengan satu rumah induk yang menjadi pusatnya.Ash kembali memperbesar gambar di layar. Klik! Klik! Bunyi mouse yang mencari petunjuk keberadaan Isa menjadi titik terang bagi Marco."Berapa lama kita kesana?""Highlands? Tiga puluh menit.""Bagaim
***Dengan segera, Isa selesai diperiksa oleh Doc dan diberi sedikit obat penahan nyeri untuk beberapa memar di leher sebagai akibat cekikan Vargas. Marco tidak memiliki pilihan selain membawa pujaan hatinya pulang ke rumah peristirahatannya di Pantai Timur. ‘‘Entah mengapa, Isa menolak pulang ke kediamannya sendiri.’Marco bersyukur bahwa Isa hanya mengalami cedera ringan pasca perang terbuka dengan Vargas. Tapi persoalannya, meski hanya luka ringan Isa menunjukkan tanda-tanda yang kurang baik. Pandangan kosong yang membayang di kedua mata indah itu menjadi alasan utama mengapa Marco tidak berminat bergeming sedikit pun dari sisi Isa.Ketika mereka sampai di rumah Marco pada penghujung sore, Isa bahkan tidak mengeluarkan suara. Gadis muda itu
***Tirai tipis di jendela kamar Marco yang berhadapan langsung dengan laut berkibar mengikuti angin sepoi. Isa masih memejamkan mata dan dengkurnya perlahan menjadi melodi pagi hari untuk Marco.Sinar matahari mulai memasuki dan menghangatkan suasana kamarnya yang minimalis. Dengan nuansa cat dinding dan furniture yang didominasi warna putih dengan kesan minimalis dan modern.Marco merasa hidupnya sudah lebih dari cukup. Ujung bibir gadisnya tidak lagi merenggut seperti dua malam terakhir. Kelegaan menjalar di hatinya.Luka hati dan rasa bersalah akan selalu mengikuti gadisnya. Peristiwa penculikannya kemarin pasti sangat membekas di sanubari Isa. Inilah adalah konsekuensi berat dari nama belakang keluarga yang harus disandang seseorang. Takdir yang tidak bisa dipilih s
***Setelah kepulangan Zayden, mereka kembali berdua. Keduanya sedang menikmati sisa petang di balik sofa di ruang tengah."Kau masih belum ingin pulang, Princess?" Marco mengelus paha Isa yang sedang ditumpangkan di pahanya.Isa menggeleng."Kau tidak nyaman tinggal di rumah besar itu atau kau belum siap bertemu Tesh untuk sementara waktu ini?" Marco membidik pertanyaannya langsung."Tesh." Isa menjatuhkan jawaban dengan tegas."Kau sudah sempat menghubunginya sejak kemarin?"Isa menggeleng. "Tesh menghubungiku tadi siang ketika aku sedang menyusuri
***[Makan malam bersama Tesh.]Marco mengenggam erat tangan Isa sambil menaiki undakan tangga batu menuju meja semi outdoor yang sudah disiapkan Tesh. Pelayan mengawal keduanya dan menunjukkan meja untuk tiga orang yang menghadap pada pemandangan dermaga yang indah pada malam hari.Lampu-lampu kecil berpendar kekuningan menyelimuti keduanya. Malam ini akan menjadi sangat romantis, jika tidak ingat bahwa kedatangan Marco dan Isa adalah untuk memenuhi tugas negara menemui Tesh, sang pemimpin kartel terkejam di sepanjang wilayah Amerika Selatan.Pelayan menggeser kursi untuk Isa dan mempersilahkannya duduk. Marco meraih kursi disisinya. Mereka masih harus menunggu kehadiran Tesh.
***"Marco." Isa mendekati Marco yang sedang menikmati sarapan setelah keduanya menyelesaikan ronde pagi bersama. Isa menyandarkan tubuhnya di sudut meja makan."Uhm.""Jika aku punya satu permintaan, apa kau akan mengabulkannya?""Tentu saja, Tuan Putri." Marco menggeser kursinya. Marco mendudukkannya di atas meja dan wajahnya sejajar dengan paha gadisnya."Bawa aku kabur.""Kemana?" Marco mengelus betis Isa yang kini diraihnya agar bertumpu di atas pahanya."Entahlah. Kau pernah mengatakan akan membawaku kabur jika Tesh tidak merestui hubungan kita." Isa mengacak rambut bergelom