Share

Kupu Kupu Malam

Penulis: Caca aca
last update Terakhir Diperbarui: 2023-10-19 22:08:16

"Bagaimana keadaanmu?" tanya seorang pria berbaju putih.

"Apa yang kau ingat?" Tanyanya lagi.

"Aku tidak ingat apa apa," Jawabku.

"Syukurlah, kamu sudah sadar?" seorang wanita cantik berambut panjang, mendekat ke arahku.

"Siapa namamu Dek," tanyanya.

Aku hanya menggeleng pelan.

"Bagaimana ini Dok?" Tanya wanita itu lagi.

"Mungkin karena benturan keras di kepalanya membuat amnesia, tapi itu sifatnya sementara."

"Jadi aku kenapa Dok?" Tanyaku bingung.

"Kamu mengalami kecelakaan, karena benturan di kepala membuat kamu amnesia," Tegas wanita itu.

"Untung saja kandungan kamu tidak apa-apa," Ucapnya lagi.

"Ya sudah, saya permisi dulu," Ucap pak Dokter seraya berlalu pergi.

"Apa aku sedang hamil kak?" Tanyaku bingung.

"Iya, kamu sedang hamil. Dokter bilang, usia kandungan kamu baru empat Minggu."

"Namaku Ayunda, panggil saja aku Kak Ayu, kamu tertabrak mobilku saat di jalan, aku yang membawamu kesini. Karena kamu belum ingat apapun, aku akan membawamu pulang, untuk sementara aku panggil kamu Dinda, sampai ingatan kamu kembali." Ucapnya.

"Baiklah kak!"

Kucoba mengingat-ingat siapa diriku, namun aku tetap tak bisa, justru kepalaku terasa semakin pusing.

"Aahh..." kucoba memijit-mijit keningku.

"Jangan dipaksakan, kalau belum ingat apapun. Bukankah dokter bilang, kamu amnesia hanya sementara suatu saat juga kamu akan mengingat kembali siapa dirimu." Ucap kak Ayu ramah.

***

Setelah seminggu dirumah sakit, aku sudah di perbolehkan pulang, kak Ayu mengajakku pulang kerumahnya.

"Dinda, ini rumah kakak, kakak tinggal sendiri disini. Orang tua kakak sudah meninggal, dan kakak tak punya siapa-siapa lagi," Ucap kak Ayu, kulihat ada raut sedih diwajahnya.

"Iya kak!" Jawabku singkat.

Beberapa hari aku tinggal dirumah kak Ayu, aku selalu kesepian, memang ada asisten yang bekerja dirumah ini, tapi tidak menginap disini. Jadi kalau malam aku selalu sendirian, entah kerja apa kak Ayu, sampai pulang malam, bahkan kadang nggak pulang sama sekali.

Sampai suatu ketika, kulihat kak Ayu pulang bersama seorang pria, aku kira dia pacarnya, sku hanya mengintipnya saja lewat jendela. Kak Ayu mengajak pria itu masuk kedalam kamarnya.

"Dinda, kamu udah makan?" Tanya kak Ayu, setelah keluar dari kamarnya bersama pria itu, pria itu menatapku tak berkedip seolah ingin memangsaku, aku jadi merinding jadinya.

"Udah kak!" Balasku.

"Yu, cantik juga, boleh lah aku sekali-kali dengannya," Ucap pria tersebut.

"Nggak usah ngaco kamu, udah sana pulang, aku capek mau istirahat!" Perintah kak Ayu pada pria itu.

"Baiklah sayang,"ucapnya seraya melirikku sembari tersenyum.

"Maaf ya Din, kalau kamu nggak nyaman,"ucap kak Ayu.

"Nggak apa-apa kak. Kak boleh aku tanya sesuatu nggak?"

"Mau tanya apa Din?"

Kak Ayu menatapku heran.

"Kak, sebenarnya kak Ayu kerjanya apa sih, kalau Dinda boleh tau, dan kalau boleh Dinda juga ingin ikut kerja kak, bosan dirumah terus!" Jawabku.

"Kamu dirumah aja Din, biar kakak yang kerja," Ucapnya pelan.

"Tapi kak, aku nggak bisa kaya gini terus, aku bosan kak," Balasku sedih.

"Din, sebelum kakak jawab pertanyaanmu, kakak mau bercerita sedikit tentang kehidupan kakak.

"Ayahku meninggal karena penyakit jantung, sedang ibuku, mungkin karena merasa sangat kehilangan ayah, ibuku jatuh sakit. Tak berapa lama kemudian ibu menyusul ayah, aku anak tunggal Din, sejak orang tuaku tiada, aku hidup sebatang kara.

Dulu aku hidup berkecukupan, karena ayahku pengusaha yang sukses, tapi belakangan usaha ayahku mendadak bangkrut, dan ayah punya hutang disana sini, hingga setelah kepergian ayah, mereka menagih hutang ayah padaku, yang jumlahnya tidak sedikit. Ratusan juta hutang ayah yang harus kubayar, bahkan kalau rumah ini disita pun, tak cukup untuk membayar hutang-hutang itu.

Karena tak tahu, harus mencari uang kemana, sementara rentenir terus saja mendatangiku, terpaksa aku bekerja sebagai kupu kupu malam, kamu tau kan artinya itu?" Kak Ayu menatapku lekat.

"Jadi kak Ayu bekerja sebagai wanita penghibur kak?"

Sebenarnya kalau melihat kak Ayu, yang semalem pulang bersama seorang pria, aku sudah menyimpulkan kalau kak Ayu bekerja seperti itu, melayani pria hidung belang.

"Iya Din, Kakak terpaksa melakukannya, demi bisa melunasi semua hutang-hutang ayah Kakak."

"Apa dengan begitu, kak Ayu sudah bisa melunasi hutang-hutangnya?" Tanyaku serius.

"Belum lunas Din, hutang kakak masih banyak, entah kapan aku bisa melunasinya," Ucap kak Ayu terlihat sedih.

"Jangan khawatir kak, Dinda akan bantu kakak, supaya hutang-hutang kakak cepat lunas," Bujukku berusaha menghibur kak Ayu.

"Bagaimana caranya Din?" Tanyanya heran.

"Aku akan ikut kerja sama kakak!" Jawabku tegas.

"Tidak Din, jangan kakak mohon. Cukuplah Kakak yang seperti ini. Kamu biarlah dirumah aja ya, walaupun kakak baru mengenalmu, tapi Kakak sudah menganggapmu seperti adikku sendiri, dan kakak tidak mau mengorbankan kamu," Ucapan kak Ayu, membuatku jadi merasa terharu, ada kasih sayang yang tulus dimatanya.

"Nggak apa-apa Kak, lagi pula aku sedang hamil, itu berarti aku juga bukan gadis baik-baik," Ucapku meyakinkan kak Ayu.

"Din, kamu hamil belum tentu kamu gadis nakal, bisa saja kamu sudah menikah dan punya suami. Mungkin saja saat ini suami kamu sedang mencari-cari, keberadaan kamu!" Jawabnya tegas.

"Nggak Kak, aku nggak merasa punya suami kok, boleh ya kak, aku bantu. Kakak udah menyelamatkan hidup aku, jadi ini saatnya aku balas Budi," Ucapku.

***

"Ada tamu Kak," Ucapku setelah mendengar pintu diketuk.

"Sebentar aku tengok, kamu tunggu disini ya!" Pinta kak Ayu.

Kulihat kak Ayu membuka pintu, dan dua orang pria telah masuk, satu diantaranya adalah pria yang kemarin bersama kak Ayu.

"Yu,mana gadis itu? Kata Erik, kamu punya temen baru, kalau servisnya bagus, aku berani bayar mahal," Kudengar suara lelaki itu berbicara.

"Dia gadis baik-baik Van, biar aku aja yang temenin kamu," lirih kak Ayu.

"Yu, kalau kamu nggak serahin gadis itu sekarang, maka cepat bayar hutang kamu sekarang juga!" Teriak pria itu seraya mencengkeram tangan kak Ayu.

Melihat kak Ayu diperlakukan secara kasar, aku segera menghampiri mereka.

"Kamu cari aku?" Tanyaku pada lelaki itu.

"Akhirnya kamu keluar juga. Kenalin, namaku Evan, maukah kamu temani aku malam ini, aku akan bayar berapapun yang kamu minta, asalkan servis kamu bagus," Ucapnya seraya menyentuh pipiku.

"Din, Kakak mohon jangan!" kak Ayu menarik tanganku, agar menjauhi Evan.

"Kak, sudah nggak apa-apa!" Ucapku meyakinkan kak Ayu.

"Tidak Din, pokoknya jangan!" kak Ayu terus membujukku.

"Ayu, kalau kamu melarangnya. Sekarang juga, bayar semua hutang hutangmu. Atau, kamu mau aku laporkan ke polisi." Ancam Evan.

"Aku mau menemanimu, dengan satu syarat!" Pintaku pada Evan.

Evan tersenyum menyeringai, "Katakan cantik, apa syaratnya?"

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Cinta Sang Dokter Untuk Gadis Nakal   Akhir yang Bahagia.

    "Mas, aku takut,""Arra bertahan ya?"Samar kudengar suara mas Adi, namun perlahan menghilang."Arra bangun sayang, kamu pasti kuat sayang."Kudengar pelan suara mas Adi. Perlahan kubuka mata ini, kurasakan tangan mas Adi menggenggam tanganku, kutatap wajahnya, ada raut sedih disana, ada air mata menetes dipipinya."Mas." panggilku lirih."Arra, kamu sudah sadar sayang."Mas Adi mencium tanganku lembut."Apa yang terjadi Mas? apa kandunganku baik baik saja?"Kali ini, aku sudah tak merasakan kram diperutku, apa jangan jangan, tidak aku tak mau itu terjadi."Sayang, kandungan kamu baik, anak kita baik baik saja Ra.""Tapi..."Tapi apa Mas?" Mas Adi menggantung kata katanya, membuatku jadi panik."Tapi, kamu kenapa curang, nggak kasih tau Mas, dari kemarin kemarin."Mas Adi tersenyum seraya membelaiku sayang."Maksud kamu apa Mas?"Mas Adi membuatku bingung."Dokter bilang, usia kandungan kamu sudah lima minggu, tapi kok baru kasih tau Mas kemarin."Ucap mas Adi, sambil mengacak acak r

  • Cinta Sang Dokter Untuk Gadis Nakal   Musuh Dalam Selimut.

    Drrrrrtttt.Kudengar posnselku berbunyi saat berada dikamar mandi."Ra, ada telepon dari om Andri nih?" Ucap mas Adi dari balik pintu."Sebentar Mas!"Om Andri telepon? Pasti ada yang penting. Jangan-jangan, ini soal penyelidikan itu. Apa om Andri sudah berhasil, menyelidikinya, dan sudah tahu siapa orang itu?"Mana Mas?" Mas Adi memberikan ponsel yang dipegangnya padaku."Hallo Om." sapaku ramah."Arra, Om sudah mengetahui siapa orang itu." Ucap Om Andri dari seberang sana."Serius Om?"Mendengar yang om Andri katakan, aku sangat senang. Sebentar lagi, aku akan melihat wajah orang yang menghancurkan hidupku melalui Andrean."Sekarang dia sudah Om sekap dirumah." Ucap om Andri tegas."Apa Om! Disekap?"Aku masih bingung dengan maksud om Andri."Iya Ra, kamu segera kesini ya!""Iya Om, sebentar lagi Arra kesitu."Berarti om Andri telah menangkapnya, tapi kenapa tak langsung membawanya kekantor polisi. Apa om Andri ingin aku melihatnya dulu. Tapi siapa sebenarnya orang itu? aku jadi pe

  • Cinta Sang Dokter Untuk Gadis Nakal   Kejutan.

    "Ada apa Mas?"Mas Adi hanya melirikku saja, aku jadi takut, jangan jangan terjadi sesuatu sama papa."Papa Ra.""Papa kenapa Mas?" Mas Adi malah tersenyum, aku jadi bingung dibuatnya."Kok malah senyum sih Mas." Aku jadi kesal dibuatnya."Kamu tuh, orang Mas belum selesai ngomong, udah main potong aja. Tadi yang telepon Papa, Papa bilang sekarang lagi kerumah Nenek, Papa lagi jemput Mama."Kali ini mas Adi sepertinya serius."Yang bener Mas?" "Iya sayang, kamu nggak usah panikan kenapa?"Ujar mas Adi sembari mengacak rambutku.Mendengar kata kata mas Adi, aku merasa bahagia sekali, aku senang karena papa baik baik saja. Lebih senang lagi, karena papa sedang jemput mama, sebentar lagi, keluarga kecilku dapat berkumpul kembali, aku sudah tak sabar, ingin melihat mereka bersatu kembali."Mas, kita sarapan yuk!"Karena panik, memikirkan papa, aku sampai lupa untuk sarapan, kasihan mas Adi, pasti sudah sangat lapar."Yuk!" mas Adi seperti sangat bersemangat."Maaf ya Mas, gara gara aku,

  • Cinta Sang Dokter Untuk Gadis Nakal   Menyelidiki.

    Drrrtttt....Kudengar ponselku berdering, tapi aku biarkan, karena mata ini masih terasa ngantuk, enggan meraih ponsel yang berada disamping Mas Adi. Aku kembali hampir terlelap, saat kudengar bunyi ponselku untuk kedua kalinya. Siapa sih, masih pagi begini sudah telepon, mengganggu saja. aku menggerutu kesal.Segera kuberanjak dan kuraih ponselku.Ahh mati, biarin lah, nanti juga kalau penting telepon lagi.Ting.Sms masuk. Segera kubuka isi pesan itu, takutnya penting.[ Ra, ini Om, Orang orang Om, melihat orang yang mencurigakan, didepan rumahmu ]Ting.Kali ini pesan berbentuk Video.Kulihat dengan jelas, ada orang yang sedang berusaha memanjat pagar rumahku, tapi sayangnya, wajahnya tak terlihat jelas, karena memakai masker.Ting.Satu lagi pesan video masuk, kulihat diluar pagar, ada sebuah mobil dan seorang wanita, sepertinya sedang mengawasi tempat sekitar, tapi sayangnya wanita itupun memakai masker, tapi sepertinya aku hapal gerak geriknya.Ting.[ Sekarang Seno dan Joko, se

  • Cinta Sang Dokter Untuk Gadis Nakal   Membebaskan Papa.

    Saat om Andri membuka pintu, tiba tiba seseorang dibalik pintu menghajar om Andri, hingga terpental kebelakang.Om Andri babak belur, dihajar dua orang berpenampilan seperti preman."Arra kamu baik baik saja sayang?"Kudengar suara orang memanggil."Mas Adi!"Mas Adi memelukku dan membawaku keluar."Handi cepat lapor polisi, sebelum bajingan ini kabur!"Perintah mas Adi, pada orang yang bernama Handi.Sebelum orang itu menghubungi polisi aku harus mencegahnya."Tunggu!" teriakku pada orang yang bernama Handi."Tolong jangan lapor polisi!" Aku tak mau om Andri masuk penjara, gara gara kesalahan pahaman ini."Kenapa Ra? Orang seperti itu pantas membusuk dipenjara." Ujar mas Adi terlihat kesal.Wajar saja, karena mas Adi mengira, kalau om Andri adalah penyebab keluargaku hancur. "Mas, ini cuma salah paham saja. Om Andri bukan orang yang telah menyuruh Andre untuk menyakitiku.""Apa?""Iya mas, Ayo masuk dulu, biar Arra jelaskan.""Mas, om Andri ini adiknya Papa. Memang dia yang telah m

  • Cinta Sang Dokter Untuk Gadis Nakal   Fitnah Tante Maya.

    Sayup sayup kudengar orang yang sedang berbicara."Bagaimana ini Bos? dia nggak sadar sadar, apa tidak sebaiknya kita bawa kedokter saja?" Sepertinya itu suara orang yang bernama Seno."Jangan! Aku tak mau ditangkap polisi lagi. biarkan saja dia, kita tunggu sebentar lagi, semoga dia cepat sadar," Sahut om Andri.Perlahan kucoba membuka mata, kulihat ada om Andri dan Bang Seno.Sepertinya aku tertidur disebuah kasur empuk, aku mencoba untuk bangun, dengan kepala yang masih sedikit pusing. Kulihat lagi disekelilingku, aku bukan lagi berada disebuah gudang, yang berisi barang barang bekas. Sepertinya aku berada disebuah kamar, yang layak untuk ditempati."Kamu sudah sadar?"Kulihat om Andri duduk disampingku."Om, kenapa menolongku? kenapa tidak biarkan aku mati saja."om Andri hanya diam, kemudian beranjak dari duduknya."Ayo keluar!"Perintahnya pada bang Seno, om Andri berlalu diikuti bang Seno.Aku baru ingat, saat aku digudang, aku merasa pusing dan tubuhku ambruk, mungkin aku pin

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status