Share

Bab 0007

Marcella yakin, Andara tidak datang untuk sekedar memberi ucapan selamat. Tantenya itu pasti datang untuk membuktikan apakah suami Marcella lebih baik dari Antony Si Pria Botak yang pernah dijodohkan dengannya.

Dengan panik Marcella keluar dari kamarnya sambil tetap berbicara dengan suara pada ibunya dan Andara.

“Ya, Tante.” Marcella melangkah cepat.

“Selamat ya, atas pernikahanmu. Akhirnya ya, Cella. Ada juga pria yang mau sama kamu. Tante harap pria itu cukup hebat untuk mendampingi kamu. Bukan pria abal-abal yang sekedar numpang makan.” Andara tertawa di ujung sambungan.

Dari layar ponsel yang ada di tangannya, Marcella bisa melihat wajah Andara tertawa meledek pada ibunya. Itu membuat Marcella sangat kesal. Secara tidak langsung, Andaralah yang membuat Marcella terpaksa menikah.

Kali ini, dia tidak ingin Andara merendahkannya. Kalau tantenya itu tahu bagaimana Marcella mendapatka Bayu, maka Andara akan senag hati memasukkan Marcella ke peti mati.

“Cella! Mana suamimu, ayo donk! Tante mau lihat setampan apa sih, dia. Semua orang di sini membicarakannya. Katanya tampan dan muda! Apakah ini kata lain dari berondong?” Andara kembali meledek.

Marcella tiba di depan pintu kamar Bayu. Dia mengangkat tangan untuk mengetuk. Tapi, seketika tangannya berhenti. Kalau dia mengetuk maka suaranya akan terdengar oleh Andara dan ibunya.

Mereka akan langsung tahu ada yang tidak beres. Marcella selalu merasa bahwa ibunya memiliki sensor kepekaan tinggi jika itu tentang Marcella. Jika ada sesuatu yang tidak beres, maka ibunya akan jadi orang pertama yang bisa mengendusnya.

Akhirnya Marcella memutuskan untuk langsung menerobos masuk ke kamar Bayu. Dia mendapati Bayu bertelanjang dada dan hanya mengenakan celana pendek. Pria itu sedang melihat ke arah jendela untuk menikmati pemandangan luar. Punggungnya membelakangi pintu saat Marcella masuk.

“Sayang, Tante Andara ingin melihatmu.” Marcella memeluk Bayu dari belakang.

Tangannya yang memegang ponsel terulur ke depan wajah Bayu. Marcella menggeser jarinya sehingga kamera depan ponsel kembali terbuka. Wajah Bayu muncul di layar sempurna dengan tubuh berotot yang tidak terbungkus pakaian. Sementara Marcella memeluknya dari belakang dan meletakkan dagunya di ceruk leher Bayu.

Mata Andara melebar di layar ponsel Marcella sebagai reaksi atas apa yang dilihatnya. “Wow! Kamu memang tampan. Ah, tapi tidak perlu juga menampakkan diri di video call kalau sedang tidak memakai baju.” Andara berseru terkejut.

Bayu tidak kalah terkejutnya. Tapi, itu sama sekali bukan tentang Andara. Dia terkejut karena tubuh Marcella melekat di belakang punggungnya yang kekar. Itu erat, hangat, dan ‘membakar’ Bayu.

“Sayang, katakan sesuatu pada tanteku,” rengek Marcella di telinga Bayu. Sangat dekat di lehernya.

Bayu segera mengenali situasi yang harus dia hadapi. “Halo, Tante. Senang bertemu dengan Tante.” Bayu menyapa wajah Andara yang tampak di layar ponsel.

“Tidak kusangka, ternyata selama ini diam-diam Marcella memiliki hubungan dengan pria muda sepertimu. Kalian harus datang ke rumahku dan menceritakan tentang bisnismu. Aku yakin, Marcella pasti memilihmu karena kau sangat berkualitas. Selera keponakanku itu sangat tinggi, dia tidak akan mau dekat dengan pria dengan standar rendah.” Suara Andra jelas terdengar seperti tantangan.

“Marcella layak mendapatkan semua yang terbaik di dunia ini. Dan aku pastikan dia akan mendapatkan itu,” ujar Bayu. Dia mengangkat telapak tangan Marcella yang lain dan mengecupnya.

Bayu ingin memperlihatkan pada Andara betapa berharganya Marcella bagi Bayu. Itu berhasil! Andara tersenyum kecut melihat kemesraan Marcella dan Bayu.

Marcella tersenyum di leher bayu tanpa melepaskan pelukannya. “Tentu, Tante, kami akan mengunjungimu. Kau akan terpesona melihat betapa hebatnya suamiku.”

“Ok deh….” Andara meledek. “Selamat berbulan madu ya, Tante tunggu di rumah.”

“Ok, Tante,” jawab Marcella lega.

Dia lebih lega lagi ketika akhirnya wajah Andara menghilang dari layar ponsel. Marcella berusaha menarik lengannya yang terselip ke depan di bawah lengan Bayu.

Tapi, Bayu menahannya. Dia bahkan menarik kedua lengan Marcella lebih ke depan dan menyatukan kedua telapan tangan Marcella di depan dadanya yang keras berotot. Itu membuat Marcella terpaksa semakin merapat ke tubuh Bayu dari belakang. Senyum mengembang di wajah Bayu.

“Lepaskan!” perintah Marcella.

“Tidak mau. Bukankah kau sendiri yang datang ke kamarku? Sialnya, aku masih memakai celana pendek. Harusnya kau masuk sepuluh menit lagi. Mungkin saat itu aku sudah tidak memakai selembar baju.” Bayu menggoda.

“Jangan main-main, Bayu. Lepaskan aku. Aku harus segera ke butik.” Marcella sedang mewarnai wajahnya dengan topeng yang berbeda.

Dia tahu persis bahwa yang diinginkan hati dan nalurinya bukan itu. Memeluk Bayu telah mengalirkan rasa nyaman di pembuluh darah Marcella. Kulitnya berdengung bahagia. Setelah sekian lama, untuk pertama kalinya Marcella memeluk seorang pria yang bisa memberikannya perasan berbeda. Hangat dan Nyaman.

Perasaan yang Marcella pikir telah hilang selamanya dari hidupnya.

Bayu tetap memegang lengan Marcella di depan perutnya. Matanya melihat ke luar jendela besar. Walau sebenarnya dia tidak melihat apa-apa. Karena pikirannya tertuju pada tubuh Marcella yang menempel di belakang punggungnya.

“Aku… aku terpaksa. Kalau ibu dan tante Andara tidak melihatmu di layar. Mereka akan curiga. Sekarang lepaskan aku!” Suara Marcella bergetar.

Sebuah kenyataan bahwa sebenarnya tubuh mereka berdua sama tegang. Itu seperti permainan siapa yang akan mengakui lebih dulu. Terlepas dari perasaan yang sedang mereka jauhkan, nyatanya ada naluri alami yang membuat mereka nyaman untuk saling berdekatan.

Bara menyala di tubuh Bayu dan Marcella. Namun keduanya berdiri dalam sebuah kompetisi yang sulit. Ego yang tinggi untuk menurunkan jarak yang terlalu jauh di antara keduanya. Enggan mengakui apa yang diinginkan oleh tubuh dan hati mereka.

“Lepaskan aku!” Marcella menyampaikan nada sedikit lebih tinggi untuk memaksa Bayu menuruti perintahnya.

Dan kemudian gagal. Karena Bayu membalikkan badan tanpa melepaskan tangan Marcella. Dia menarik pinggang langsing Marcella untuk merapat ke perutnya.

Marcella menahan nafas. Apa pun yang ada di tubuh Bayu bisa Marcella rasakan mendarat di tubuhnya. Dadanya, pahanya, perutnya dan yang lainnya melekat di tubuh Marcella. Ketika mata Bayu melihat ke matanya, Marcella sepenuhnya kehilangan keberanian. Bahkan kekuatan perlawanan, sudah tenggelam ke dasar bumi sejak tadi.

“Bayu lepaskan aku….” alih-alih terdengar seperti perintah, itu justru terdengar seperti desahan permohonan.

Marcella ingin mengutuk dirinya sendiri. Selama ini dia adalah seorang wanita dengan tembok tebal yang tinggi. Salah satu alasan Marcella masih tetap sendiri setelah melahirkan Bianca. Putrinya itu bahkan sudah di Amerika untuk menempuh kuliah. Waktu seperti berlari bagi Marcella.

Sekarang dia seperti sedang meruntuhkan langit untuk menguburnya dalam perasaan yang memalukan. Bahwa nyatanya dia dan Bayu hanyalah dua orang asing yang baru bertemu beberapa hari lalu. Bagaimana mungkin satu kejadian bisa membuat Marcella nyaris kehabisan udara.

Kemana perginya fungsi pendingin ruangan? Kenapa semua terasa begitu panas dan membuat Marcella berkeringat. Sialnya, dia juga melihat hal yang sama di kulit Bayu. Di dada telanjangnya, yang kekar dan berotot.

“Katakan lagi,” Bayu berbisik di telinga Marcella.

“Bayu… tolong… aku….”

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status