Share

84. Kenyataan yang Menyakitkan

Penulis: Aeris Park
last update Terakhir Diperbarui: 2025-05-11 21:31:32

Suasana kamar nomor 614 itu kembali hening selepas kepergian Cherry dan Seika. Bellia kembali ke dalam setelah menutup pintu lalu menghampiri Marvell yang duduk di atas ranjang.

Marvell tampak murung, wajahnya terlihat tidak ceria saat bersama Cherry. Dan sebagai ibu, Bellia tentu saja menyadari hal itu.

"Ada apa, Sayang? Kenapa Marvell tiba-tiba sedih?" tanya Bellia terdengar penuh perhatian.

Marvell melirik Bellia sekilas, setelah itu kembali memperhatikan gambar beruang yang belum selesai dia warnai. Jemarinya perlahan bergerak, memberi warna pada gambar tersebut agar terlihat lebih hidup.

Bellia diam-diam memperhatikan apa yang Marvell lakukan lalu tersenyum tipis. Marvell memang dekat dengan Cherry semenjak masuk sekolah. Mereka selalu bermain dan belajar bersama.

Di mana ada Marvell, di situ pasti ada Cherry.

Ke mana pun Marvell pergi, Cherry selalu mengikuti. Seperti bayangan yang tidak bisa lepas dan dipisahkan.

Saat Marvell bermain bola di halaman sekolah, Cherry akan duduk d
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci
Komen (1)
goodnovel comment avatar
yulika sari
perang nya masih berlanjut rupany
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Cinta Satu Malam: Dimanja Sang Presdir Dingin   86. Luka dan Dendam

    Pintu kamar Marvell terbuka lebar dengan bunyi dentuman yang terdengar cukup keras, disusul langkah cepat Daniel yang langsung membeku di ambang pintu setelah melihat pemandangan yang membuat darahnya mendidih seketika.Bellia terduduk di lantai dengan rambut berantakan, pipinya merah karena tamparan yang baru saja mendarat di sana. Di sudut lain, Marvell menangis histeris di bawah tempat tidurnya dengan wajah penuh ketakutan. Sebuah vas bunga terjatuh dan pecah di lantai, kursi bergeser dari tempatnya. Jam dinding yang berdetik pelan, menjadi satu-satunya suara yang menyertai isak tangis Marvell.Sedangkan Vania berdiri di tengah-tengah mereka, tubuhnya masih gemetar karena amarah yang begitu membara. Tangan kanannya kembali terangkat, ingin melayangkan pukulan ke tubuh Bellia yang sudah tidak berdaya.Pandangan Daniel langsung berubah tajam, seperti pedang yang baru saja ditempa dalam bara api kemarahan. Berkilau, dingin, dan siap menebas siapa pun yang berani menyakiti orang yang

  • Cinta Satu Malam: Dimanja Sang Presdir Dingin   85. Melempar Kesalahan

    "Kamu masih tanya kenapa?" Vania tertawa jahat, seperti seorang psikopat yang menemukan kenikmatan di balik penderitaan orang lain.Tawanya nyaring, getir, dan penuh kebencian, menggema di antara dinding-dinding rumah sakit yang seketika berubah sempit dan dingin."Aku melakukan semua ini karena kamu terlalu naif, Bellia!""Terlalu naif?" gumam Bellia tidak mengerti. Selama ini dia selalu berusaha bersikap baik pada orang lain, bahkan pada tantenya sendiri. Dia tidak pernah membenci tante yang sudah memanfaatkan dan menghabiskan uangnya. Dia rela melakukan semua itu agar hubungannya dengan sang tante baik-baik saja.Namun, Vania tiba-tiba saja datang dan menyebut dirinya 'naif'. Padahal dia tidak pernah bertegur sapa dengan wanita itu.Dia pertama kali melihat Vania sekaligus untuk yang terakhir kalinya ketika ingin menemui Daniel di ruangannya. Kejadian itu pun sudah lama berlalu—mungkin sekitar empat atau lima tahun yang lalu.Saat itu dia ingin memberi tahu Daniel tentang apa yang

  • Cinta Satu Malam: Dimanja Sang Presdir Dingin   84. Kenyataan yang Menyakitkan

    Suasana kamar nomor 614 itu kembali hening selepas kepergian Cherry dan Seika. Bellia kembali ke dalam setelah menutup pintu lalu menghampiri Marvell yang duduk di atas ranjang.Marvell tampak murung, wajahnya terlihat tidak ceria saat bersama Cherry. Dan sebagai ibu, Bellia tentu saja menyadari hal itu."Ada apa, Sayang? Kenapa Marvell tiba-tiba sedih?" tanya Bellia terdengar penuh perhatian.Marvell melirik Bellia sekilas, setelah itu kembali memperhatikan gambar beruang yang belum selesai dia warnai. Jemarinya perlahan bergerak, memberi warna pada gambar tersebut agar terlihat lebih hidup.Bellia diam-diam memperhatikan apa yang Marvell lakukan lalu tersenyum tipis. Marvell memang dekat dengan Cherry semenjak masuk sekolah. Mereka selalu bermain dan belajar bersama.Di mana ada Marvell, di situ pasti ada Cherry.Ke mana pun Marvell pergi, Cherry selalu mengikuti. Seperti bayangan yang tidak bisa lepas dan dipisahkan.Saat Marvell bermain bola di halaman sekolah, Cherry akan duduk d

  • Cinta Satu Malam: Dimanja Sang Presdir Dingin   83. Teman Istimewa

    Kondisi Marvell berangsung-angsur membaik setelah dirawat selama satu minggu di rumah sakit. Dokter yang merawatnya bahkan merasa heran karena Marvell bisa pulih lebih cepat dari waktu yang mereka perkirakan.Hal ini tentu tidak terjadi begitu saja, Daniel dan Bellia juga memiliki peran yang sangat penting di balik kesembuhannya. Mereka bergantian menjaga Marvell setiap malam. Daniel bahkan rela menunda pekerjaannya agar bisa mencurahkan seluruh perhatiannya untuk Marvell.Sedangkan Bellia terpaksa menutup toko bunganya selama beberapa hari karena Dita sedang mengunjungi orang tuanya yang tinggal di luar kota. Untung saja para pelanggan mau memahami kondisinya yang sedang tertimpa musibah. Mereka bahkan turut mendoakan semoga Marvell lekas diberi kesembuhan.Marvell tidak pernah merasa kesepian selama dirawat. Setiap hari selalu ada teman sekolah yang datang menjenguknya, terutama Cherry.Anak perempuan cantik berumur empat tahun itu hari ini kembali datang menjenguk Marvell bersama de

  • Cinta Satu Malam: Dimanja Sang Presdir Dingin   82. Kabar Baik

    Ruangan itu dipenuhi aroma karbol dan obat-obatan yang begitu menusuk hidung. Keheningan menggantung jelas di udara, seperti kabut tebal yang begitu menyesakkan.Daniel dan Bellia duduk berdampingan di salah salah satu kursi, sedangkan Mahes memilih berdiri di tempat yang agak jauh dari mereka.Kedua tangan Bellia terkepal erat di atas kedua pahanya. Wajahnya terlihat sangat tegang, seperti menahan beban yang begitu berat. Helaan napas panjang berulang kali lolos dari bibirnya, menahan perasaan takut sekaligus cemas yang berkecamuk di dalam dadanya.Marvell sudah masuk ke dalam ruang operasi sejak satu jam yang lalu, tepatnya setelah mendapat donor darah dari Daniel. Dokter ingin melakukan proses hematosis untuk menghentikan pendarahan yang dialami oleh Marvell.Bellia pikir, operasi Marvell tidak akan berjalan lama. Namun, lampu di atas pintu ruang operasi tersebut masih menyala sampai sekarang.Bellia tidak bisa bernapas dengan tenang, berbagai pikiran buruk terus melintas di pikira

  • Cinta Satu Malam: Dimanja Sang Presdir Dingin   81. Pelukan yang Menenangkan

    Langit siang ini terlihat sedikit mendung, angin berembus pelan membuat udara terasa lebih dingin dari biasanya. Daniel menikmati alunan lagu I Think They Call This Love yang dinyanyikan oleh Elliot James Reay di dalam mobilnya. Bibirnya yang tipis sesekali ikut menyenandungkan lirik lagu tersebut, seperti seorang remaja yang sedang dimabuk cinta.Wajah Bellia terus menari-nari di pikirannya, seperti cahaya hangat yang menyinari seluruh ruang di hatinya. Begitu lembut, memikat, dan tidak tergantikan. Dia bahkan tanpa sadar tersenyum ketika mengingat tatapan dan tawa kecil wanita itu. Hari-harinya yang dulu sunyi, terasa lebih berwarna semenjak bertemu dengan Bellia. Terlebih sekarang ada Marvell di antara mereka. Kini, kebahagiaannya terasa jauh lebih sempurna.Daniel tidak bisa menahan tawanya ketika lagu yang semula syahdu dan menangkan tiba-tiba berubah menjadi Baby Shark. Daftar lagu di dalam mobilnya sekarang memang beragam, bahkan lebih banyak lagu anak-anak semenjak Marvell se

  • Cinta Satu Malam: Dimanja Sang Presdir Dingin   80. Kabar Buruk

    Lorong rumah sakit siang ini terlihat ramai. Suara pelan dari speaker rumah sakit bergema samar, bersaing dengan langkah-langkah tergesa dokter dan perawat yang berlalu-lalang.Seorang pria berwajah tampan terlihat menuntun seorang wanita paruh baya yang wajahnya sedikit pucat."Mama tunggu di sini sebentar, ya? Mahes mau ke bagian administrasi sekaligus menebus obat.""Mama tidak berani di sini sendiri. Mama ikut kamu, ya?" Wanita paruh baya yang masih terlihat cantik itu menatap Mahes dengan penuh harap. Ada sedikit kekhawatiran di matanya."Mahes cuma sebentar, Ma. Mama tunggu di sini saja, ya?" ucap Mahes setelah itu dia bergegas pergi ke bagian administrasi.Dia berdiri tepat di depan loket pembayaran, menatap antrean panjang dan layar nomor antrean yang tidak kunjung berubah. Di seberangnya, seorang perawat mendorong brankar pasien menuju ruang UGD, sementara dua dokter terlihat membahas hasil rontgen dengan serius.Mahes menghela napas panjang, aroma obat-obatan bercampur denga

  • Cinta Satu Malam: Dimanja Sang Presdir Dingin   79. Sebuah Firasat

    Sudah lewat dari tiga hari semenjak toko bunga milik Bellia mendapat supplier baru. Para pelanggan mulai banyak yang berdatangan, bahkan bertambah. Mereka selalu kembali ke D'Marvell Florist karena bunga yang dijual di toko tersebut selalu bagus dan segar. Selain itu pelayanannya juga baik dan ramah."Terima kasih sudah membeli bunga di toko kami." Bellia mengulurkan seikat bunga lili yang baru saja selesai dirangkai ke seorang pelanggan yang berdiri di hadapannya."Sama-sama, Nona," balas pelanggan tersebut sambil tersenyum ramah.Bellia merapikan mejanya yang sedikit berantakan, setelah itu membuang beberapa tangkai bunga yang rusak ke tempat sampah."Akhirnya toko kita bisa kembali normal ya, Bell."Bellia melirik Dita yang berdiri tepat di sebelahnya sekilas setelah itu mengangguk pelan. Jika diingat apa yang terjadi ke belakang, D'Marvell Florist mustahil bisa diselamatkan jika Daniel tidak membantunya.Berkat koneksi dan kekuasaan yang dimilikinya membuat Daniel bisa mendapatkan

  • Cinta Satu Malam: Dimanja Sang Presdir Dingin   78. Amarah yang Membara

    Kamar itu terlihat temaram. Lampu tidur yang berada di sisi ranjang tidak mampu menerangi seluruh ruangan hingga membuat sebagian terlihat gelap. Sepasang insan yang berada di atas ranjang bergumul mesra, saling berbagi peluh serta kehangatan.Erangan dan desahan berulang kali lolos dari bibir si wanita setiap kali sang kekasih bergerak di dalamnya. Menghasilkan gelenyar aneh yang menjalari seluruh tubuhnya. Namun, entah mengapa kali ini terasa ada yang berbeda meskipun dia sudah berusaha keras menikmatinya."Bisa lebih cepat, Vin?""Anything for you, Babe."Wanita itu menyambut bibir sang kekasih dengan senang hati. Saling melumat dan bertukar saliva demi mencapai puncak kenikmatan seperti yang dia inginkan."Erngh ...." Erangan halus keluar begitu saja dari bibirnya ketika Kevin berhasil menumbuk titiknya yang paling dalam. Kedua tangannya meremas rambut Kevin dengan erat, meminta lelaki itu agar memperdalam ciuman mereka. Sedangkan kedua kakinya melingkar di pinggang Kevin dengan

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status