Di malam acara kebersamaan perusahaan, Bellia mabuk dan salah masuk kamar, membuatnya tanpa sengaja tidur dengan Daniel, bosnya! Setelah terbangun, Bellia sadar dia telah melakukan kesalahan dan langsung kabur dari sana. Sejak saat itu, Bellia bersikap waspada dan hati-hati di depan Daniel dan tidak ingin Daniel sampai tahu soal kejadian malam itu. Namun, satu bulan kemudian Bellia hamil. Bellia semakin tidak ingin Daniel sampai tahu bahwa ia mengandung anaknya. Tepat saat Bellia ingin kabur, Daniel memeluk erat Bellia dan berkata, “Kamu berani membawa pergi anakku?” Follow akun instgram saya @aeris6104. Thank you ✿
View More"Engh ...." Kaki gadis bermata hezel itu bergerak gelisah, napasnya pun terdengar memburu. Sentuhan lembut lelaki yang sedang menindih tubuhnya membuat tubuh Bellia semakin terasa panas.
"Ah!" Bellia kembali mendesah ketika lelaki itu mencium bibirnya. Dia memejamkan kedua matanya perlahan lalu entah dorongan dari mana, Bellia membalas ciuman lelaki itu tidak kalah panas. Rasanya sungguh gila dan mendebarkan. Kening Bellia berkerut samar, dalam hati dia bertanya-tanya ada apa dengan dirinya? Mengapa setiap sentuhan pria itu rasanya begitu nikmat? Pengalaman ini adalah pertama kali untuknya, jadi Bellia tidak mengerti dengan apa yang terjadi pada dirinya. Namun, lelaki itu tiba-tiba berhenti menciumnya lalu menatapnya dengan pandangan yang sulit diartikan. Apa dia melakukan kesalahan? "Ke-kena ... ugh ...." Bellia tidak menyelesaikan kalimatnya karena bibirnya kembali dibungkam. Bellia tidak bisa memikirkan apa pun sekarang, pikirannya kosong. Setiap detik terasa begitu gila dan mendebarkan. Setelah itu Bellia tidak tahu apa yang terjadi pada dirinya. Dia terbangun ketika cahaya matahari yang masuk melalui celah-celah tirai di dalam kamar jatuh mengenai wajah cantiknya. Bellia pun mengerjap-ngerjapkan kedua matanya perlahan. Awalnya semua terlihat samar, tapi lama-kelamaan berubah jelas ketika cahaya putih menerobos masuk ke dalam indra penglihatannya. Kedua mata Bellia sontak membulat melihat seorang lelaki berwajah tampan yang tidur di sampingnya. Lelaki itu bahkan memeluk tubuhnya dengan erat. Siapa lelaki ini? Kenapa mereka bisa tidur bersama? Napas Bellia tercekat, jantungnya seolah-olah berhenti berdetak selama beberapa saat ketika menyadari siapa lelaki yang tidur bersamanya sekarang. Dia, Daniel Moiz. Presdir yang terkenal dingin dan disegani oleh seluruh karyawan D'Moiz Company. Kenapa dia bisa tidur bersama atasannya? Apa mungkin .... Jantung Bellia berdetak tidak nyaman, setitik keringat dingin keluar membasahi pelipisnya. Ingatan tentang kejadian semalam mulai muncul ke permukaan, seperti gambar buram yang perlahan-lahan menjadi jelas. Bellia ingat dia semalam mengikuti acara api unggun yang diadakan oleh perusahaan lalu salah satu teman mengajaknya minum. Kemudian ingatan berikutnya adalah Bellia berhasil menolak ajakan temannya, tetapi ia meminum sebuah cairan yang ia tahu itu adalah soda. Setelah meminum itu kepalanya terasa pusing lalu pamit kembali ke kamar lebih dulu. Matanya membola menyadari jika dirinya ternyata dijebak temannya! Seharusnya tadi malam Bellia pergi ke kamarnya sendiri. Namun, mengapa dia bisa salah masuk kamar Daniel dan menghabiskan malam bersama presdir sekaligus pemilik perusahannya itu?! "Ya Tuhan, bagaimana bisa?" Bellia mengusap wajahnya dengan kasar. Kekalutan tergambar jelas di wajah cantiknya. Bagaimana kalau Daniel tahu kalau dirinya tidur dengan lelaki itu? Apa Daniel akan memecatnya dan menuntut ganti rugi? Bellia terperanjat ketika Daniel menggerakkan tubuhnya. Dia pun cepat-cepat memakai kembali pakaiannya lalu meninggalkan kamar Daniel hingga tanpa sadar menjatuhkan jepit rambut miliknya. Bellia berjalan dengan cepat, bahkan sedikit berlari menuju kamarnya mengabaikan nyeri yang menjalari selakangannya. Dia ingin menjauh dari Daniel secepatnya. "Kamu dari mana saja, Bellia? Kenapa kamu semalam tidak tidur di kamar?" Bellia refleks mengusap dada setelah mendengar pertanyaan temannya. "Astaga kamu membuatku kaget, Lis!" Lisa malah menghela napas panjang alih-alih merasa bersalah sudah membuat Bellia terkejut. "Jawab pertanyaanku! Kamu tidur di mana semalam?" "A-aku ...." Bellia tanpa sadar membasahi bibir bagian bawahnya. Dia tidak mungkin memberi tahu Lisa kalau dirinya kemarin malam tidur di kamar Daniel. "A-aku tidur di kamar Dita," jawabnya terbata-bata. "Apa!? Dita?" "Em, i-iya." Dada Bellia berdebar kencang ditatap Lisa begitu lekat. Apa jangan-jangan Lisa mengetahui soal dirinya semalam berada di kamar Daniel? Bagaimana kalau Lisa tahu? "Aku mandi dulu ya, Lis." Bellia cepat-cepat beranjak ke kamar mandi sebelum Lisa semakin curiga pada dirinya. Embusan napas panjang sontak lolos dari bibirnya. Bellia merasa sedikit lega tidak bertatapan muka lagi dengan Lisa. Akan tetapi, kelegaan itu tidak bertahan lama karena sebuah tanda merah yang terlihat jelas di lehernya. Bellia pun melepas kemejanya lalu mematut diri di depan cermin kamar mandi. Ternyata tanda merah tersebut tidak hanya ada di leher, melainkan di dada. Jumlahnya bahkan lebih banyak. Bellia mengira ini hanya mimpi, akan tetapi tanda merah yang ada di tubuhnya seolah-olah menampar Bellia pada kenyataan kalau dirinya semalam memang bercinta dengan Daniel. Air mata itu jatuh begitu saja membasahi pipi Bellia. Dia merasa marah, kecewa, sekaligus jijik pada pada dirinya sendiri. Dia menggosok-gosok tubuhnya dengan keras untuk menghilangkan tanda yang dibuat Daniel. Namun, tanda tersebut tidak akan langsung hilang sekeras apa pun dia berusaha menghilangkannya. Sementara itu di kamar lain, Daniel menyadari kalau ada sesuatu yang berbeda dari tempat tidurnya. Ranjang di sebelahnya kosong padahal dia yakin sekali sudah meniduri seorang gadis semalam. Pergi ke mana gadis itu? Sebuah benda berkilau yang tergeletak di dekat pintu menarik perhatian Daniel. Benda itu ternyata sebuah jepit rambut kuno yang terlihat cantik dan elegan. Daniel pun mengambil jepit rambut tersebut lalu mengamatinya sebentar. Daniel yakin sekali jepit rambut ini pasti milik gadis yang dia tiduri semalam. Seringaian tipis muncul di bibirnya. "Aku pasti akan menemukanmu.""Dasar bodoh!" Sebuah tamparan mendarat keras di pipi Vania setelah Daniel memberi tahu sang ayah tentang perbuatannya.Rasa panas sontak mejalari pipinya yang terlihat memerah. Sudut bibirnya bahkan robek dan mengeluarkan sedikit darah.Vania meringis pelan, meratapi karma yang begitu cepat dia dapatkan. Seperti badai yang datang tanpa peringatan. Tamparan sang ayah tidak hanya menghantam wajahnya, tapi juga harga dirinya, padahal baru saja menyerang Bellia di rumah sakit beberapa jam yang lalu.Vania berdiri kaku di tempat, air mata perlahan menetes dari sudut matanya. Bukan karena sakit di wajahnya, tapi kerena kekacauan yang dia buat sendiri, dan mau tidak mau dia harus menanggung semuanya sekarang."Bagaimana kamu bisa melakukan hal serendah ini, Vania?" Suara Bastian—ayah kandung Vania menggema, penuh amarah dan kekecewaan. "Papi sudah menyekolahkanmu tinggi-tinggi, tapi kamu malah mempermalukan Papi seperti ini. Dasar anak tidak tahu diri!"Daniel menyilangkan sebelah kakinya
Pintu kamar Marvell terbuka lebar dengan bunyi dentuman yang terdengar cukup keras, disusul langkah cepat Daniel yang langsung membeku di ambang pintu setelah melihat pemandangan yang membuat darahnya mendidih seketika.Bellia terduduk di lantai dengan rambut berantakan, pipinya merah karena tamparan yang baru saja mendarat di sana. Di sudut lain, Marvell menangis histeris di bawah tempat tidurnya dengan wajah penuh ketakutan. Sebuah vas bunga terjatuh dan pecah di lantai, kursi bergeser dari tempatnya. Jam dinding yang berdetik pelan, menjadi satu-satunya suara yang menyertai isak tangis Marvell.Sedangkan Vania berdiri di tengah-tengah mereka, tubuhnya masih gemetar karena amarah yang begitu membara. Tangan kanannya kembali terangkat, ingin melayangkan pukulan ke tubuh Bellia yang sudah tidak berdaya.Pandangan Daniel langsung berubah tajam, seperti pedang yang baru saja ditempa dalam bara api kemarahan. Berkilau, dingin, dan siap menebas siapa pun yang berani menyakiti orang yang
"Kamu masih tanya kenapa?" Vania tertawa jahat, seperti seorang psikopat yang menemukan kenikmatan di balik penderitaan orang lain.Tawanya nyaring, getir, dan penuh kebencian, menggema di antara dinding-dinding rumah sakit yang seketika berubah sempit dan dingin."Aku melakukan semua ini karena kamu terlalu naif, Bellia!""Terlalu naif?" gumam Bellia tidak mengerti. Selama ini dia selalu berusaha bersikap baik pada orang lain, bahkan pada tantenya sendiri. Dia tidak pernah membenci tante yang sudah memanfaatkan dan menghabiskan uangnya. Dia rela melakukan semua itu agar hubungannya dengan sang tante baik-baik saja.Namun, Vania tiba-tiba saja datang dan menyebut dirinya 'naif'. Padahal dia tidak pernah bertegur sapa dengan wanita itu.Dia pertama kali melihat Vania sekaligus untuk yang terakhir kalinya ketika ingin menemui Daniel di ruangannya. Kejadian itu pun sudah lama berlalu—mungkin sekitar empat atau lima tahun yang lalu.Saat itu dia ingin memberi tahu Daniel tentang apa yang
Suasana kamar nomor 614 itu kembali hening selepas kepergian Cherry dan Seika. Bellia kembali ke dalam setelah menutup pintu lalu menghampiri Marvell yang duduk di atas ranjang.Marvell tampak murung, wajahnya terlihat tidak ceria saat bersama Cherry. Dan sebagai ibu, Bellia tentu saja menyadari hal itu."Ada apa, Sayang? Kenapa Marvell tiba-tiba sedih?" tanya Bellia terdengar penuh perhatian.Marvell melirik Bellia sekilas, setelah itu kembali memperhatikan gambar beruang yang belum selesai dia warnai. Jemarinya perlahan bergerak, memberi warna pada gambar tersebut agar terlihat lebih hidup.Bellia diam-diam memperhatikan apa yang Marvell lakukan lalu tersenyum tipis. Marvell memang dekat dengan Cherry semenjak masuk sekolah. Mereka selalu bermain dan belajar bersama.Di mana ada Marvell, di situ pasti ada Cherry.Ke mana pun Marvell pergi, Cherry selalu mengikuti. Seperti bayangan yang tidak bisa lepas dan dipisahkan.Saat Marvell bermain bola di halaman sekolah, Cherry akan duduk d
Kondisi Marvell berangsung-angsur membaik setelah dirawat selama satu minggu di rumah sakit. Dokter yang merawatnya bahkan merasa heran karena Marvell bisa pulih lebih cepat dari waktu yang mereka perkirakan.Hal ini tentu tidak terjadi begitu saja, Daniel dan Bellia juga memiliki peran yang sangat penting di balik kesembuhannya. Mereka bergantian menjaga Marvell setiap malam. Daniel bahkan rela menunda pekerjaannya agar bisa mencurahkan seluruh perhatiannya untuk Marvell.Sedangkan Bellia terpaksa menutup toko bunganya selama beberapa hari karena Dita sedang mengunjungi orang tuanya yang tinggal di luar kota. Untung saja para pelanggan mau memahami kondisinya yang sedang tertimpa musibah. Mereka bahkan turut mendoakan semoga Marvell lekas diberi kesembuhan.Marvell tidak pernah merasa kesepian selama dirawat. Setiap hari selalu ada teman sekolah yang datang menjenguknya, terutama Cherry.Anak perempuan cantik berumur empat tahun itu hari ini kembali datang menjenguk Marvell bersama de
Ruangan itu dipenuhi aroma karbol dan obat-obatan yang begitu menusuk hidung. Keheningan menggantung jelas di udara, seperti kabut tebal yang begitu menyesakkan.Daniel dan Bellia duduk berdampingan di salah salah satu kursi, sedangkan Mahes memilih berdiri di tempat yang agak jauh dari mereka.Kedua tangan Bellia terkepal erat di atas kedua pahanya. Wajahnya terlihat sangat tegang, seperti menahan beban yang begitu berat. Helaan napas panjang berulang kali lolos dari bibirnya, menahan perasaan takut sekaligus cemas yang berkecamuk di dalam dadanya.Marvell sudah masuk ke dalam ruang operasi sejak satu jam yang lalu, tepatnya setelah mendapat donor darah dari Daniel. Dokter ingin melakukan proses hematosis untuk menghentikan pendarahan yang dialami oleh Marvell.Bellia pikir, operasi Marvell tidak akan berjalan lama. Namun, lampu di atas pintu ruang operasi tersebut masih menyala sampai sekarang.Bellia tidak bisa bernapas dengan tenang, berbagai pikiran buruk terus melintas di pikira
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments