Share

Jaminan Tutup Mulut

Satu hari setelah kejadian itu, Adrian saat ini tengah menatap bayangan dirinya pada cermin. Beberapa kali bibirnya tersenyum, karena bahagia jika tadi malam ia mendapatkan kabar dari ayahnya, jika Sonya—wanita yang dulu ia idam-idamkan menerima perjodohan mereka.

Sonya adalah seorang aktris terkenal, namun begitu sulit bagi Adrian meluluhkan hatinya. Berkat ayahnya, ia pun harus mendengar kabar bahagia itu. Namun, tiba-tiba saja senyuman dari bibirnya pun perlahan memudar. Tatkala, ia mengingat pesan dari ayahnya tadi malam.

‘Jangan membuat scandal, jaga diri kalian dari masalah.’

Itulah pesan dari Alexander—ayah Adrian yang saat ini masih menjabat sebagai direktur di perusahaannya.

Seketika, Adrian pun membuang napas kasar. Ia teringat kejadian malam itu. Ia pun merasa bodoh karena sudah terbawa suasana bersama Reyna dan seharusnya ia diamkan saja wanita itu di sana.

“Sial, gara-gara wanita itu. Aku harus menyembunyikan satu masalah. Aku tidak ingin hal itu menjadi bumerang nantinya, harus aku selesaikan dengan cepat,” ucap Adrian.

Tak lama, ia pun menancap gas menuju kantor. Sedangkan di ruangan tempat bekas Reyna bekerja, saat ini dirinya tengah mengambil semua barang-barang yang ia simpan di atas meja kerjanya. Termasuk foto mendiang ayahnya yang sudah lama menjadi penyemangat ketika ia lelah bekerja.

Tiba-tiba saja, dering ponsel miliknya membuat Reyna sedikit terkejut. Ia meraih benda pipih itu di dalam saku celananya, dan nama ibunya yang tertera di sana.

“Iya, Bu. Ada apa?” tanya Reyna.

“Nak, apa kamu punya uang?” tanya ibunya di seberang sana.

Hal ini pun membuat Reyna mengerutkan keningnya, karena baru saja ia mengirimkan uang pada ibunya tiga hari yang lalu.

“Uang untuk apa, Bu? Bukankah uang yang aku kirim sudah Ibu terima?” tanya Reyna.

“Ya, uang itu memang sudah Ibu terima. Tapi, hutang mendiang Ayah kamu ternyata masih belum lunas, Ibu bingung harus membayarnya, hutang itu masih tersisa tiga puluh juta,” jelas ibunya.

Seketika, tubuh Reyna pun lemas. Posisi dirinya, bahkan saat ini sudah menjadi pengangguran. Apa yang harus ia lakukan saat ini, mengingat tabungannya tidak sebanyak itu.

“Mereka meminta, tiga hari untuk pelunasan. Kalau tidak, mungkin rumah ini akan ibu bayar sebagai jaminan,” sambung Ibunya.

Reyna pun memijat keningnya, jika harus menyalahkan ayahnya karena berhutang ke sana ke mari, ia pun tidak bisa. Karena orang yang berjasa menghidupi dirinya adalah mendiang ayahnya sendiri.

Belum ada jawaban dari Reyna, hingga matanya menatap sosok Adrian dari jendela kaca tengah berjalan bersama sekretarisnya.

“Bu, nanti aku hubungi kembali,” ucapnya sambil menutup sambungan telepon itu.

Ia pun sedikit berlari mengejar Adrian. “Pak Adrian, saya ingin bicara sebentar.”

Adrian pun seketika menoleh ke arah Reyna, memang kebetulan sekali ia ingin bertemu dengan wanita itu. Tidak perlu repot-repot, rupanya mencarinya.

“Mau bicara apa?” tanya Adrian.

Reyna pun menatap sekretaris Adrian, ia seolah memberikan kode jika saat ini hanya ingin berbicara berdua saja.

“Kita bicara di ruangan saya, Ervan ... tolong kerjakan apa yang saya suruh barusan,” titahnya pada Ervan.

Kemudian Adrian dan Reyna pun berjalan menuju ruangan Adrian.

Tiba di ruangan itu, belum ada sepatah kata pun yang Reyna ucapkan. Ia hanya berdiri, sambil menundukkan kepalanya. Karena takut, jika permintaannya ditolak oleh Adrian. Sedangkan pria itu, masih menunggu apa yang akan dikatakan oleh Reyna, padahal dirinya sendiri ingin mengatakan sesuatu.

“Pak Adrian, saya ... mohon untuk bisa bekerja kembali di perusahaan ini,” ucap Reyna akhirnya.

Sontak saja, Adrian sedikit terkejut mendengar hal itu. Karena tidak akan mungkin, dirinya menerima Reyna yang sudah jelas-jelas tidak bisa membuat perusahaan untung besar.

“Saya akan melakukan apa pun, jika saya bisa bekerja di perusahaan ini lagi,” sambung Reyna sambil berjongkok di depan meja kerja Adrian.

Sedangkan Adrian pun belum bisa menjawab permintaan Reyna, ia memang akan membereskan scandal malam itu, akan tetapi bukan untuk menerima Reyna kembali.

“Kenapa, kamu ingin bekerja di sini lagi? Saya sudah tidak bisa mempertahankan kamu, karena kinerja kamu itu,” jelas Adrian.

“Iya, saya tahu, Pak. Tapi, saya minta satu kesempatan lagi. Saya akan melakukan apa pun di sini, saya akan memperbaiki kinerja saya dan semua yang Bapak perintahkan akan saya lakukan. Saya sangat membutuhkan pekerjaan,” pinta Reyna menatap serius mata Adrian.

Jari Adrian mengetuk-ngetuk meja perlahan, ia tampak memikirkan sesuatu. Kemudian menatap mata Reyna yang penuh harap pada dirinya, ia pun bangkit dan mendekati Reyna. Memutari tubuh wanita itu, sambil memikirkan keputusan yang tepat.

“Apa pun?” tanya Adrian, sambil menghentikan langkahnya.

Reyna pun mengangguk, “iya, apa pun.”

Adrian yang saat ini tengah membelakangi Reyna pun membalikkan tubuhnya menatap wanita itu.

“Baik, tapi dengan dua syarat. Syarat pertama, kamu tidak boleh menceritakan tentang kejadian malam itu pada siapa pun, dan syarat ke dua ....” Adrian kembali melangkahkan kakinya mendekati Reyna.

“Jika terjadi sesuatu, apa pun itu jangan pernah meminta pertanggungjawaban saya. Cari cara saja sendiri,” sambung Adrian.

Ia tahu, jika kejadian malam itu mungkin tidak akan seratus persen baik-baik saja. Akan tetapi, Adrian tidak mau tahu jika suatu saat terjadi sesuatu pada Reyna. Karena dirinya sudah membayar Reyna dengan mempertahankan wanita itu di perusahaannya. Bukan karena ia membutuhkannya, akan tetapi ia pun takut jika tidak ada jaminan untuk Reyna. Bisa saja, wanita itu menuntutnya atas kejadian malam itu. Sudah pasti, reputasinya hancur seketika dan ia pun akan malu bahkan diasingkan oleh Ayahnya ke luar negeri. Tidak boleh ikut memimpin perusahaan, bahkan tidak akan ada lagi posisi wakil direktur dan kesempatan menjadi direktur. Hal itu pun, membuat Adrian bergidik, ia tidak boleh menodai wajahnya sendiri. Cukup kejadian malam itu, hanya sebagai mimpi buruk yang akan ia hapus selamanya.

Tanpa ragu, Reyna pun mengangguk. Karena ia yakin, tidak akan terjadi sesuatu padanya.

“Baiklah, dan jika kamu melanggar. Maka silakan pergi dari perusahaan ini,” ancam Adrian lagi.

Ia cukup yakin, dengan mengancam dan menekan Reyna dengan alih-alih menyetujuinya untuk bekerja di perusahaan itu, kejadian sial itu tidak akan terbongkar. Hal itu pun akan ia jadikan sebagai jaminan tutup mulut. Adrian akan selalu memastikan semuanya aman terkendali, dan jika Reyna mengacaukan semuanya. Ia tidak akan memberikan ampun pada wanita itu.

Reyna merasa lega, karena setidaknya ia tetap mempunyai pekerjaan. Masalah hutang tiga puluh juta itu, ia bisa meminjam pada temannya dan mencicilnya setiap bulan.

Namun, kenyataan menampar Reyna. Lamunan satu bulan itu pun buyar, kenyataan pahit harus Reyna hadapi. Berpikir positif tidak akan terjadi sesuatu, namun nyatanya ia mengandung darah daging Adrian. Hal itu pun tidak akan bisa ia katakan pada pria itu, karena sejak awal Adrian tidak ingin terlibat jika suatu saat terjadi sesuatu.

Sungguh sial nasib Reyna, mengapa malam itu ia harus pergi ke klub malam dan bertemu dengan pria menyebalkan itu. Seharusnya, ia tetap tenang dan tidak frustasi dengan pemecatan tersebut.

Kini, semuanya harus ia tanggung sendiri. Kehamilan yang akan membesar tidak akan selamanya bisa ia tutupi, lalu apa yang harus ia katakan pada ibunya jika suatu saat hal itu diketahui olehnya. Bahkan para tetangga yang tidak akan tinggal diam untuk tidak bergosip akan hal itu.

Reyna benar-benar buntu, ia tidak bisa berpikir untuk mencari jalan ke luar agar masalah ini tidak membuat dirinya pusing. Namun, tiba-tiba satu pemikiran pun terlintas di dalam pikirannya.

“Apa aku harus menggugurkannya?”

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status