Bab 1. Kembali Ke Indonesia
Tepat di depan pintu keluar Bandara Soekarno Hatta, terlihat seorang pemuda sedang adu mulut dengan gadis cantik berpakaian rapi.
Beberapa orang memperhatikan dua muda -mudi itu, bukan karena terusik oleh mereka berdua, tapi karena paras tampan dari pemuda tersebut.Pemuda itu bernama Marco, berkulit putih dengan mata biru dan rambut tertata rapi. Badannya yang atletis membuat pesonanya semakin terlihat sempurna.“Maaf Pak, saya harus buru-buru pergi untuk menyerahkan dokumen ini, jika tidak bos saya bisa marah.” Gadis itu berbalik badan, berniat pergi meninggalkan Marco. “Hei tidak bisa begitu ...” Marco menarik tangan gadis tersebut, “... gara-gara kamu handphone saya jadi rusak!”Sebelumnya Marco sedang menelepon saudaranya di Jakarta yaitu Rony. Ini pertama kali bagi Marco datang ke Indonesia setelah sekian lama berada di Hongkong, kampung halaman ayah.Setelah keluar dari bandara, Marco berniat menghubungi Rony dan meminta di jemput di bandara. Namun sayang, baru beberapa patah kata dia berbicara di telepon, seorang gadis menabrak tubuhnya. Menyebabkan ponselnya pecah dan sekarang gadis tersebut ingin pergi begitu saja? Marco jelas tidak terima.“Kamu harus mengganti handphone-ku!” ucap Marco, “Lebih dari itu, kamu juga harus mengantarkan aku ke rumah saudaraku.” “Pak, saya sudah bilang, saya harus cepat mengantarkan dokumen ini, jika tidak bos saya akan marah,” Gadis itu ngotot ingin pergi.Meskipun sang gadis memohon, Marco tetap tidak melepaskannya, pria itu acuh tak acuh. Sedangkan orang di sekitar yang lalu lalang hanya melirik sekilas dan tidak berniat untuk ikut campur. Namun ada juga yang memperhatikan mereka, pikir mereka mungkin itu adalah pertengkaran antar kekasih.Si gadis malang itu lalu melihat jarum jam di arlojinya bergerak tepat pukul 12.15 menit. Gadis itu hanya berpikir dalam waktu 15 menit dokumen yang ada di tangannya harus segera diserahkan kepada klien bosnya.Dia berjanji setelah memberikan dokumen tersebut, dia akan menemui Marco. Tetapi Marco sedikit pun tidak peduli akan nasib gadis yang memelas kepadanya. Gadis itu berpikir keras, bagaimana supaya dia bisa lepas dari pemuda yang ada di depan matanya ini?“Tolong, tolong, tolong aku!” teriak gadis itu sekuat tenaga. Mendengar teriakan minta tolong yang sangat lantang, beberapa orang mulai bertanya-tanya apa yang sebenarnya terjadi. Seorang pria di antara mereka melapor ke petugas di bandara, sehingga petugas itu menghampiri Marco dan gadis tersebut. Marco kaget karena gadis itu berteriak kencang, menjadi kaku ketika petugas datang menanyai mereka. “Maaf, Tuan dan Nyonya ada yang bisa kami bantu?” “Pak tolong saya, suami saya melakukan KDRT. Dia memaksa saya pulang, padahal saya sedang marah padanya!” ucap si gadis berpura-pura di hadapan para petugas itu.“Apa? Suami?” Mata Marco terbelalak menatap tajam gadis di dekatnya.
Entah setan apa yang merasuki Marco, tangannya memegang kencang pergelangan tangan gadis aneh tersebut.
“Arghh…!” Gadis itu mulai menjerit kesakitan.Melihat itu, para petugas yakin Marco telah melakukan KDRT padanya. Mereka meminta Marco agar melepaskan genggamannya. Tentu saja Marco tidak akan melepaskannya. Gadis yang tepat di depan matanya telah memfitnahnya dengan mengatakan kalau dia suami yang melakukan KDRT. Jelas ini penghinaan!Marco telah menceritakan yang sebenarnya terjadi, tapi petugas itu tidak percaya.
Marco yang bersikeras tidak mematuhi membuat petugas menelepon polisi, sehingga Marco pun melepaskan genggaman tangannya.Gadis itu mengucapkan terima kasih kepada para petugas, lalu berlari tanpa menoleh ke belakang.
" Bitch!"
Itulah kata yang keluar dari mulut Marco dengan nada jengkel melihat si gadis telah hilang di tengah keramaian.
Pemuda itu pun dibawa paksa ke kantor polisi. Selama berada di ruangan itu dia di interogasi. Marco menyerahkan kartu identitasnya serta paspor. Melihat kalau ternyata di bagian status kartu identitas dan paspornya tertulis lajang, barulah mereka percaya apa yang di katakan oleh pemuda itu.“Kalian ini kerjanya tidak benar, dari awal aku sudah menjelaskan yang bohong adalah gadis itu! Tapi kalian malah tidak percaya! Benar-benar membuang waktu berhargaku saja!” bentak Marco ke petugas yang ada di ruangan tersebut.Tidak berapa lama kemudian, seorang pemuda masuk ke ruangan.
“Roni.” Panggil Marco pada pemuda yang datang.
Selama di ruangan interogasi, Marco meminta izin menelepon keluarganya dan menjelaskan apa yang terjadi. Akhirnya, keluarga Marco menghubungi Roni dan memberi tahu di mana Marco berada. "Marco maaf, aku datang terlambat," kata Roni memeluk sepupunya erat. “Tidak apa-apa, ini karena mereka saja yang kerjanya tidak benar,” jawab Marco dengan emosi yang sedikit tahan. “Pak, kami minta maaf atas insiden yang barusan terjadi,” kata seorang atasan yang bekerja di bandara tersebut. ”Tidak apa-apa, Pak. Ini Cuma salah paham saja.” Roni menjawab dan meminta Marco untuk tidak memperpanjang masalah.Mereka akhirnya keluar dari ruangan tersebut setelah menyelesaikan kesalahpahaman yang tak sengaja terjadi. Sementara Roni mengambil mobilnya, Marco mencoba mengutak-atik handphonenya. Namun handphone itu tidak bertahan lama menyalanya, lalu kembali mati lagi.
Dia menggelingkan kepalanya pasrah. Lalu menarik napas panjang, dan mengembuskannya pelan hingga dalam hitungan detik emosinya sedikit bisa teredam.*** Sengatan dari teriknya matahari membuat gerah. Dilepasnya jas yang membungkus tubuh gagahnya. Di pakainya kacamata hitam yang menggelantung di kerah kemejanya.Tidak lama kemudian mobil Roni pun berhenti tepat di depan Marco berdiri. Marco masuk ke dalam mobil menaruh jass dan sebuah tasnya di kursi belakang.
“Indonesia sekarang panas sekali ya, Ron?” tanya Marco sambil membuka dua kancing baju bagian atas. “Ya, begitulah... Jakarta panas dan selalu macet. Di London musim dingin, 'kan?” ucap Roni lalu menaikkan suhu di dalam mobil.Marco hanya menjawab anggukan kecil, matanya memandang bangunan yang mereka lewati. Meskipun dia dilahirkan di Indonesia, dia masih kanak-kanak ketika ayahnya membawa mereka ke negara Hongkong. Tidak ada satu pun yang bisa dia ingat ketika kembali ke Indonesia.
Selama perjalanan mereka berdua bercerita satu sama lain, mengingat kembali masa remaja mereka. Ketika remaja, Roni pernah tinggal di rumah Marco di Hongkong. Hal itulah yang membuat mereka berdua begitu dekat, menjadi saudara sekaligus sahabat baik.Setelah menamatkan sekolahnya di Hongkong, Roni melanjutkan kuliah di Australia sedangkan Marco memilih kuliah di London. Sejak saat itu mereka jarang bertemu. Meski begitu, mereka selalu berkomunikasi lewat telepon. Jadi tidak mengherankan, ketika mereka bertemu banyak hal yang mereka ceritakan.
"Kamu masih ada hubungan dengan Lola?" Marco bertanya secara spontan sambil melirik Roni. “Lola mana? Apakah maksudmu Lola yang bule itu?” Roni mencoba mengingat nama Lola di kepalanya. “Memang ada berapa berapa gadis yang bernama Lola yang menjadi first kiss-mu?” tanya Marco sambil tertawa. Roni tersipu mendengarnya, memorinya kembali terbuka teringat dengan gadis Cina blasteran yang bernama Lola. Rambut gadis itu sedikit ikal dan memiliki mata coklat. Kala itu, Lola menjadi pujaan hati. Tapi sayang, gadis itu selalu menolak pengakuan cintanya.Bab 2. Kediaman Keluarga ChanNamun, usaha tidak mengkhianati hasil. Roni memenangkan hati Lola, waktu itu bertepatan hari valentine. Roni membawa seutas bunga menyatakan cinta dan Lola pun menerimanya. Saat itulah Roni mencium bibir tipis pujaan hatinya untuk pertama kalinya.“Kita sudah lama berpisah jadi tidak ada komunikasi lagi antara kita berdua,” jawab Roni yang menambah kecepatan laju mobilnya.Marco pun tidak bertanya lagi, sesaat suasana menjadi hening hanya terdengar suara lantunan musik dari DVD dalam mobil. Tidak berapa lama mobil pun berhenti di sebuah rumah mewah dengan dua lantai.Orang- orang menyebut rumah itu sebagai kediaman Keluarga Hendri Chan. Meskipun pemiliknya sudah lama tidak menempati, tetapi rumah itu dibiarkan dihuni oleh pelayan-pelayan yang setia dengan keluarga Hendri Chan.“Selamat datang Tuan Muda,” kata seorang pelayan yang menghampiri Marco dan Roni.Mereka berdua m
Bab 3. Gadis Yang MalangRoni yang sedari tadi asyik dengan handphone-nya kaget melihat Marco datang membanting pintu mobil.Roni berusaha menanyakan ada masalah apa, namun Marco tidak menyahut. Dia hanya mengepalkan tangannya, lalu memalingkan muka melihat pinggiran kota dengan pandangan kosong.“Sudahlah tidak usah emosi, mungkin kamu salah lihat. Ayolah jangan cemberut begitu, kita kan mau bersenang-senang.” Kata Roni lagi membujuk Marco lalu memutar balik mobil serta menambah kecepatan kendaraannya.***Sementara itu di dalam bus, gadis yang di kejar Marco masih was-was serta takut apabila pemuda itu masih mengejarnya.“Aduh sial banget, kenapa harus bertemu dia lagi,” gumamnya dalam hati.“Sinta?” Seseorang menyapa dan memegang pundak gadis itu.Gadis yang bernama Sinta itu pun menoleh ke belakang, rasa takut tadi berubah menjadi sebuah senyuman yang man
Bab 4. Isakan Tangis Yang Menyayat Hati Wanita itu terbelalak mendengar kata dipecat yang keluar dari mulut Sinta. Kedua bola matanya melotot seolah-olah kedua mata itu akan lepas dari cangkangnya. Kata-kata yang kasar dan kejam mulai menghujani telinga gadis yang malang itu. Sosok Paman sang kepala rumah tangga, selalu tak bisa berkutik ketika istrinya sedang emosi. Sama halnya dengan malam itu, sang paman mencoba untuk menenangkan istrinya agar berhenti memarahi Sinta. Akan tetapi yang terjadi malah sebaliknya, sang istri memaki dirinya. “Paman dan ponakan sama saja, kerjanya tidak pernah becus!” ucapnya sambil menunjuk muka sang suami. Mendengar kata-kata itu sang paman kehilangan kesabaran, sudah sering istrinya meremehkan dirinya. Dia hendak menampar istrinya, tapi bukannya takut malah ia menantang suaminya. “Sini tampar aku, tampar, Mas!” Wanita itu mengarahkan mukanya lebih dekat ke a
Hatinya yang bergejolak menahan rindu pun tak bisa dia hindari lagi, semakin di tahan rindu itu semakin membara membakar dada. Rasa sesak pun mulai menjalar di rongga paru-parunya, dia ingin segera bertemu sang kekasih agar berakhir penderitaan hatinya.Louisa sang pujaan hati tidak bisa dihubungi, Marco telah mencoba menghubunginya beberapa kali namun hasilnya nihil.Louisa merupakan keturunan Italia namun keluarganya telah lama menetap di London. Louisa yang berparas cantik berhasil membuat Marco jatuh cinta pada pandangan pertama.Perasaan Marco tidak bertepuk sebelah tangan Louisa juga menaruh hati kepada pemuda itu. Hubungan mereka berjalan dengan baik selama lima tahun, tidak ada pertikaian serius di antara mereka. Akan tetapi, beberapa bulan terakhir terjadi perselisihan antara mereka berdua.Hal itu terjadi karena Louisa yang ingin ada kepastian hubungan antara dia dengan Marco. Louisa selalu mempertanyakan ke
Anna yang kaget karena tiba-tiba Marco menatapnya panas dan dalam hitungan detik Marco langsung mencium bibirnya.Ciuman Marco yang hampir menutupi mulut Anna, membuat gadis itu tak mampu berkutik. Marco melumat bibir tipis nan merah itu berkali-kali.Anna yang sebelumnya berfantasi liar, tidak mensia-siakan kesempatan itu. Anna membalas ciuman Marco bertubi-tubi hingga membuat nafsu pemuda itu semakin memuncak.Mereka berdua saling membalas ciuman satu sama lain, membuat gairah mereka sampai ke ubun-ubun. Apalagi ketika tangan perkasa Marco mulai menunjukan aksi nakalnya. Tangannya mulai meraba-raba bagian sensitif gadis itu.Pemuda itu mulai meremas-remas, lalu memainkan puting pa*u*ara yang berwarna merah mudah itu. Dia mencumbuinya dari atas kebawah sehingga gadis itu tak mampu lagi menahan hasrat birahinya.Gairah yang membara itu tidak bisa mereka tahan lagi, satu persatu keduanya saling melepas helai pakaian yang
Sang bibi sengaja menuduh Sinta yang macam-macam agar dia punya alasan untuk memarahi gadis itu. Sinta yang baru memasuki pintu rumah mencoba menghiraukan tuduhan bibinya, melihat Sinta yang mengabaikannya dia langsung menjambak rambut Sinta.Gadis itu menjerit kesakitan ketika akar-akar rambutnya seolah lepas dari kulit kepalanya. Sinta pun memohon kepada bibinya supaya berhenti menjambak rambutnya. “ Ampun Bi, Aldi hanya antar aku pulang, kita ketemu di jalan, bener Bi.” Sinta memelas supaya bibinya memberinya belas kasih.“ Alasan, kamu sudah berani bohong ya,” bentak sang bibi.Bibinya menarik rambut gadis itu semakin kencang sehingga gadis itu berteriak lagi, jeritan kesakitan itu telah menciptakan keributan yang membuat paman Sinta terbangun dari tidurnya. Sang paman dengan matanya yang masih mengantuk karena semalaman lembur di kantornya, segera menuju sumber keributan itu.Dan, alan
Marco terperanjak mendengar ucapan Roni, dia tidak mengerti maksud Roni belum terlambat. Marco tahu seberapa besar cintanya terhadap Louisa, dia tidak mungkin merebut Louisa yang sudah menikah dengan seorang laki-laki yang telah disetujui oleh gadis itu.Roni yang mengetahui kebingungan Marco, lalu menjelaskan kepada saudara sepupunya itu jika Louisa belum resmi menikah. “ Marc, mereka baru bertunangan. Coba kamu perhatikan lagi foto ini.”Marco memperhatikan foto itu lagi secara seksama, tapi pemuda itu tidak menemukan perbedaan. “ Bagaimana kamu tahu, Ron, jika dia belum resmi menikah?” ucap Marco lalu meletakkan handphone-Nya ke atas meja.“ Aku pernah menghadiri pernikahan teman aku. Termasuk saat mereka bertunangan, jadi aku tahu perbedaan keduanya,” Marc, jika kamu butuh kepastian yang lebih, kamu temui dia di London,” lanjut Roni.Marco terdiam sejenak lalu memperhatikan kembali foto yang di kirim ke
Seorang pemuda berdiri tepat di depan Anna, pria itu berpakaian kasual, namun sangat modis. Di batang hidungnya yang mancung bertengger kacamata putih, yang cocok untuk mukanya yang lancip dan tampak berwibawa. Anna yang mulai jengkel karena sudah lama menunggu berniat meninggalkan pemuda itu.Pemuda itu mencegah Anna pergi, dia menjelaskan alasannya kepada Anna kenapa dia bisa datang terlambat. Namun, Anna terlanjur jengkel sehingga dia tidak mau mendengar penjelasannya. Pemuda itu segera membujuk Anna, dia mengeluarkan sebuah bingkisan kecil dari saku celananya.“ Happy birthday, Anna. Aku sudah sampai kesini tadi, tapi aku melupakan ini makanya aku pulang lagi.”“ Oh, Peter. Lama kamu di luar negeri ternyata kamu tidak pernah berubah.” Muka Anna seketika berubah menjadi merah muda.Sebelumnya, Peter yang baru tiba di rumahnya segera menelepon Anna. Dia juga mengutarakan ingin bertemu dengan gadis itu, Ann